Bab 3. Si Paling Repot

Waktu subuh, Arsatya terbangun karena mendengar suara bayi Chesa yang menangis keras.

Arsatya terlonjak dari tempat tidurnya, dia berlari ke arah ranjang bayi. “Hei, Nak. Ada apa?” kata ayah muda itu langsung menggendong bayinya.

“Huek,” ia mual saat tangannya menyentuh pantat anak bayinya yang basah karena buang air besar.

“Ya, kamu pup, ya?”

Pagi hari itu, dia sudah sibuk mengganti popok bayinya setelah buang air besar. Dia pun dengan telaten memandikan bayi Chesa dengan hati-hati.

“Ayo, pakai bajumu dulu. Ayah bedong kamu sebisanya, ya? Biar hangat,” ucapnya saat selesai memandikan bayi Chesa.

Namun, setelah sudah bersih dan wangi, bayi Chesa kembali menyemburkan air seninya ke wajah sang ayah. Mau tidak mau, dia harus kembali membuka lilitan kain bedong yang tebal dan membuka pasang popok si bayi.

Ketika hari sudah lebih terang, Arsatya sudah bersiap untuk bekerja, tetapi anak bayinya terus-terusan menangis jika tidak ditimang-timang. Alhasil, dia pun membawa kemana-mana anak bayinya itu.

Di tangan kirinya menggendong sang bayi, tangan kanannya memegangi botol susu, dan kedua kakinya saling membantu memasangkan sepatunya sendiri. Sesekali tangan kanannya bergantian membolak-balikkan sesuatu di atas penggorengan.

Terlihat repot sekali ayah baru itu.

Anindya datang menghampiri dengan membawa serta Ansha yang dalam keadaan tenang karena memang perutnya tidak lapar. Berbeda dengan bayi Chesa yang masih merengek dan tidak bisa tenang digendongan ayahnya.

“Hus, cup cup, anak ayah yang baik, diamlah. Kamu mau apa? Katakan apa maumu, jangan bisanya nangis saja,” ucap si ayah anak itu.

Anindya yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepala, “Mas, bayi umur tiga hari mana bisa disuruh ngomong? Yang benar saja,” kata Anindya yang mencibir pada kakak iparnya.

“Hek, hek,” bayi Chesa kembali merengek.

“Iya, Nak. Iya, sebentar ya. Ini ayah mau sarapan, makanya ayo dong Chesa juga minum susunya ya, biar perutnya keisi jangan kosong. Ayo, minum,” bujuk Arsatya mengarahkan ujung botol berisi susu formula pada mulut bayi Chesa, tetap saja bayi itu tidak mau.

“Ma! Mama dimana? Bantu aku, Ma!” teriak pria itu ketika dia sudah hilang kesabaran mengurusi bayinya.

“Apa sih, Mas. Mama lagi di belakang, kamu ngapain bawa bayi ke dekat kompor begitu? Ih, bahaya!” omel Ranti yang memukul lengan putranya dan segera mengambil alih cucunya dari tangan sang putra.

“Bau gosong apa ini?” tanya Ranti yang mengendus bau gosong yang semerbak.

“What the fuck! Omeletnya,” baru tersadar pra itu jika sedang memasak omelet dengan api besar.

“Ya Allah, Mas-Mas. Kamu bikin omelet saja tidak becus!” Rianti segera mematikan nyala api di kompor itu.

“Aku tidak terbiasa, Ma. Biasanya kan Amelia yang membuatkan sarapan,” ujarnyay sedih.

“Kenapa dari dulu gak sewa pembantu saja, sih?”

“Tidak, Amelia tidak suka menyewa jasa pembantu. Dia yang meminta mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri,” ucap bapak dua anak itu.

“Terus? Kamu sama sekali tidak pernah membantunya? Memasak juga tidak pernah?!”

Arsatya hanya menggeleng, “Suami macam apa kamu! Apakah kamu pernah membayangkan betapa lelahnya dia mengurus rumah sebesar ini tanpa pembantu? Lalu, apa kontribusimu dalam rumah tangga? Ya Allah, Mas-Mas,” kata Ranti yang geleng-geleng dengan sikap putranya.

“Aku bekerja, Ma.”

“Istri yang melakukan pekerjaan rumah jauh lebih berat dan tidak akan ada selesainya daripada kamu yang bekerja di luar rumah! Nggak pernah kamu bayangkan saat dia hamil anakmu, menopang berat dua individu sekaligus di dalam perutnya, sedangkan dia masih mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri? Dimana akalmu?!” seru Rianti yang menoyor pelan kepala Arsatya.

Prang! Wajan dan spatula terbang bersama dengan omelet yang gosong.

“Ma! Jangan ingatkan aku akan hal itu!” teriak pria itu lalu segera pergi dari dapur.

Di makam yang masih berupa tumpukan tanah merah yang masih basah, bahkan taburan bunga masih segar warnanya tersebar di atas tanah timbul itu. Arsatya menangis di batu nisan yang bertuliskan nama istrinya.

“Sayang, maafkan aku. Dengan cara apa supaya aku bisa menebus kesalahanku, aku benar-benar suami yang buruk bagimu. Aku tidak peka, aku jahat, dan aku zalim padamu. Maafkan aku,” ucapnya merengek dan meraung menangis di atas makam istrinya yang telah tiada.

Sementara di rumah.

Ranti memastikan jika Arsatya sudah pergi menggunakan mobilnya, “Anin, Satya sudah pergi. Saatnya memberi ASI pada Chesa, Nak.”

Sekembalinya Arsatya dari tempat bekerjanya, hal pertama yang dia cari adalah keberadaan dua anak kembarnya.

"Ma, dimana anak-anakku?" tanya dia sebelum melepas pakaian tugasnya dari rumah sakit tempat dia bekerja.

"Kamu bersih-bersih dulu. Mereka sudah tidur di kamar mama," jawab Ranti.

Arsatya segera membersihkan diri supaya bisa cepat bertemu dan tidur bersama anak-anaknya. Setelah tubuhnya selesai diguyur air shower yang dingin, dia kembali segar meskipun hari akan berganti.

Ia masuk ke kamar ibunya, tetapi saat pintu itu dibuka secara perlahan bukan sang ibu yang menemani kedua bayinya, melainkan Anindya yang terlelap di ujung ranjang itu.

"Anin?" kerutan di dahinya muncul saat melihat anak-anaknya tertidur di samping adik iparnya.

Dia berniat akan pergi dari kamar itu karena ada Anindya di sana. Namun, saat kakinya melangkah berputar balik, seperti ada insting kuat antara ayah dan anak yang terhubung di bawah alam sadar mereka. Kedua bayi itu merengek saat kaki Arsatya melangkah menjauh.

"Hush, hush," Arsatya menepuk pelan dada kedua putrinya sampai mereka kembali terlelap.

Rasa kantuk yang tidak tertahan membuat Arsatya naik ke ranjang yang sama dengan anak dan adik iparnya. Dengan posisi yang sama-sama meringkuk dan berhadapan dengan Anindya, dia membiarkan diri tenggelam dalam alam bawah sadarnya. Dam berpikir dia akan bangun lebih pagi sebelum Anindya bangun dari tidurnya.

Sementara itu, Ranti yang melihat pemandangan itu dengan ternyuh. Melihat mereka yang sama-sama sedang merasa kehilangan; satu ditinggalkan anak, yang satu ditinggal istri, dan dua bayi yang ditinggalkan ibunya.

"Keadaan yang saling melengkapi," ucap Ranti menatap pemandangan mengharu biru di depan matanya.

Terpopuler

Comments

Nur Haya

Nur Haya

cerita nya bagus aq kasi vote thor

2024-01-10

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3 Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4 Bab 3. Si Paling Repot
5 Bab 4. Sang Pawang
6 Bab 5. Satu Tujuan
7 Bab 6. Yang Dibutuhkan
8 Bab 7. Menikah
9 Bab 8. Pasca Menikah
10 Bab 9. Kehilangan
11 Bab 10. Pria Merana
12 Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13 Bab 12. Memulai
14 Bab 13. Mengusir Ranti
15 Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16 Bab 15. Kesabaran Teruji
17 Bab 16. Sosok yang Berbeda
18 Bab 17. Win Win Solution
19 Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20 Bab 19. Tiada Yang Salah
21 Bab 20. Tamu Pria
22 Bab 21. Masih Ada Urusan
23 Bab 22. Merawat Luka
24 Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25 Bab 24. Buku Harian Amelia
26 Bab 25. Tergantikan
27 Bab 26. Salah Nama
28 Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29 Bab 28. Lancang
30 Bab 29. Mengadu
31 Bab 30. Pergi
32 Bab 31. Biar Merasakan
33 Bab 32. Bukan Pengasuh
34 Bab 33. Nyaman
35 Bab 34. Pesona Anindya
36 Bab 35. ACC
37 Bab 36. Circle
38 Bab 37. Viral
39 Bab 38. Ada Apa Dengannya
40 Bab 39. Menyerah
41 Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42 Bab 41. Merakit Ulang
43 Bab 42. Hari Baru
44 Bab 43. Karina
45 Bab 44. Memulai
46 Bab 45. Bukan Sekarang
47 Bab 46. Melepas Pergi
48 Bab 47. Tamu Tak Diundang
49 Bab 48. Ansha yang Malang
50 Bab 49. Jangan Pergi
51 Bab 50. Mereka Lebih Penting
52 Bab 51. Ujian
53 Bab 52. Tidak Marah
54 Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55 Bab 54. Dia Pelakunya
56 Bab 55. Ganjaran
57 Bab 56. Dibatasi
58 Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59 Bab 58. Menantang
60 Pengumuman
61 Bab 59. Sebuah Janji
62 Bab 60. Pinjam Seratus
63 Bab 61. Tidak Usah Peduli
64 Bab 62. Hari Wisuda
65 Bab 63. Hari Wisuda 2
66 Bab 64. Tidak Bisa
67 Bab 65. Galau
68 Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69 Bab 66. Buat Aku Percaya
70 Bab 67. No (Child) More
71 Bab 68. Menemui Ansha
72 Bab 69. Dua Jenazah
73 Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74 Pengumuman
75 Bab 71. Ikhlas
76 Bab 72. Nyaris Sempurna
77 Bab 73. Co-Assistant
78 Bab 74. Hamil
79 Bab 75. Kejutan
80 Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81 Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82 Bab 78. Pilih Satu
83 Bab 79. Sagita
84 Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85 Bab 81. Pagi yang Indah
86 Bab 82. Pelaku Tertangkap
87 Bab 83. Insecure
88 Bab 84. Baby Boy
89 Bab 85. Aqiqah
90 Dari Author
91 Epilog
92 GIMME YOUR LOVE
93 Promosi : Sebatas Rumah Singgah
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3
Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4
Bab 3. Si Paling Repot
5
Bab 4. Sang Pawang
6
Bab 5. Satu Tujuan
7
Bab 6. Yang Dibutuhkan
8
Bab 7. Menikah
9
Bab 8. Pasca Menikah
10
Bab 9. Kehilangan
11
Bab 10. Pria Merana
12
Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13
Bab 12. Memulai
14
Bab 13. Mengusir Ranti
15
Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16
Bab 15. Kesabaran Teruji
17
Bab 16. Sosok yang Berbeda
18
Bab 17. Win Win Solution
19
Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20
Bab 19. Tiada Yang Salah
21
Bab 20. Tamu Pria
22
Bab 21. Masih Ada Urusan
23
Bab 22. Merawat Luka
24
Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25
Bab 24. Buku Harian Amelia
26
Bab 25. Tergantikan
27
Bab 26. Salah Nama
28
Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29
Bab 28. Lancang
30
Bab 29. Mengadu
31
Bab 30. Pergi
32
Bab 31. Biar Merasakan
33
Bab 32. Bukan Pengasuh
34
Bab 33. Nyaman
35
Bab 34. Pesona Anindya
36
Bab 35. ACC
37
Bab 36. Circle
38
Bab 37. Viral
39
Bab 38. Ada Apa Dengannya
40
Bab 39. Menyerah
41
Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42
Bab 41. Merakit Ulang
43
Bab 42. Hari Baru
44
Bab 43. Karina
45
Bab 44. Memulai
46
Bab 45. Bukan Sekarang
47
Bab 46. Melepas Pergi
48
Bab 47. Tamu Tak Diundang
49
Bab 48. Ansha yang Malang
50
Bab 49. Jangan Pergi
51
Bab 50. Mereka Lebih Penting
52
Bab 51. Ujian
53
Bab 52. Tidak Marah
54
Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55
Bab 54. Dia Pelakunya
56
Bab 55. Ganjaran
57
Bab 56. Dibatasi
58
Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59
Bab 58. Menantang
60
Pengumuman
61
Bab 59. Sebuah Janji
62
Bab 60. Pinjam Seratus
63
Bab 61. Tidak Usah Peduli
64
Bab 62. Hari Wisuda
65
Bab 63. Hari Wisuda 2
66
Bab 64. Tidak Bisa
67
Bab 65. Galau
68
Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69
Bab 66. Buat Aku Percaya
70
Bab 67. No (Child) More
71
Bab 68. Menemui Ansha
72
Bab 69. Dua Jenazah
73
Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74
Pengumuman
75
Bab 71. Ikhlas
76
Bab 72. Nyaris Sempurna
77
Bab 73. Co-Assistant
78
Bab 74. Hamil
79
Bab 75. Kejutan
80
Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81
Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82
Bab 78. Pilih Satu
83
Bab 79. Sagita
84
Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85
Bab 81. Pagi yang Indah
86
Bab 82. Pelaku Tertangkap
87
Bab 83. Insecure
88
Bab 84. Baby Boy
89
Bab 85. Aqiqah
90
Dari Author
91
Epilog
92
GIMME YOUR LOVE
93
Promosi : Sebatas Rumah Singgah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!