Bab 13. Mengusir Ranti

Arsatya pulang saat sudah berganti hari. Sebelum tidur, dia menyempatkan diri untuk mengunjungi kamar si kembar untuk melihat perkembangan mereka yang pasti tidak ada apa-apa karena pria itu melihat saat kedua putrinya sudah pulas dalam tidurnya.

Hanya pemandangan wanita dan dua anaknya yang selalu dia lihat setiap malam menjelang tidurnya, dia tidak berniat mendekat atau mengucapkan selamat tidur pada ketiganya hanya melihat dari kejauhan dan memastikan semua masih berjalan baik-baik saja walau tanpa dirinya.

“Satya,” tiba-tiba suara seseorang terdengar saat dia baru saja menutup pintu kamar itu.

“Ma? Belum tidur?” tanya pria itu yang setengah terkejut karena kehadiran Ranti yang tiba-tiba.

Ranti tidak menjawab, malah mengatakan hal yang lain. “Bisa kita bicara?”

“Soal apa? Sudah malam,” timpal Arsatya.

“Tentang Anindya, dia wanita yang–”

Namun, pria itu memotong ucapan sang ibunda, “Tidak, Ma. Jangan sekarang, aku lelah mau istirahat.”

Membahas Anindya, merupakan hal yang Arsatya hindari untuk saat ini apalagi yang mungkin akan dibahas oleh Ranti jika bukan tentang pernikahnnya. Lantas, dia meninggalkan sang ibu begitu saja.

Namun, sebelum putranya berlajan semakin jauh, Ranti berhasil menahan lengan putranya, “Anin sudah bersedia menjalani pernikahannya. Kamu tidak boleh mengabaikannya, Mas.”  Ucap lembut Ranti pada putranya.

Alih-alih mengiyakan, Arsatya mengatakan hal yang cukup menyakitkan di batin ibunya. “Cukup. Mama tidak boleh turut campur pada rumah tanggaku, ini sudah menjadi kesepakatan kita sebelum menikah. Hanya sampai dua tahun, tidak ada hal lebih dari pernikahan ini selain memenuhi kebutuhan ASI dua anakku, sesuai permintaan mama.”

“Arsatya, tapi mama tahu–” Ranti mencoba mengatakan satu hal, tetapi lagi-lagi ucapannya dipotong oleh sang putra.

Arsatya berbalik badan, menatap sang ibunda dengan tatapan yang tidak mengenakan, “Belumkah mama puas atau merasa bersalah dengan apa yang terjadi padaku akibat mama yang selalu memaksaku? Menikahkan aku dengan Amelia tanpa persetujuan dariku, berakibat penyesalan seumur hidupku. Sekarang aku telah mencintai Amelia sedalam palung di lautan, kenapa mama memintaku menerima wanita lain? Mama seperti akan menjatuhkanku ke lubang yang sama. Tidak lagi, Ma. Aku sudah dewasa, tidak perlu mama atur hidupku harus bagaimana atau seperti apa,” ucap Arsatya yang ternyata bisa berucap sekeras itu pada ibunya, membuat Ranti tidak pernah menduga jika sang putra berpikir seperti itu pada niat baiknya selama ini.

“Arsatya, mama hanya ingin yang terbaik untukmu,” ucap Ranti sebelum Arsatya berjalan lebih jauh. Wanita itu hanya ingin yang terbaik untuk putra semata wayangnya, niatnya murni tidak ada yang lain lagi. Namun, ternyata penerimaan putranya berbeda karena apa yang Ranti pikir baik, belum tentu Arsatya mempunyai pemikiran yang sama.

“Yang menurut mama baik, belum tentu baik untukku. Jika mama seperti ini terus, lebih baik mama pulang ke rumah mama sendiri. Tidak usah di sini dan merecoki hidupku,” ucap Arsatya yang membuat dada Ranti seakan tertusuk benda tajam yang menyakitkan.

Esok pagi.

Saat membuka mata, Anindya telah melihat ibu mertuanya sedang mengayun bayi di gendongannya. Anindya merasa tidak enak hati karena tidurnya terlalu lelap sehingga tidak mendengar saat si kembar bangun dan merengek.

Langsung ia bangkit dari posisi tidur meringkuknya dan merapikan rambutnya yang acak-acakan, “Tante, maaf. Anin tidak dengar saat mereka merengek. Dari tadi, ya, mereka nangis?”

“Tidak, Nin. Mereka tadi nggak nangis, kok, mama cuma mau gendong mereka saja,” jawab Ranti.

Namun, ada keanehan yang Anindya lihat dari sikap mertuanya, termasuk penampilannya yang sudah rapi sepagi itu. “Tante, mau kemana? Kok sudah rapi seperti itu?” Akhirnya Anindya menanyakan satu dari sekian keanehan yang terlihat.

“Nin, tentang ucapan mama yang kemarin, kamu tidak perlu memikirkannya lagi, ya. Jalanin saja sesuai kata hatimu, termasuk kesepakatan yang ada,” ucap Ranti tiba-tiba selagi dia mengusap pipi lembut bayi Ansha.

“Ucapan yang mana, Tan?”

“Tentang mama yang menyuruhmu memulai menerima kehidupan pernikahan ini,” ujar Ranti yang terlihat semakin aneh di mata Anindya.

“Ada apa, Tan? Mengapa Tante terlihat berbeda hari ini, apa Anin ada salah sama Tante?” Anindya malah menjadi panik dalam situasi ini.

“Tidak, pokoknya itu saja pesan Mama. Turuti saja kemauan hatimu, jangan kamu merasa tertekan karena ucapan mama yang kemarin,” ucap Ranti yang membuat Anindya semakin penasaran apa yang terjadi, lalu ia bangkit dan seketika mata itu melihat ke lantai di mana ada tas besar di dekat kaki mertuanya.

“Tante, tas besar itu untuk apa? Tante mau pergi kemana?”

Ranti diam, mereka sama-sama menatap tas besar yang berada di lantai, “Mama mau pergi, Nin. Pulang ke rumah sendiri,” jawab Ranti.

Anindya semakin dibuat keheranan. Kepergiaan Ranti, kenapa tidak ada kabar sejak jauh-jauh hari.

“Kenapa tiba-tiba, Tan? Ada yang tidak beres kan di sini? Apa Anin melakukan kesalahan atau tante dan Mas Satya sedang bertengkar karena Anin?” tanya wanita cantik berambut hitam sebatas punggungnya itu.

“Tidak, sudah seharusnya Mama pulang. Ini rumah kalian, tidak baik mama lama-lama berada di sini dan merecoki kehidupan rumah tangga kalian. Sudah, titip mereka ya, mama percaya pada Anin,”  ucap Ranti.

“Nggak, ini pasti ada sesuatu. Tante gak bisa pergi buru-buru seperti ini. Aku harus bicara dengan Mas Satya,” Anindya lantas berjalan ke arah meja dan mengambil ponselnya yang tergeletak di sana.

“Ini pasti ada hubungannya dengan Mas Satya, kenapa tiba-tiba tante pergi seperti ini? Biar aku telepon dia,” pikir Anindya saat itu juga yang mengira Arsatya pasti sudah berangkat ke tempat kerja.

Beberapa panggilan tidak ada jawaban meski telepon terhubung. Bukan Anindya namanya, jika dia menyerah dalam sekali coba. Lebih dari lima kali dia men-dial, akhirnya terhubung juga. “Halo, Mas Satya. Ini Tante Ranti tiba-tiba mau pulang ke rumah sendiri katanya,” ucap Anindya yang tidak mau berbasa-basi saat telepon dijawab.

Di saat Anindya sudah sangat gemas karena teleponnya baru dijawab, sedangkan Ranti sudah berjalan menuju taksi di depan rumah. Namun, jawaban Arsatya malah di luar perkiraan yang membuat Anindya semakin geram, “Biarkan saja,” ucap pria itu.

Terpopuler

Comments

FENG_LAO

FENG_LAO

kesel sma anin.. mending cuek aja sma satya biar tau sendiri dia

2024-01-31

2

Anonymous

Anonymous

Ko si anin masih mangil tante sih ?

2024-01-17

1

D . K. T.

D . K. T.

tolol nya satya, umur boleh dewasa tp pikiran nya msh anak tk.
laki" egois.

2024-01-01

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3 Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4 Bab 3. Si Paling Repot
5 Bab 4. Sang Pawang
6 Bab 5. Satu Tujuan
7 Bab 6. Yang Dibutuhkan
8 Bab 7. Menikah
9 Bab 8. Pasca Menikah
10 Bab 9. Kehilangan
11 Bab 10. Pria Merana
12 Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13 Bab 12. Memulai
14 Bab 13. Mengusir Ranti
15 Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16 Bab 15. Kesabaran Teruji
17 Bab 16. Sosok yang Berbeda
18 Bab 17. Win Win Solution
19 Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20 Bab 19. Tiada Yang Salah
21 Bab 20. Tamu Pria
22 Bab 21. Masih Ada Urusan
23 Bab 22. Merawat Luka
24 Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25 Bab 24. Buku Harian Amelia
26 Bab 25. Tergantikan
27 Bab 26. Salah Nama
28 Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29 Bab 28. Lancang
30 Bab 29. Mengadu
31 Bab 30. Pergi
32 Bab 31. Biar Merasakan
33 Bab 32. Bukan Pengasuh
34 Bab 33. Nyaman
35 Bab 34. Pesona Anindya
36 Bab 35. ACC
37 Bab 36. Circle
38 Bab 37. Viral
39 Bab 38. Ada Apa Dengannya
40 Bab 39. Menyerah
41 Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42 Bab 41. Merakit Ulang
43 Bab 42. Hari Baru
44 Bab 43. Karina
45 Bab 44. Memulai
46 Bab 45. Bukan Sekarang
47 Bab 46. Melepas Pergi
48 Bab 47. Tamu Tak Diundang
49 Bab 48. Ansha yang Malang
50 Bab 49. Jangan Pergi
51 Bab 50. Mereka Lebih Penting
52 Bab 51. Ujian
53 Bab 52. Tidak Marah
54 Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55 Bab 54. Dia Pelakunya
56 Bab 55. Ganjaran
57 Bab 56. Dibatasi
58 Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59 Bab 58. Menantang
60 Pengumuman
61 Bab 59. Sebuah Janji
62 Bab 60. Pinjam Seratus
63 Bab 61. Tidak Usah Peduli
64 Bab 62. Hari Wisuda
65 Bab 63. Hari Wisuda 2
66 Bab 64. Tidak Bisa
67 Bab 65. Galau
68 Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69 Bab 66. Buat Aku Percaya
70 Bab 67. No (Child) More
71 Bab 68. Menemui Ansha
72 Bab 69. Dua Jenazah
73 Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74 Pengumuman
75 Bab 71. Ikhlas
76 Bab 72. Nyaris Sempurna
77 Bab 73. Co-Assistant
78 Bab 74. Hamil
79 Bab 75. Kejutan
80 Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81 Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82 Bab 78. Pilih Satu
83 Bab 79. Sagita
84 Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85 Bab 81. Pagi yang Indah
86 Bab 82. Pelaku Tertangkap
87 Bab 83. Insecure
88 Bab 84. Baby Boy
89 Bab 85. Aqiqah
90 Dari Author
91 Epilog
92 GIMME YOUR LOVE
93 Promosi : Sebatas Rumah Singgah
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3
Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4
Bab 3. Si Paling Repot
5
Bab 4. Sang Pawang
6
Bab 5. Satu Tujuan
7
Bab 6. Yang Dibutuhkan
8
Bab 7. Menikah
9
Bab 8. Pasca Menikah
10
Bab 9. Kehilangan
11
Bab 10. Pria Merana
12
Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13
Bab 12. Memulai
14
Bab 13. Mengusir Ranti
15
Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16
Bab 15. Kesabaran Teruji
17
Bab 16. Sosok yang Berbeda
18
Bab 17. Win Win Solution
19
Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20
Bab 19. Tiada Yang Salah
21
Bab 20. Tamu Pria
22
Bab 21. Masih Ada Urusan
23
Bab 22. Merawat Luka
24
Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25
Bab 24. Buku Harian Amelia
26
Bab 25. Tergantikan
27
Bab 26. Salah Nama
28
Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29
Bab 28. Lancang
30
Bab 29. Mengadu
31
Bab 30. Pergi
32
Bab 31. Biar Merasakan
33
Bab 32. Bukan Pengasuh
34
Bab 33. Nyaman
35
Bab 34. Pesona Anindya
36
Bab 35. ACC
37
Bab 36. Circle
38
Bab 37. Viral
39
Bab 38. Ada Apa Dengannya
40
Bab 39. Menyerah
41
Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42
Bab 41. Merakit Ulang
43
Bab 42. Hari Baru
44
Bab 43. Karina
45
Bab 44. Memulai
46
Bab 45. Bukan Sekarang
47
Bab 46. Melepas Pergi
48
Bab 47. Tamu Tak Diundang
49
Bab 48. Ansha yang Malang
50
Bab 49. Jangan Pergi
51
Bab 50. Mereka Lebih Penting
52
Bab 51. Ujian
53
Bab 52. Tidak Marah
54
Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55
Bab 54. Dia Pelakunya
56
Bab 55. Ganjaran
57
Bab 56. Dibatasi
58
Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59
Bab 58. Menantang
60
Pengumuman
61
Bab 59. Sebuah Janji
62
Bab 60. Pinjam Seratus
63
Bab 61. Tidak Usah Peduli
64
Bab 62. Hari Wisuda
65
Bab 63. Hari Wisuda 2
66
Bab 64. Tidak Bisa
67
Bab 65. Galau
68
Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69
Bab 66. Buat Aku Percaya
70
Bab 67. No (Child) More
71
Bab 68. Menemui Ansha
72
Bab 69. Dua Jenazah
73
Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74
Pengumuman
75
Bab 71. Ikhlas
76
Bab 72. Nyaris Sempurna
77
Bab 73. Co-Assistant
78
Bab 74. Hamil
79
Bab 75. Kejutan
80
Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81
Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82
Bab 78. Pilih Satu
83
Bab 79. Sagita
84
Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85
Bab 81. Pagi yang Indah
86
Bab 82. Pelaku Tertangkap
87
Bab 83. Insecure
88
Bab 84. Baby Boy
89
Bab 85. Aqiqah
90
Dari Author
91
Epilog
92
GIMME YOUR LOVE
93
Promosi : Sebatas Rumah Singgah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!