Bab 8. Pasca Menikah

Seolah tidak ada yang berubah selain daripada status pernikahan di dalam kartu tanda pengenal dan dokumen keluarga lainnya, mereka menjalani kehidupan yang biasa saja.

Anindya yang fokus menyusui si kembar dan belajar untuk kuliahnya, sedangkan Arsatya sibuk dengan profesinya sebagai dokter di beberapa rumah sakit, klinik, dan turut bergabung di ranah hukum sebagai ahli forensik. Pria itu sering menghabiskan waktu di luar dan tidak ada waktu di rumah selain untuk rehat sejenak bila malam telah tiba.

Di siang hari, biasa Aninda dibantu oleh Ranti dan satu baby sitter yang akan menjaga bayi kala mereka tertidur.  Jika bangun dan lapar, maka Anindya siap untuk kembali turun tangan.

Kala petang, Anindya sudah berada di atas ranjang besar bersama dengan dua bayi di sebelahnya. Dia akan mengendong satu per satu si kembar untuk bergantian menyusu dan mengantarkan mereka tidur, begitu yang terjadi selama beberapa hari ini setelah pernikahan terjadi.

“Tante, mas Satya belum pulang?” tanya Anindya pada Ranti yang sedang mengajak mengobrol cucunya yang lain.

“Belum, biasanya sebentar lagi. Kenapa, Nin?”

“Anin mau minta izin, besok harus ke Jogja buat bimbingan,” ucap Anindya.

“Besok? Jam berapa?” Ranti pun bertanya.

“Pagi, cuma mau bimbingan aja. Anin ada janji sama dosen pembimbing buat ketemuan lusa,” jelasnya.

“Anin udah siapin buat berangkat besok, Tan. Ini susu untuk mereka juga udah Anin siapkan di lemari pendingin,” jelas Anindya.

“Dadakan banget, Anin? Bilang Satya ya, tunggu dia pulang,” Ranti memberikan saran.

Nyatanya, ditunggu punya tunggu, seseorang yang dinantikan kedatangannya tidak jua datang.

Berganti hari, Anindya bangun terlampau siang. Dengan gesit turun dari ranjangnya, dia terburu-buru mengejar sisa waktu. Bersiap dan bersolek ala kadarnya asalkan tubuhnya telah segar terguyur air. Turun dari lantai atas, dia membawa tas ransel yang sudah disiapkan sebelumnya.

“Tante, Anin pergi dulu, ya. Sus, tolong nanti kalau mereka bangun dan lapar, berikan ASI yang ada di refrige, ya. Aku harus pergi sekarang,” ucapnya berpamitan pada Ranti dan pada suster Anti.

Dengan gugup dia berjalan dengan cepat sembari sibuk mengulir ponselnya untuk memastikan jam keberangkatan kereta. Namun, pandangannya yang tidak fokus, dia menabrak sesuatu di depannya.

Dug!

“Akh!” Seketika ponsel itu terjatuh ke lantai dan berhasil mengalihkan fokusnya dari ponsel ke sesuatu yang ditabraknya.

“Mau kemana?”

Arsatya, pria itu yang Anindya tabrak tanpa sengaja. Di tengah pintu masuk, mereka berpapasan. Pria itu baru saja pulang dari tempat kerjanya.

“Mas Satya, Anin buru-buru mau pergi ke Jogja. Sudah, ya,” Anindya berpamit dan akan mencium tangan pria itu.

Namun, Arsatya menyembunyikan tangannya sebelum Anindya meraih tangan itu, “Jogja?” tanya pria itu mengerutkan dahinya.

“Iya, buat bimbingan besok,” jawab Anindya.

“Kenapa dadakan? Nggak boleh, kembali!” kata Arsatya tegas yang malah menutup pintu rumah dan mendorong tubuh Anindya mundur dari pintu itu.

“Lha, gak bisa dong! Keretanya udah nggak bisa di-reschedule, Mas. Aku harus pergi sekarang,” bantah Anindya yang telah mundur beberapa langkah karena dorongan Arsatnya.

“Gak, kamu nggak bilang apa-apa sebelumnya. Anak-anak masih masa pemulihan, Nin, mereka–”

Tetapi, Anindya menyela kalimat yang belum selesai terucap. “Anin udah taruh ASI di botol di lemari pendingin. Udah aman. Anin harus pergi, udah buat janji sama dosbing soalnya,” ujar Anindya memberi tahu.

“Gak bisa. Aku baru pulang dan kamu mau pergi gitu aja. Kan bisa bimbingan secara online. Siapa dosennya, sini Mas hubungi pasti boleh bimbingan online atau via chat,” kata Arsatya menawarkan solusi.

“Mas, itu gak mudah. Kalau bimbingan lewat chat segampang itu udah Anin lakuin dari dulu. Sudahlah, dosbingku sibuk, dia professor. Jadi, harus Anin yang tahu diri karena Anin yang butuh beliau.”

“Sekali nggak tetap nggak, Nin,” putus Arsatya menunjukkan satu jari telunjuknya di depan wajah Anindya.

"Mas, tapi Anin harus selesaikan studi semester ini!"

Anindya menatap punggung pria itu yang berjalan meninggalkan dirinya, “Kasih aku alasan kenapa Mas gak kasih izin Anin pergi?”

Namun, Arsatya diam seolah tidak mendengar. Dia tetap melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju lantai dua yang membuat Anindya yang kesal tak diacuhkan, lantas dia mengejarnya. Menahan lengan kiri Arsatya sehinga pria itu menoleh padanya.

“Mas Satya–“ mulut Anindya sudah siap untuk berceloteh panjang.

“Alasannya sudah jelas, Anin. Aku tidak punya ASI yang bisa diberikan pada mereka, mereka baru sembuh dan masih butuh kamu,” terang Arsatya sebelum Anindya mengomel panjang lebar meminta penjelasan.

Anindya menggeleng, “Tapi, untuk alasan itu. Aku sudah tampung ASI-ku. Mas nggak perlu khawatir, persediaan ASI itu cukup buat mereka selama aku pergi.”

Lagi-lagi kaki yang hendak melangkah itu tertahan, gurat lelah tidak bisa dia sembunyikan lagi. “Anin, dengar. Selain itu, aku juga baru pulang tidak bisa mengantarmu ke stasiun,” ujar Arsatya dengan tutur kata yang lirih selagi mencoba menahan diri untuk bisa tetap berdiri dan meladeni sang istri.

Anindya kembali mengejarnya, “Nggak perlu diantar, cukup izinkan aku pergi!” kata Anindya. Namun, jawaban Arsatya tetap sama hanya berupa gelenggan kepala yang artinya dia tidak memberikan izin.

“Lalu, apa artinya kamu mengatakan kebebasan setelah menikah? Ini bukan kebebasan, Mas. Kamu mengekangku, kamu egois. Jadi, seperti inikah yang kamu lakukan pada kakakku? Sehingga dia tertekan selama hidupnya?” ujar Anindya lantang.

Perkataan Anindya membuat pria yang langkahnya sudah berada di ujung anak tangga terakhir terhenti sejenak, dia memutar balikkan tubuhnya dan menghampiri Anindya yang berada di tengah tangga.

Bukan lagi ekspresi lelah yang nampak, tetapi garis-garis yang tegas sarat kemarahan yang terlihat di wajah Arsatya yang membuat Anindya ketar-ketir apa yang akan terjadi selanjutnya jika benar pria itu marah karena ucapannya.

Di satu anak tangga yang sama, Anindya yang ditatap seperti itu tidak berani menatap balik suaminya yang sepertinya akan marah besar.

Namun, bukan kemarahan meledak-ledak seperti yang Anindya takutkan. Namun dengan suara lirih, tetapi menghujam Arsatya berkata, “Bukankah alasan yang kuberikan cukup jelas sebab melarangmu pergi? Kebebasan yang aku maksud bukan berarti membebaskanmu sebebas-bebasnya. Kamu mempunyai satu kewajiban memastikan anak-anakku mendapatkan ASI ekslusif darimu. Memangnya kebebasan yang seperti apa yang kamu mau? Bebas pulang pergi sesuka hati tanpa memberitahuku atau orang rumah sebelumnya? Silakan, Nin. Kalau kamu mau seperti itu, kenapa masih di sini dan mengejarku hanya untuk mendapatkan izin? Pergilah, pergi saja kemana kamu mau, tapi tidak usah kembali. Maka, kamu dapat bebas sebebas-bebasnya di luar sana,” ucap Arsatya mengarahkan tangannya ke pintu keluar rumah itu.

“Pergilah. Jika kamu ingin pergi sekarang, aku bebaskan kamu pergi asal tidak usah kembali lagi. Lupakan dua keponakanmu itu, anggap saja mereka tidak membutuhkanmu,” kata pria itu sekali lagi yang membuat Anindya terisak-isak.

“Dan ingat, jangan bawa-bawa Amelia di sini karena dia berbeda denganmu yang selalu ingin bebas tanpa batas,”  ucap Arsatya sebelum dia yang memilih pergi dari rumah itu dan meninggalkan Anindya yang menangis tersedu-sedu di tempatnya.

Terpopuler

Comments

bhunshin

bhunshin

Laahhhh Satya ko gitu

2024-06-24

1

Ririn Nursisminingsih

Ririn Nursisminingsih

egois stya

2024-02-18

0

Suyatno Galih

Suyatno Galih

nahhh ini yg perlu dilakukan, cekokin Arsa dg brotowali

2024-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3 Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4 Bab 3. Si Paling Repot
5 Bab 4. Sang Pawang
6 Bab 5. Satu Tujuan
7 Bab 6. Yang Dibutuhkan
8 Bab 7. Menikah
9 Bab 8. Pasca Menikah
10 Bab 9. Kehilangan
11 Bab 10. Pria Merana
12 Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13 Bab 12. Memulai
14 Bab 13. Mengusir Ranti
15 Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16 Bab 15. Kesabaran Teruji
17 Bab 16. Sosok yang Berbeda
18 Bab 17. Win Win Solution
19 Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20 Bab 19. Tiada Yang Salah
21 Bab 20. Tamu Pria
22 Bab 21. Masih Ada Urusan
23 Bab 22. Merawat Luka
24 Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25 Bab 24. Buku Harian Amelia
26 Bab 25. Tergantikan
27 Bab 26. Salah Nama
28 Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29 Bab 28. Lancang
30 Bab 29. Mengadu
31 Bab 30. Pergi
32 Bab 31. Biar Merasakan
33 Bab 32. Bukan Pengasuh
34 Bab 33. Nyaman
35 Bab 34. Pesona Anindya
36 Bab 35. ACC
37 Bab 36. Circle
38 Bab 37. Viral
39 Bab 38. Ada Apa Dengannya
40 Bab 39. Menyerah
41 Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42 Bab 41. Merakit Ulang
43 Bab 42. Hari Baru
44 Bab 43. Karina
45 Bab 44. Memulai
46 Bab 45. Bukan Sekarang
47 Bab 46. Melepas Pergi
48 Bab 47. Tamu Tak Diundang
49 Bab 48. Ansha yang Malang
50 Bab 49. Jangan Pergi
51 Bab 50. Mereka Lebih Penting
52 Bab 51. Ujian
53 Bab 52. Tidak Marah
54 Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55 Bab 54. Dia Pelakunya
56 Bab 55. Ganjaran
57 Bab 56. Dibatasi
58 Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59 Bab 58. Menantang
60 Pengumuman
61 Bab 59. Sebuah Janji
62 Bab 60. Pinjam Seratus
63 Bab 61. Tidak Usah Peduli
64 Bab 62. Hari Wisuda
65 Bab 63. Hari Wisuda 2
66 Bab 64. Tidak Bisa
67 Bab 65. Galau
68 Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69 Bab 66. Buat Aku Percaya
70 Bab 67. No (Child) More
71 Bab 68. Menemui Ansha
72 Bab 69. Dua Jenazah
73 Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74 Pengumuman
75 Bab 71. Ikhlas
76 Bab 72. Nyaris Sempurna
77 Bab 73. Co-Assistant
78 Bab 74. Hamil
79 Bab 75. Kejutan
80 Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81 Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82 Bab 78. Pilih Satu
83 Bab 79. Sagita
84 Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85 Bab 81. Pagi yang Indah
86 Bab 82. Pelaku Tertangkap
87 Bab 83. Insecure
88 Bab 84. Baby Boy
89 Bab 85. Aqiqah
90 Dari Author
91 Epilog
92 GIMME YOUR LOVE
93 Promosi : Sebatas Rumah Singgah
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3
Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4
Bab 3. Si Paling Repot
5
Bab 4. Sang Pawang
6
Bab 5. Satu Tujuan
7
Bab 6. Yang Dibutuhkan
8
Bab 7. Menikah
9
Bab 8. Pasca Menikah
10
Bab 9. Kehilangan
11
Bab 10. Pria Merana
12
Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13
Bab 12. Memulai
14
Bab 13. Mengusir Ranti
15
Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16
Bab 15. Kesabaran Teruji
17
Bab 16. Sosok yang Berbeda
18
Bab 17. Win Win Solution
19
Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20
Bab 19. Tiada Yang Salah
21
Bab 20. Tamu Pria
22
Bab 21. Masih Ada Urusan
23
Bab 22. Merawat Luka
24
Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25
Bab 24. Buku Harian Amelia
26
Bab 25. Tergantikan
27
Bab 26. Salah Nama
28
Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29
Bab 28. Lancang
30
Bab 29. Mengadu
31
Bab 30. Pergi
32
Bab 31. Biar Merasakan
33
Bab 32. Bukan Pengasuh
34
Bab 33. Nyaman
35
Bab 34. Pesona Anindya
36
Bab 35. ACC
37
Bab 36. Circle
38
Bab 37. Viral
39
Bab 38. Ada Apa Dengannya
40
Bab 39. Menyerah
41
Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42
Bab 41. Merakit Ulang
43
Bab 42. Hari Baru
44
Bab 43. Karina
45
Bab 44. Memulai
46
Bab 45. Bukan Sekarang
47
Bab 46. Melepas Pergi
48
Bab 47. Tamu Tak Diundang
49
Bab 48. Ansha yang Malang
50
Bab 49. Jangan Pergi
51
Bab 50. Mereka Lebih Penting
52
Bab 51. Ujian
53
Bab 52. Tidak Marah
54
Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55
Bab 54. Dia Pelakunya
56
Bab 55. Ganjaran
57
Bab 56. Dibatasi
58
Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59
Bab 58. Menantang
60
Pengumuman
61
Bab 59. Sebuah Janji
62
Bab 60. Pinjam Seratus
63
Bab 61. Tidak Usah Peduli
64
Bab 62. Hari Wisuda
65
Bab 63. Hari Wisuda 2
66
Bab 64. Tidak Bisa
67
Bab 65. Galau
68
Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69
Bab 66. Buat Aku Percaya
70
Bab 67. No (Child) More
71
Bab 68. Menemui Ansha
72
Bab 69. Dua Jenazah
73
Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74
Pengumuman
75
Bab 71. Ikhlas
76
Bab 72. Nyaris Sempurna
77
Bab 73. Co-Assistant
78
Bab 74. Hamil
79
Bab 75. Kejutan
80
Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81
Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82
Bab 78. Pilih Satu
83
Bab 79. Sagita
84
Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85
Bab 81. Pagi yang Indah
86
Bab 82. Pelaku Tertangkap
87
Bab 83. Insecure
88
Bab 84. Baby Boy
89
Bab 85. Aqiqah
90
Dari Author
91
Epilog
92
GIMME YOUR LOVE
93
Promosi : Sebatas Rumah Singgah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!