Bab 9. Kehilangan

Di tanah kubur yang sudah mengering dan tidak lagi terlalu timbul, Arsatya mengirimkan doa-doa untuk istrinya yang telah wafat. Dia bercerita panjang tentang hidupnya yang terasa berbeda sejak ditinggalkannya.

“Dulu aku tidak pernah mencurahkan isi hatiku padamu saat kau hidup, tapi sekarang ini yang bisa kulakukan. Bercerita padamu saat kau tidak lagi ada di sisiku, tapi bisakah kau mendengarkanku dari atas sana?” ucapnya sendu menempelkan dahinya pada batu nisan bertuliskan nama sang istri.

“Sayang, beritahu aku bagaimana caranya meminta maaf padamu atas semua kesalahanku? Aku yang tidak pernah menghargai keberadaanmu? Aku yang menyesali perbuatanku padamu. Maafkan aku,” ucapnya terisak-isak.

“Aku salah, aku berdosa besar padamu. Aku baru menyadari jika kau sangat berarti bagiku. Tidak ada wanita yang lebih baik darimu untukku, kau yang terbaik untukku kenapa aku menyia-nyiakan kamu.”

Di tangannya mengeluarkan sebuah laporan hasil pemeriksaan, “Kenapa kau tidak pernah jujur padaku sebelumnya?”

“Kenapa kau tidak pernah mengeluhkan rasa sakitmu padaku? Aku suami zalim padamu, maafkan aku,” rutuknya pada diri sendiri.

“Biarkan aku menanggung rasa sedihku, penyesalanku, kesepianku ini sendiri. Aku pantas merasakan rasa sakit hati ini di sisa hidupku karena telah menyakitimu.”

“Aku berjanji tidak akan mencintai–“

Jeder!

Gemuruh suara petir tiba-tiba datang bersautan, seakan tidak merestui apa yang akan terucap oleh pria yang sedang merasa kehilangan itu. Sautan petir yang menyambar ke bumi secara bertubi-tubi tidak membuat pria itu ketakutan.

Biarlah hujan deras menggguyur tubuhnya, biarlah petir bersaut-sautan. Baginya, hidup adalah sisa waktu yang diberikan Tuhan sampai Sang Kuasa menginginkan dia kembali.

Rasanya, jiwa itu telah pasrah untuk berpulang kapan saja. Dia tetap berada di tempat dan menciumi nisan sang istri yang  telah tiada.

“Kamulah cintaku, kamu duniaku. Dunia ini tidak lagi berarti setelah kau telah tiada, aku kehilangan semua warna hidupku, hilang sudah semua cintaku karena telah kau membawa pergi bersamamu. Jemputlah aku sekarang juga, bawa aku bersamamu, Sayangku.”

Selembar laporan resmi berlogo rumah sakit kota diberikan Arsatya pada Suroyo, ayah mertuanya.

“Aku sudah menduga ada yang tidak beres dengan kematian istriku. Dia yang saat meninggal mengalami pendarahan yang keluar dari semua lubang di tubuhnya. Aku curiga dengan itu, Ayah. Sekarang aku mendapatkan catatan medisnya. Dia mengidap penyakit kanker otak stadium 4,” ucap sang menantu yang berdiri di depan ayah mertua yang duduk di ruang kerjanya.

“Ayah pasti tahu tentang ini,” ucapnya.

Ayah mertuanya diam dan dalam keadaan menunduk, dia tidak bisa menjawab apapun.

“Kenapa ayah sembunyikan ini dariku? Kenapa kalian menyembunyikan ini dariku?! Kenapa, Yah?! Sekarang aku benar-benar kehilangan dia!” teriak pemuda itu histeris.

“Kalau saja salah satu dari kalian ada yang memberitahukan ini padaku, pasti Amelia belum mati. Pasti dia masih ada di sini!” ucapnya menjambak rambutnya sendiri.

“Ayah bilang— yang kalian bilang jika itu hanya penyakit masa kecilnya? Tapi, apa semua ini? Kenapa tidak ada yang jujur padaku?!” ucap Arsatya melayangkan pukulan ke dinding terdekat dengannya. Dia menghempaskan punggungnya pada dinding ruangan itu membenturkan kepalanya beberapa kali.

Pria paruh baya itu beranjak dari tempat duduknya, dia merangkul menantunya untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu.  “Memang itu penyakit masa kecilnya, tetapi dua tahun lalu, Amelia mengeluh sakit yang sama dan hasil pemeriksaan menunjukkan penyakitnya lebih parah daripada tumor di masa kecilnya. Amelia berulang kali berpesan pada ayah, tidak boleh mengatakan ini padamu atau dia akan membuatmu semakin membencinya karena menikah dengan wanita penyakitan.”

“Apa?!” Arsatya semakin dibuat tidak menyangka dengan penuturan itu.

“Di sisa-sisa hidupnya, setelah dokter mendiagnosis penyakitnya sudah parah dan kemungkinan tidak dapat disembuhkan lagi, dia minta ayah berjanji padanya untuk tetap merahasiakan penyakitnya darimu.”

“Tidak, ayah seharusnya tetap memberi tahuku,” kaya Arsatya.

“Berulang kali dokter mengatakan jika kehamilannya berisiko mengancam nyawanya, tapi dia tetap dalam tekadnya. Kamu tahu, dia sangat ingin melahirkan anak-anak untukmu karena jika benar dia meninggal nanti, kamu tidak kesepian sendiri,” ucap seorang ayah itu seraya menitikkan air matanya.

“Jadi, dia mengorbankan dirinya hanya demi anak? Ini tidak benar. Andai dia bisa egois pada dirinya sendiri, mungkin ini tidak akan terjadi,"

"Lalu, apa selama ini dia membiarkan penyakitnya menggerogoti tubuhnya?” tanya Arsatya yang sudah sangat lemas mendengar semua kenyataan pahit tentang istrinya.

“Tidak, ayah dan ibu yang membawa dia rutin berobat. Kami rela melakukan apa saja untuknya, Nak, selama dua tahun ini. Kami bekerja keras dan seolah tidak pernah ada untuk mereka, terutama Anindya yang seringnya kami tinggalkan hanya karena kami butuh banyak biaya untuk pengobatan kakaknya,” pengakuan ayah dua orang putri itu.

Arsatya terisak-isak, “Kenapa ayah tidak pernah memberitahuku? Aku sangat menyesal, Yah.”

“Ayah bisa apa selain menuruti kemauannya, ayah selalu menuruti kemauannya karena ayah takut jika benar itu permintaan terakhirny. Jadi, sebisa mungkin ayah lakukan apapun demi putri-putri ayah. Kamu tahu, dia begitu mencintaimu, tetapi Amelia berkata pada ayah jika kamu tidak mencintainya, kamu mencintai orang lain dan orang–”

“Tidak, itu tidak benar! Aku tidak mencintai siapa pun. Aku hanya mencintainya, aku mencintai istriku, Yah. Amelia, hanya dia yang kumau, tidak ada yang lain!” bantah Arsatya seketika.

“Kembalikan Amelia padaku, Yah. Aku mohon, adakah yang bisa mengembalikan dia padaku, beri aku kesempatan untuk mengatakan aku sangat mencintainya dan tidak akan membiarkan dia pergi,” Arsatya menangis di pelukan ayah mertua.

“Ikhlaskan, Nak. Sekarang ada Anindya di hidupmu, ayah harap dia bisa menjadi penagganti Amelia.”

“Tidak bisa, Yah. Aku mau minta maaf pada ayah karena sampai saat ini aku tidak bisa menerima siapa pun untuk menggantikan Amelia. Aku tidak bisa," ujar pria itu menggelengkan kepalanya.

Sungguh, melupakan Amelia adalah suatu pantangan bagi Arsatya apalagi jika harus menggantikan posisi wanita itu di hatinya. Dia tidak akan sanggup melupakan wanita yang sudah mencintainya begitu besar.

“Ayah menikahkanmu dengan putri ayah bukan tanpa alasan. Kamu pasti akan mengerti suatu hari nanti,” ujar Suroyo menepuk punggung menantunya itu.

“Ayah, apa yang bisa aku lakukan pada dia. Aku tidak bisa mencintai dia, putri kedua ayah. Aku minta maaf.”

“Tapi kalian membutuhkan dia, Anindya gadis yang baik, Nak. Ayah pernah berdosa besar padanya, sering ayah mengecewakannya, seolah mengabaikannya. Ayah selalu tidak ada saat dia membutuhkan ayah. Anindya sudah hilang percaya pada ayah dan ibunya, hanya kamu harapan baru dia, Nak.”

Arsatya mencium tangan ayah mertuanya, “Mohon maaf, Yah. Aku benar-benara tidak bisa.”

Suroyo mengusap bahu menantunya itu, menghela napas panjang, “Baiklah. Tungguhlah sampai anak-anakmu tidak membutuhkan dia, jika waktu itu tiba dan kamu masih belum bisa menerimanya. Maka, kembalikan Anindya pada ayah. Jangan sampai kamu membuatnya jatuh cinta padamu atau dia akan sulit melepaskanmu. Mengerti, Nak?”

“Jangan pernah buat dia menaruh harapan padamu jika kamu tidak bisa menerimanya. Tapi ayah harap, cobalah sekali saja kamu membuka hati untuknya jika kamu mau membuka lembaran baru bersamanya atau tidak usah sama sekali,” nasihat Suroyo.

“Tidak ayah, Satya tidak akan membukanya sama sekali. Biarkan duka ini selamanya ada di hati Satya sebagai hukuman mengabaikan dia yang telah tiada,” jawab Arsatya.

...🦋🦋🦋...

Bucinnya telat, bucin setelah ditinggal mati :(

Terpopuler

Comments

Wiek Soen

Wiek Soen

basi Satya dulu kemana saja itu cinta....jangan omong kosong orangnya sdh tiada baru bilang cinta

2024-02-01

2

AR Althafunisa

AR Althafunisa

Dasar bodoh, mau mengulang kesalahan yang sama namanya kalau begitu. Gemana Anindya ga trauma kalau suaminya aja begitu.

2024-01-19

1

Hj. Raihanah

Hj. Raihanah

kita lihat saja

2024-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3 Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4 Bab 3. Si Paling Repot
5 Bab 4. Sang Pawang
6 Bab 5. Satu Tujuan
7 Bab 6. Yang Dibutuhkan
8 Bab 7. Menikah
9 Bab 8. Pasca Menikah
10 Bab 9. Kehilangan
11 Bab 10. Pria Merana
12 Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13 Bab 12. Memulai
14 Bab 13. Mengusir Ranti
15 Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16 Bab 15. Kesabaran Teruji
17 Bab 16. Sosok yang Berbeda
18 Bab 17. Win Win Solution
19 Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20 Bab 19. Tiada Yang Salah
21 Bab 20. Tamu Pria
22 Bab 21. Masih Ada Urusan
23 Bab 22. Merawat Luka
24 Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25 Bab 24. Buku Harian Amelia
26 Bab 25. Tergantikan
27 Bab 26. Salah Nama
28 Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29 Bab 28. Lancang
30 Bab 29. Mengadu
31 Bab 30. Pergi
32 Bab 31. Biar Merasakan
33 Bab 32. Bukan Pengasuh
34 Bab 33. Nyaman
35 Bab 34. Pesona Anindya
36 Bab 35. ACC
37 Bab 36. Circle
38 Bab 37. Viral
39 Bab 38. Ada Apa Dengannya
40 Bab 39. Menyerah
41 Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42 Bab 41. Merakit Ulang
43 Bab 42. Hari Baru
44 Bab 43. Karina
45 Bab 44. Memulai
46 Bab 45. Bukan Sekarang
47 Bab 46. Melepas Pergi
48 Bab 47. Tamu Tak Diundang
49 Bab 48. Ansha yang Malang
50 Bab 49. Jangan Pergi
51 Bab 50. Mereka Lebih Penting
52 Bab 51. Ujian
53 Bab 52. Tidak Marah
54 Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55 Bab 54. Dia Pelakunya
56 Bab 55. Ganjaran
57 Bab 56. Dibatasi
58 Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59 Bab 58. Menantang
60 Pengumuman
61 Bab 59. Sebuah Janji
62 Bab 60. Pinjam Seratus
63 Bab 61. Tidak Usah Peduli
64 Bab 62. Hari Wisuda
65 Bab 63. Hari Wisuda 2
66 Bab 64. Tidak Bisa
67 Bab 65. Galau
68 Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69 Bab 66. Buat Aku Percaya
70 Bab 67. No (Child) More
71 Bab 68. Menemui Ansha
72 Bab 69. Dua Jenazah
73 Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74 Pengumuman
75 Bab 71. Ikhlas
76 Bab 72. Nyaris Sempurna
77 Bab 73. Co-Assistant
78 Bab 74. Hamil
79 Bab 75. Kejutan
80 Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81 Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82 Bab 78. Pilih Satu
83 Bab 79. Sagita
84 Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85 Bab 81. Pagi yang Indah
86 Bab 82. Pelaku Tertangkap
87 Bab 83. Insecure
88 Bab 84. Baby Boy
89 Bab 85. Aqiqah
90 Dari Author
91 Epilog
92 GIMME YOUR LOVE
93 Promosi : Sebatas Rumah Singgah
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3
Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4
Bab 3. Si Paling Repot
5
Bab 4. Sang Pawang
6
Bab 5. Satu Tujuan
7
Bab 6. Yang Dibutuhkan
8
Bab 7. Menikah
9
Bab 8. Pasca Menikah
10
Bab 9. Kehilangan
11
Bab 10. Pria Merana
12
Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13
Bab 12. Memulai
14
Bab 13. Mengusir Ranti
15
Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16
Bab 15. Kesabaran Teruji
17
Bab 16. Sosok yang Berbeda
18
Bab 17. Win Win Solution
19
Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20
Bab 19. Tiada Yang Salah
21
Bab 20. Tamu Pria
22
Bab 21. Masih Ada Urusan
23
Bab 22. Merawat Luka
24
Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25
Bab 24. Buku Harian Amelia
26
Bab 25. Tergantikan
27
Bab 26. Salah Nama
28
Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29
Bab 28. Lancang
30
Bab 29. Mengadu
31
Bab 30. Pergi
32
Bab 31. Biar Merasakan
33
Bab 32. Bukan Pengasuh
34
Bab 33. Nyaman
35
Bab 34. Pesona Anindya
36
Bab 35. ACC
37
Bab 36. Circle
38
Bab 37. Viral
39
Bab 38. Ada Apa Dengannya
40
Bab 39. Menyerah
41
Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42
Bab 41. Merakit Ulang
43
Bab 42. Hari Baru
44
Bab 43. Karina
45
Bab 44. Memulai
46
Bab 45. Bukan Sekarang
47
Bab 46. Melepas Pergi
48
Bab 47. Tamu Tak Diundang
49
Bab 48. Ansha yang Malang
50
Bab 49. Jangan Pergi
51
Bab 50. Mereka Lebih Penting
52
Bab 51. Ujian
53
Bab 52. Tidak Marah
54
Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55
Bab 54. Dia Pelakunya
56
Bab 55. Ganjaran
57
Bab 56. Dibatasi
58
Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59
Bab 58. Menantang
60
Pengumuman
61
Bab 59. Sebuah Janji
62
Bab 60. Pinjam Seratus
63
Bab 61. Tidak Usah Peduli
64
Bab 62. Hari Wisuda
65
Bab 63. Hari Wisuda 2
66
Bab 64. Tidak Bisa
67
Bab 65. Galau
68
Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69
Bab 66. Buat Aku Percaya
70
Bab 67. No (Child) More
71
Bab 68. Menemui Ansha
72
Bab 69. Dua Jenazah
73
Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74
Pengumuman
75
Bab 71. Ikhlas
76
Bab 72. Nyaris Sempurna
77
Bab 73. Co-Assistant
78
Bab 74. Hamil
79
Bab 75. Kejutan
80
Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81
Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82
Bab 78. Pilih Satu
83
Bab 79. Sagita
84
Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85
Bab 81. Pagi yang Indah
86
Bab 82. Pelaku Tertangkap
87
Bab 83. Insecure
88
Bab 84. Baby Boy
89
Bab 85. Aqiqah
90
Dari Author
91
Epilog
92
GIMME YOUR LOVE
93
Promosi : Sebatas Rumah Singgah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!