Bab 17. Win Win Solution

Anindya tidak mempunyai hak untuk marah atas foto itu. Karena jelas, tujuan pernikahan mereka bukan untuk saling memiliki.

Jika bertanya apa alasan Anindya bertahan di sana, jawabannya bukan karena pernikahan yang mengikatnya, bukan juga kesepakatan untuk memberikan ASI selama 2 tahun.

Lebih dari itu, Anindya ingin menjadi sosok ibu yang selalu ada untuk si kembar bahkan jika masa laktasi itu telah usai, mungkin dalam waktu yang lebih lama lagi. Anindya tidak rela jika harus berpisah dengan mereka yang sejak kecil sudah dia jaga, rawat, asuh, dan dibesarkan seperti anak sendiri.

Maka, alasan itu cukup bagi Anindya untuk bertahan di rumah itu dan menerima keadaan rumah tangganya walau entah sampai kapan nanti dan entah seperti apa jalan takdir itu akan berakhir.

Tidak ada pilihan lain, saat ini hidupnya hanya berpedoman pada istilah 'sudah, jalani dulu saja' yang nyatanya mampu membuat hatinya lebih tenang daripada terus memikirkan kelak akan bagaimana.

Malam hari.

Tiada angin tiada hujan, Arsatya malam itu pulang lebih cepat. Walau dia kembali sebelum pukul sepuluh malam dan itu masih belum bisa dikategorikan jam pulang kerja yang wajar, tetapi lebih baik daripada lewat tengah malam.

Anindya sempat terkejut saat melihat kepulangan suaminya yang lebih cepat daripada jam biasanya. Tuhan pasti telah memperhitungkan segalanya sehingga bagi Anindya inilah saatnya dia harus bicara.

Niatnya akan ke dapur untuk mengisi air minum di dalam tumblr diurungkannya, dia lebih tertarik menunggu langkah pria itu mendekat ke arahnya.

Dari kejauhan, mata mereka sejenak bersitatap, lantas timbul secuil–nyaris tak kasat mata–senyum di bibir Anindya tersungging tanpa sadar karena muncul spontan di luar kendali otaknya, berbeda dengan pria itu yang sengaja mengalihkan padangan setelah melihat senyum di bibir Anindya seolah sedang menyambut kepulangannya. Sayangnya, Arsatya sama sekali tidak menyukai hal itu.

Anindya lantas mengerutkan dahinya, saat yang sedang ditatap malah melengos menghindar pandang. Tersinggung, tentu saja. Tetapi tidak terkejut karena dia sudah terbiasa diabaikan dan terlalu sering dikejutkan oleh sikap-sikap yang baru dia temukan dari sisi seorang pria bernama Arsatya yang terlihat sangat merana sejak ditinggal kekasihnya.

Anindya cukup paham akan hal itu, bahwa posisi kakaknya tidak akan berubah di hati kakak ipar. Ada rasa bangga terbesit di dada Anindya jika benar Arsatya sesetia itu pada satu istrinya, tapi dengan catatan bahwa Anindya pun harus siap statusnya tidak akan pernah dianggap oleh pria itu. Miris, ketika merasa bangga dan kecewa di satu waktu yang sama.

“Mas Satya!” panggil Anindya yang dilewati begitu saja saat berpapasan di ujung anak tangga.

Arsatya, pria itu mendesah. Terpaksa menghentikan langkahnya di tengah jalan.

“Gangguan datang. Inilah kenapa aku sungkan pulang cepat,” batinnya berkata.

Mau tidak mau Arsatya berhenti, tetapi tidak berniat menoleh. Biarkan Anindya yang menghampirinya di tengah anak tangga. Benar, wanita itu berlari menyusulnya naik kembali setelah baru saja sampai di lantai dasar.

“Mas Satya, bisa kita bicara?” tanya Anindya yang berada satu tangga di belakang suaminya.

Dengan menggerakan leher sedikit memutar ke arah samping kanan, melirik sekilas wanita yang berada di belakangnya, pria itu pun diam, dingin, dan tidak bersuara.

Hanya menunggu apa yang akan disampaikan oleh wanita itu, kalau bisa langsung saja katakan saat itu juga. Namun, tidak langsung disampaikan oleh mulutnya. Dan tentu, Anindya tidak paham apa arti lirikan mata suaminya itu.

Rupanya, isyarat diamnya tidak ada ubahnya bagi Anindya yang masih mengharapkan jawaban dengan segera.

“Bisa?” tanya Anindya lagi.

“Bicara apa lagi? Katakan sekarang,” balasnya dengan suara datar.

“Tentang perizinanku dan si kembar yang–” jawab Anindya langsung setelah mendapat lampu hijau untuk berbicara.

Ditariknya kembali kepalanya menghadap depan, “Aku lelah. Besok saja kalau mau bercerita,” jawaban yang diberikan pria itu kala dia merasa bahwa Anindya sepertinya akan menyampaikan kalimat yang panjang.

Jelas, Anindya tidak langsung setuju begitu saja karena sesungguhnya tidak ada yang bisa dipercaya dari sikap dan ucapan Arsatya yang tidak pernah konsisten.

Anindya tahu itu, bisa saja besok pria itu akan kembali pulang larut lewat tengah malam dan berujung tidak ada waktu untuk berbicara.

Langkahnya tidak mengejar, tetapi ucapannya mampu menghentikan langkah kaki suaminya, “Aku nggak yakin kita ada waktu lagi besok hari. Mas nanti pergi pagi lagi dan pulang larut malam seperti sebelum-sebelumnya. Kalau bisa sekarang, kenapa harus besok?

“Besok,” tegas Arsatya yang kesal karena ucapannya tidak dihiraukan.

“Aku mau sekarang, maka besok aku tidak akan mengganggumu. Aku janji,” kata Anindya memberikan solusi dan memang dia tidak ingin mudah dibodohi dengan menunggu hal yang tidak pasti tentang esok hari.

Tidak peduli jika di mata Arsatya, Anindya dikenal sebagai sosok yang pemaksa, tidak sabaran, egois, dan tidak peka pada keadaan. Anindya tidak peduli, di hatinya hanya terpatri satu kata tentang pandangan orang pada dirinya, “Terserah.”

“Aku janji,” ucap Anindya sekali lagi.

“Baiklah, tunggu aku di bawah,” kata Arsatya kemudian. Senyum cerah seketika terbit dari bibir wanita cantik berambut hitam sepunggung itu yang hitam terurai meski tidak berantakan.

Tentu Anindya senang saat melakukan negosiasi seperti ini apalagi jika dia yang menjadi pemenangnya. Dalam hal apapun, ketahuilah, Anindya merupakan wanita ambisius yang jarang menerima penolakan saat mencoba menawarkan win win solution, itulah salah satu kelebihan wanita itu.

Daripada berdiam diri duduk di kursi, Anindya pikir dia bisa menyiapkan makan malam. Kebetulan, sejak sore tadi wanita itu belum menyentuh sedikit pun makanan. Dan, sebagai apresiasi karena telah bersedia meluangkan waktu, tidak ada salahnya membuat makanan yang lezat untuk dinikmati berdua.

Setelah memasak menu simpel, Anindya menyadari jika Arsatya belum juga datang padahal sudak cukup lama dia menunggu sampai selesai membuat fuyunghai beserta saus asam manisnya, tapi pria itu tidak kunjung datang.

“Sudah kuduga, dia memang tidak dapat dipercaya,” ucapnya yang kemudian membereskan semua makanan yang sudah disajikan. Ingin makan sendiri pun sudah hilang selera karena nafsu makannya terlindas oleh rasa kecewa.

“PHP,” desisnya saat berada di persimpangan jalan menuju kamar suaminya atau ke kamar si kembar.

Namun, baru saja langkah kakinya menuntun untuk berbelok ke kanan yang artinya akan ke kamar si kembar, terdengar suara pintu terbuka lalu tertutup dari balik badannya.

“Nin, mau kemana? Jadi bicara apa tidak?”

Terpopuler

Comments

imhe devangana

imhe devangana

crtnya terlalu berbelit2 menurut ku, & hanya septr mereka doang ngk ada crt orng lain.
maaf ya thor

2025-01-20

0

Sunarti

Sunarti

sifat satya semakin membingungkan, lanjut Thor 💪💪💪

2023-12-25

4

LISA

LISA

Dasar si Satya itu..aneh bgt..

2023-12-25

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3 Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4 Bab 3. Si Paling Repot
5 Bab 4. Sang Pawang
6 Bab 5. Satu Tujuan
7 Bab 6. Yang Dibutuhkan
8 Bab 7. Menikah
9 Bab 8. Pasca Menikah
10 Bab 9. Kehilangan
11 Bab 10. Pria Merana
12 Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13 Bab 12. Memulai
14 Bab 13. Mengusir Ranti
15 Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16 Bab 15. Kesabaran Teruji
17 Bab 16. Sosok yang Berbeda
18 Bab 17. Win Win Solution
19 Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20 Bab 19. Tiada Yang Salah
21 Bab 20. Tamu Pria
22 Bab 21. Masih Ada Urusan
23 Bab 22. Merawat Luka
24 Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25 Bab 24. Buku Harian Amelia
26 Bab 25. Tergantikan
27 Bab 26. Salah Nama
28 Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29 Bab 28. Lancang
30 Bab 29. Mengadu
31 Bab 30. Pergi
32 Bab 31. Biar Merasakan
33 Bab 32. Bukan Pengasuh
34 Bab 33. Nyaman
35 Bab 34. Pesona Anindya
36 Bab 35. ACC
37 Bab 36. Circle
38 Bab 37. Viral
39 Bab 38. Ada Apa Dengannya
40 Bab 39. Menyerah
41 Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42 Bab 41. Merakit Ulang
43 Bab 42. Hari Baru
44 Bab 43. Karina
45 Bab 44. Memulai
46 Bab 45. Bukan Sekarang
47 Bab 46. Melepas Pergi
48 Bab 47. Tamu Tak Diundang
49 Bab 48. Ansha yang Malang
50 Bab 49. Jangan Pergi
51 Bab 50. Mereka Lebih Penting
52 Bab 51. Ujian
53 Bab 52. Tidak Marah
54 Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55 Bab 54. Dia Pelakunya
56 Bab 55. Ganjaran
57 Bab 56. Dibatasi
58 Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59 Bab 58. Menantang
60 Pengumuman
61 Bab 59. Sebuah Janji
62 Bab 60. Pinjam Seratus
63 Bab 61. Tidak Usah Peduli
64 Bab 62. Hari Wisuda
65 Bab 63. Hari Wisuda 2
66 Bab 64. Tidak Bisa
67 Bab 65. Galau
68 Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69 Bab 66. Buat Aku Percaya
70 Bab 67. No (Child) More
71 Bab 68. Menemui Ansha
72 Bab 69. Dua Jenazah
73 Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74 Pengumuman
75 Bab 71. Ikhlas
76 Bab 72. Nyaris Sempurna
77 Bab 73. Co-Assistant
78 Bab 74. Hamil
79 Bab 75. Kejutan
80 Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81 Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82 Bab 78. Pilih Satu
83 Bab 79. Sagita
84 Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85 Bab 81. Pagi yang Indah
86 Bab 82. Pelaku Tertangkap
87 Bab 83. Insecure
88 Bab 84. Baby Boy
89 Bab 85. Aqiqah
90 Dari Author
91 Epilog
92 GIMME YOUR LOVE
93 Promosi : Sebatas Rumah Singgah
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3
Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4
Bab 3. Si Paling Repot
5
Bab 4. Sang Pawang
6
Bab 5. Satu Tujuan
7
Bab 6. Yang Dibutuhkan
8
Bab 7. Menikah
9
Bab 8. Pasca Menikah
10
Bab 9. Kehilangan
11
Bab 10. Pria Merana
12
Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13
Bab 12. Memulai
14
Bab 13. Mengusir Ranti
15
Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16
Bab 15. Kesabaran Teruji
17
Bab 16. Sosok yang Berbeda
18
Bab 17. Win Win Solution
19
Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20
Bab 19. Tiada Yang Salah
21
Bab 20. Tamu Pria
22
Bab 21. Masih Ada Urusan
23
Bab 22. Merawat Luka
24
Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25
Bab 24. Buku Harian Amelia
26
Bab 25. Tergantikan
27
Bab 26. Salah Nama
28
Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29
Bab 28. Lancang
30
Bab 29. Mengadu
31
Bab 30. Pergi
32
Bab 31. Biar Merasakan
33
Bab 32. Bukan Pengasuh
34
Bab 33. Nyaman
35
Bab 34. Pesona Anindya
36
Bab 35. ACC
37
Bab 36. Circle
38
Bab 37. Viral
39
Bab 38. Ada Apa Dengannya
40
Bab 39. Menyerah
41
Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42
Bab 41. Merakit Ulang
43
Bab 42. Hari Baru
44
Bab 43. Karina
45
Bab 44. Memulai
46
Bab 45. Bukan Sekarang
47
Bab 46. Melepas Pergi
48
Bab 47. Tamu Tak Diundang
49
Bab 48. Ansha yang Malang
50
Bab 49. Jangan Pergi
51
Bab 50. Mereka Lebih Penting
52
Bab 51. Ujian
53
Bab 52. Tidak Marah
54
Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55
Bab 54. Dia Pelakunya
56
Bab 55. Ganjaran
57
Bab 56. Dibatasi
58
Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59
Bab 58. Menantang
60
Pengumuman
61
Bab 59. Sebuah Janji
62
Bab 60. Pinjam Seratus
63
Bab 61. Tidak Usah Peduli
64
Bab 62. Hari Wisuda
65
Bab 63. Hari Wisuda 2
66
Bab 64. Tidak Bisa
67
Bab 65. Galau
68
Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69
Bab 66. Buat Aku Percaya
70
Bab 67. No (Child) More
71
Bab 68. Menemui Ansha
72
Bab 69. Dua Jenazah
73
Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74
Pengumuman
75
Bab 71. Ikhlas
76
Bab 72. Nyaris Sempurna
77
Bab 73. Co-Assistant
78
Bab 74. Hamil
79
Bab 75. Kejutan
80
Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81
Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82
Bab 78. Pilih Satu
83
Bab 79. Sagita
84
Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85
Bab 81. Pagi yang Indah
86
Bab 82. Pelaku Tertangkap
87
Bab 83. Insecure
88
Bab 84. Baby Boy
89
Bab 85. Aqiqah
90
Dari Author
91
Epilog
92
GIMME YOUR LOVE
93
Promosi : Sebatas Rumah Singgah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!