Bab 16. Sosok yang Berbeda

Esok paginya, rutinitas yang sama tapi tidak pernah ada bosannya bagi Anindya ialah bergumul dengan kegiatan mengurus dan menyusui si kembar sejak pertama kali matanya terbuka.

Kring...Drrt... drrt. Ponselnya berdering terselip di bawah bantal tidurnya.

"Halo, Lin?" sapanya langsung pada seseorang yang menghubunginya.

“Halo, Nin. Gimana, bisa nggak datang bimbingan minggu depan? Kita udah bikin janji sama profesor. Kalau kamu nggak ikut, nanti slot lima anak ini satunya akan diganti buat teman lain yang mau bimbingan juga.”

Anindya yang sedang menyantap roti isi buatannya dengan membawa bayi Chesa dalam gendongan akan semakin repot jika harus terus mengapit ponsel di antara bahu dan telinganya.

Dia yang sedang menyusui bayi Chesa dengan posisi menyandar di bed board, lantas bangkit dan meletakkan ponsel itu di meja. Mengaktifkan fitur loud speaker menjadi alternatif supaya semua kegiatannya dapat berjalan di waktu yang bersamaan.

“Eh, Lin, jangan kamu kasih ke orang lain dulu! Aku belum dapet izin. Tungguin aku dulu,” jawab Anindya yang tidak jelas karena mulutnya terisi penuh dengan makanan.

“Apa, Nin? Tungguin apa?” Alina, di seberang sana dia bertanya dengan nada lantang menyaut suara Anindya yang tidak jelas.

“Iya, tungguin aku dapat izin dulu,” ucap Anindya mengulangi ucapannya saat makanan di dalam mulutnya sudah lumat dan dapat ditelan dengan baik.

“Izin dari siapa, sih? Terus kenapa kamu nggak pernah ke kos? Kita kan di sini ngerjainnya bereng-bareng, Nin,” ucap temannya itu.

Mereka belum tahu jika Anindya sudah bersuami. Juga, mereka tidak pernah tahu jika Anindya pernah hamil bahkan bayinya meninggal setelah dilahirkan. Anindya sangat pandai menyembunyikan masalahnya dari teman-teman terdekatnya.

Yang mereka tahu, cuti semester lalu yang Anindya ajukan saat perutnya sudah terlihat membesar, tidak lantas menimbulkan kecurigaan bagi teman-temannya karena memang beberapa bulan terakhir Anindya terlihat sangat lelah menjalani perkuliahan terlebih saat menyelesaikan masa magang di salah satu institusi sebagai proyek akhir– tugas di semester sebelumnya.

Namun kini, Anindya ingin kembali berkuliah dan mengejar gelar sarjana kedokteran giginya.

“Aku sibuk di rumah. Kamu ‘kan tahu kakakku baru saja meninggal setelah melahirkan dua keponakanku,” ucap Anindya mengingatkan.

“Iya, terus?” Alina menimpali tanpa bersimpati.

“Ya, terus–“ Anindya kebingungan, tidak mungkin dia mengatakan menjadi ibu sambungnya atau akan membuat Alina menuntut penjelasan lebih dan akan panjang ceritanya.

“Kamu jadi ibunya, begitu? Nggak, kan? Sempatkanlah buat menyelesaikan skripsimu itu. Nggak sayang uang semesteranmu?” kata Alina.

Memang benar, di sinilah Alina yang selalu menjadi motivator kala Anindya sudah merasa lelah berkuliah terlebih dengan tugas dan sulitnya berjuang di jurusan kedokteran yang dia geluti. Namun, berkat Alinalah yang mampu mengantarkan Anindya untuk tidak berputus asa dan berada sampai di detik akhir masa studinya.

“Kamu benar, Lin. Kakakku sudah membayar mahal uang UKT semeter ini. Bagaimanapun juga aku harus menyelesaikan studiku di semester ini. Tidak ingin berlama-lama karena setelahnya aku tidak tahu lagi harus membayar dengan apa,” ucap Anindya dalam hatinya.

“Okey, aku ikut!” ucapnya memutuskan dengan mantap.

Dapat izin atau tidak, anggap saja izin sudah dia dapatkan karena setidaknya kemarin Anindya sudah memberitahu suaminya.

“Oh ya, Nin. Aku kemarin lihat ada dokter baru di rumah sakit kampus kita. Ganteng banget, kamu mau lihat?” Seperti sebelum-sebelumnya, Alina yang tahu jika Anindya pernah terobsesi dengan semua pria berparas tampan terutama jika pria itu berprofesi seorang dokter.

“Terserah,” kali ini jawaban Anindya datar. Di gengnya, semua tahu jika Anindya yang selalu terlihat semangat saat melihat para dokter muda yang tampan dan fresh di rumah sakit kampusnya.

Namun seakan berubah haluan, Anindya menjadi tidak tertarik dengan pria tampan mana pun terlebih pada dokter-dokter lainnya karena pengalaman pribadinya yang pernah disakiti oleh laki-laki dari profesi yang sama.

“Okey nanti kau kirim, kemarin sempat selfie,” ucap Alina lagi.

“Sudah ku-send, ya! Coba lihat, menurutmu seberapa tampan dia? Aku juga punya nomornya, dia dokter yang sangat humble,”  Alina menambahkan.

Klonteng! Notifikasi pesan masuk berbunyi, pesan gambar dari Alina telah dia terima.

“Nin? Masih dengar?” tanya Alina setelah beberapa saat tidak ada suara yang terdengar dari seberang telepon karena saat ini Anindya sedang sibuk melihat foto yag dikirimkan Alina.

“Nin? Malah turu!” cibir Alina di sana.

“Anin, halo?”

Anindya tengah melihat dengan saksama foto itu dengan memutar rotasi layar supaya foto terlihat lebih lebar dan jelas untuk memastikan apakah benar satu-satunya sosok pria yang berada di antara para gadis itu adalah Arsatya, suaminya atau bukan.

Namun, di dada kanan pria itu terlihat jelas name tag-nya yang menempel dan tertulis serangkaian nama dr. Arsatya Pramana, Sp. PD, KKV.

“Nin, aku tutup teleponnya, ya?” ucap Alina yang tidak juga mendengar suara dari seberang sambungan telepon.

"Auh!" Anindya memekik. Dia baru teralihkan dari fokusnya bukan karena suara Alina, tetapi bayi Chesa yang mencakar pipinya dengan kuku-kuku panjangnya.

"Nin? Lagi ngapain, sih? You oke?" tanya Alina dari seberang panggilan.

“Eee, tunggu! Ini kalian foto kapan, Lin?” keingintahuan Anindya akhirnya terpancing juga.

“Baru banget kemarin sore,” jawab Alina.

Deg.

“Kemarin sore? Kemarin sore dia bisa tersenyum seperti ini, kenapa malamnya yang kulihat dia muram seperti itu?”

“Sudah, ya. Sampai ketemu minggu depan, Anin! Salam buat si kembar, dah!” ucap Alina di penghujung perbincangannya.

Anindya tidak mengindahkan, ia sedang fokus menatap foto itu lebih lama. Membandingkan sosok seorang pria berjas putih dengan senyum pasta giginya yang berada di foto itu dengan rupa asli pria yang sama yang semalam dilihatnya.

Tidak hentinya Anindya berkomentar di dalam hatinya, “Sangat berbeda. Di foto ini dia terlihat seperti seorang raja yang bahagia dikelilingi para selirnya, sedangkan yang di rumah seperti raja hutan saja. Menyebalkan!”

Terpopuler

Comments

Alif 33

Alif 33

gak bisa lepas hormon jadi begitu

2024-01-15

0

Sunarti

Sunarti

lanjut Thor update terbaru 💪💪💪👍👍👍❤️❤️❤️❤️❤️

2023-12-24

0

Putri rahmaniah

Putri rahmaniah

lelaki seperti arsatya itu jangan diopen Anindya cuekiin aja,,fokus sma Anaknya aja..biar dia penasaran sama kamu Anindya

2023-12-24

7

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3 Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4 Bab 3. Si Paling Repot
5 Bab 4. Sang Pawang
6 Bab 5. Satu Tujuan
7 Bab 6. Yang Dibutuhkan
8 Bab 7. Menikah
9 Bab 8. Pasca Menikah
10 Bab 9. Kehilangan
11 Bab 10. Pria Merana
12 Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13 Bab 12. Memulai
14 Bab 13. Mengusir Ranti
15 Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16 Bab 15. Kesabaran Teruji
17 Bab 16. Sosok yang Berbeda
18 Bab 17. Win Win Solution
19 Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20 Bab 19. Tiada Yang Salah
21 Bab 20. Tamu Pria
22 Bab 21. Masih Ada Urusan
23 Bab 22. Merawat Luka
24 Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25 Bab 24. Buku Harian Amelia
26 Bab 25. Tergantikan
27 Bab 26. Salah Nama
28 Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29 Bab 28. Lancang
30 Bab 29. Mengadu
31 Bab 30. Pergi
32 Bab 31. Biar Merasakan
33 Bab 32. Bukan Pengasuh
34 Bab 33. Nyaman
35 Bab 34. Pesona Anindya
36 Bab 35. ACC
37 Bab 36. Circle
38 Bab 37. Viral
39 Bab 38. Ada Apa Dengannya
40 Bab 39. Menyerah
41 Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42 Bab 41. Merakit Ulang
43 Bab 42. Hari Baru
44 Bab 43. Karina
45 Bab 44. Memulai
46 Bab 45. Bukan Sekarang
47 Bab 46. Melepas Pergi
48 Bab 47. Tamu Tak Diundang
49 Bab 48. Ansha yang Malang
50 Bab 49. Jangan Pergi
51 Bab 50. Mereka Lebih Penting
52 Bab 51. Ujian
53 Bab 52. Tidak Marah
54 Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55 Bab 54. Dia Pelakunya
56 Bab 55. Ganjaran
57 Bab 56. Dibatasi
58 Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59 Bab 58. Menantang
60 Pengumuman
61 Bab 59. Sebuah Janji
62 Bab 60. Pinjam Seratus
63 Bab 61. Tidak Usah Peduli
64 Bab 62. Hari Wisuda
65 Bab 63. Hari Wisuda 2
66 Bab 64. Tidak Bisa
67 Bab 65. Galau
68 Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69 Bab 66. Buat Aku Percaya
70 Bab 67. No (Child) More
71 Bab 68. Menemui Ansha
72 Bab 69. Dua Jenazah
73 Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74 Pengumuman
75 Bab 71. Ikhlas
76 Bab 72. Nyaris Sempurna
77 Bab 73. Co-Assistant
78 Bab 74. Hamil
79 Bab 75. Kejutan
80 Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81 Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82 Bab 78. Pilih Satu
83 Bab 79. Sagita
84 Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85 Bab 81. Pagi yang Indah
86 Bab 82. Pelaku Tertangkap
87 Bab 83. Insecure
88 Bab 84. Baby Boy
89 Bab 85. Aqiqah
90 Dari Author
91 Epilog
92 GIMME YOUR LOVE
93 Promosi : Sebatas Rumah Singgah
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3
Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4
Bab 3. Si Paling Repot
5
Bab 4. Sang Pawang
6
Bab 5. Satu Tujuan
7
Bab 6. Yang Dibutuhkan
8
Bab 7. Menikah
9
Bab 8. Pasca Menikah
10
Bab 9. Kehilangan
11
Bab 10. Pria Merana
12
Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13
Bab 12. Memulai
14
Bab 13. Mengusir Ranti
15
Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16
Bab 15. Kesabaran Teruji
17
Bab 16. Sosok yang Berbeda
18
Bab 17. Win Win Solution
19
Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20
Bab 19. Tiada Yang Salah
21
Bab 20. Tamu Pria
22
Bab 21. Masih Ada Urusan
23
Bab 22. Merawat Luka
24
Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25
Bab 24. Buku Harian Amelia
26
Bab 25. Tergantikan
27
Bab 26. Salah Nama
28
Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29
Bab 28. Lancang
30
Bab 29. Mengadu
31
Bab 30. Pergi
32
Bab 31. Biar Merasakan
33
Bab 32. Bukan Pengasuh
34
Bab 33. Nyaman
35
Bab 34. Pesona Anindya
36
Bab 35. ACC
37
Bab 36. Circle
38
Bab 37. Viral
39
Bab 38. Ada Apa Dengannya
40
Bab 39. Menyerah
41
Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42
Bab 41. Merakit Ulang
43
Bab 42. Hari Baru
44
Bab 43. Karina
45
Bab 44. Memulai
46
Bab 45. Bukan Sekarang
47
Bab 46. Melepas Pergi
48
Bab 47. Tamu Tak Diundang
49
Bab 48. Ansha yang Malang
50
Bab 49. Jangan Pergi
51
Bab 50. Mereka Lebih Penting
52
Bab 51. Ujian
53
Bab 52. Tidak Marah
54
Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55
Bab 54. Dia Pelakunya
56
Bab 55. Ganjaran
57
Bab 56. Dibatasi
58
Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59
Bab 58. Menantang
60
Pengumuman
61
Bab 59. Sebuah Janji
62
Bab 60. Pinjam Seratus
63
Bab 61. Tidak Usah Peduli
64
Bab 62. Hari Wisuda
65
Bab 63. Hari Wisuda 2
66
Bab 64. Tidak Bisa
67
Bab 65. Galau
68
Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69
Bab 66. Buat Aku Percaya
70
Bab 67. No (Child) More
71
Bab 68. Menemui Ansha
72
Bab 69. Dua Jenazah
73
Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74
Pengumuman
75
Bab 71. Ikhlas
76
Bab 72. Nyaris Sempurna
77
Bab 73. Co-Assistant
78
Bab 74. Hamil
79
Bab 75. Kejutan
80
Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81
Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82
Bab 78. Pilih Satu
83
Bab 79. Sagita
84
Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85
Bab 81. Pagi yang Indah
86
Bab 82. Pelaku Tertangkap
87
Bab 83. Insecure
88
Bab 84. Baby Boy
89
Bab 85. Aqiqah
90
Dari Author
91
Epilog
92
GIMME YOUR LOVE
93
Promosi : Sebatas Rumah Singgah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!