Bab 6. Yang Dibutuhkan

Suasana sudut rumah sakit itu begitu hening dan nyaris hampa, tidak ada suara apapun yang terdengar selain suara memilukan dari suara detak jantung yang lemah yang terdengar dari sebuah monitor alat pendeteksi vital di samping tubuh para balita yang sedang sekarat dalam keadaan koma.

Seorang wanita paruh baya tidak hentinya menangis menatap dari luar jendela kamar rawat itu. Dia tidak bisa menahan diri untuk terus merutuki sesuatu yang seharusnya bisa dijadikan solusi atas permasalahan yang terjadi, “Ini tidak bisa dibiarkan, Ansha dan Chesa membutuhkan seorang ibu,” ucap wanita berusia akhir 50 tahunan itu.

Bagi ayah muda dua anak itu, akhir-akhir ini harinya sudah cukup berat untuk mengurusi kehidupannya dan anak-anaknya. Jadi, tidak perlu menanggapi gagasan sang ibu yang berulang kali membujuknya untuk menikah lagi dengan alasan yang sama dan berjuta kali telah dia dengar permintaan dan dengan kalimat yang sama. Bahkan, semua kalimat ibunya itu sudah khatam di telinga Arsatya.

"Satya gak mau, Bu," jawab putra semata wayangnya itu.

“Kamu harus menikah demi kesembuhan anak-anakmu, demi cucu-cucuku,” kata Ranti lagi tidak ada habisnya.

“Nggak, Ma. Baby sitter yang kita pekerjakan sudah cukup. Mereka hanya sedang sakit, ini tidak ada hubunganya apakah mereka membutuhkan ibu atau tidak,” bantah Arsatya di depan ruang perawatan intensif di mana kedua anaknya berada di dalamnya.

“Mereka bukan sekadar membutuhkan sosok Ibu, tetapi ASI-nya. Tidak ada yang bisa masuk ke dalam perutnya selain daripada ASI,” kata Ranti yang tidak tidak bisa tenang di melihat pemandangan cucu-cucunya yang terbaring di ranjang kesakitan.

“Selama ini mereka tidak minum ASI pun tetap sehat saja,” kata Arsatya yang belum mengetahui kebenarannya.

“Selama ini mereka diberi ASI,” ujar Ranti.

Arsatya yang kebingungan, lantas berbalik menatap ibunya, “ASI siapa?”

“Anindya,” ucap Ranti tanpa ada keraguan.

Deg!

Seketika seluruh indra di tubuhnya seakan hilang fungsi dan sel-sel tubuhnya mati, Arsatya tidak bisa berkata-kata, dia hanya diam membeku dengan matanya yang meneteskakan satu air mata. Arsatya baru menyadari kebenarannya bahwa selama ini anak-anak mereka menjadi penurut dengan adik iparnya karena ASI yang wanita itu berita. Dan dia menyadari bahwa beberapa hari setelah Anindya pergi, satu per satu peristiwa tidak diharapkan terjadi pada kedua putrinya.

Secara tidak langsung kedua putrinya sudah ketergantungan dengan Anindya.

“Dia yang mereka butuhkan,” ucap Ranti menegaskan.

Beberapa minggu berlalu, Anindya menjalani dengan berat dan hati yang tidak tenang. Sesuatu mengusik jiwa dan pikirannya, ditambah lara yang dia rasakan nyata di bagian dadanya di kala pagi dan malam harinya yang kerap dia rasakan dan kian menyiksa.

Di depannya hanya ada benda pipih yang menyatu dengan keyboard dan didampingi dengan secangkir air es latte pekat yang menemani pikirannya yang gelap. Tidak lain karena jiwa dan pikirannya hanya tertuju pada keadaan dua keponakan bayinya yang dia tinggalkan dan tidak bertukar kabar sama sekali setelahnya.

“Mungkin mereka tidak membutuhkanku,” pikirnya saat mulai teringat pada dua keponakan lucunya.

Harusnya, semester ini adalah akhir dari masa studinya sebelum dinyatakan lulus dari prodi kedokteran gigi yang dia tempuh hampir empat setengah tahun itu.

Namun, berkali-kali fokusnya terpecahkan karena ada hal lain yang menjadi fokusnya selain daripada karya tulis ilmiah yang harus dia rampungkan sebagai syarat mendapat gelar sarjana.

“Halo, Assalamualaikum, Tan.  Iya, hanya ingin tahu bagaimana kabar Ansha dan Chesa, mereka baik?” tanya Anindya ramah setelah memutuskan untuk menelepon oma dari keponakannya.

“Apa?! Benarkah? Kritis?!” semua orang di dalam kafetarian kampus di fakultasnya menatap cemas pada Anindya yang menyerukan kata kritis dengan suara yang begitu lantang.

“Ya, Tante. Anin ke sana sekarang!” cetusnya tidak mempertimbangkan apapun lagi, bahkan dia melupakan tugas skripsinya yang masih stuck di bab 3.

Anindya tiba di kota kelahirannya saat hari telah gelap. Namun, dengan kemampuan gerak yang dia bisa, dia ingin segera sampai di rumah sakit dan melihat si kembar. Jika saja dia diberi satu permintaan, ia akan meminta jurus jitu untuk berteleportasi dan dapat berpindah tempat dalam satu kejapan mata.

“Tante, Mas Satya?! Apa yang terjadi pada mereka?” Napasnya tercekat-cekat, tetapi ada sedikit kelegaan saat dia berhasil menemukan ruangan tempat si kembar di rawat.

“Mereka di dalam, Nin,” jawab Ranti yang langsung bangkit dan menangis memeluk Anindya yang baru saja tiba.

“Sudah seminggu mereka kritis. Mereka masih bayi, tetapi harus mengalami hal seperti ini. Tubuhnya tidak mau merespons, lihatlah mereka, Nak. Dokter bilang, kemungkinan kecil untuk pulih kembali dari komanya. Tante yakin, pasti mereka hanya menunggu sentuhanmu. Sebelumnya, mereka hanya dehidrasi, tapi mengapa bisa sampai seperti ini,” Ranti mengadu di pelukan Anindya.

Lutut Anindya dibuat lemas seperti tidak bertulang setelah mendengar penuturan Ranti. Matanya sudah tidak bisa dikonsidikan lagi saat melihat kondisi kedua keponakannnya di depan matanya. Dalam keadaan steril, Anindya masuk ke dalam ruangan itu. Membungkuk dan membisikan sesuatu di telinga keduanya bergantian.

“Peri-peri cantiknya, Onty. Kalian anak yang kuat, sekarang Onty ada di sini, ayo kita mengobrol lagi, bermain bersama lagi, Nak. Onty sedih melihat kalian sakit seperti ini. Bangunlah, maka Onty akan selalu ada di sisi kalian,” kata Anindya yang sudah banjir air mata. Telapak tangannya teratur menepuk pelan dada keduanya, tiba-tiba dari elektrokardiogram terdengar bunyi yang memekik melonjak naik dengan satu garis lurus yang terlihat di layar monitor tersebut. Jelas, orang awam pun paham apa arti garis lurus melintang di layar monitor itu.

Anindya panik, semua orang yang berada di sekitar ruangan itu panik. Arsatya dengan sigap memanggil dokter yang menangangi kedua putri kembarnya. Suasana menjadi tegang dan jemari Anindya bertautan dengan Ranti yang gemetar hebat tidak terkendali.

Arsatya hanya bisa berdoa untuk hasil terbaik putri kembarnya.

Dokter keluar setelah pemeriksaan dilakukan.

“Dok, bagaimana kondisi anak-anak saya?”

Embusan napas terdengar mengembus keras, “Tuhan mempunyai rencana lain, setelah sempat dekat jantungnya berhenti. Bayi Ansha dan Chesa, keduanya berhasil melewati masa krisisnya. Puji syukur, kedua putri bapak sudah siuman dan secara signifikan kondisinya membaik,” ujar sang dokter dengan senyum kelegaan.

Arsatya, dia yang semula sudah pasrah atas apa saja yang mungkin terjadi, lantas menghempaskan tubuhnya di kursi tunggu dan menyandarkan punggungnya dan dapat menghela napas dengan lega.

"Terima kasih, Ya Allah. Aku tidak sanggup jika harus kehilangan untuk yang kesekian kalinya," ucap ayah dua anak itu.

Terpopuler

Comments

imhe devangana

imhe devangana

thor sebenarnya anak Amelua putra atau putri sich.awal bab di blng putra kok skrng putri.

2025-01-20

0

bhunshin

bhunshin

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2024-06-24

0

Wiek Soen

Wiek Soen

tuh Satya mereka menunggu onthy nya

2024-02-01

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3 Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4 Bab 3. Si Paling Repot
5 Bab 4. Sang Pawang
6 Bab 5. Satu Tujuan
7 Bab 6. Yang Dibutuhkan
8 Bab 7. Menikah
9 Bab 8. Pasca Menikah
10 Bab 9. Kehilangan
11 Bab 10. Pria Merana
12 Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13 Bab 12. Memulai
14 Bab 13. Mengusir Ranti
15 Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16 Bab 15. Kesabaran Teruji
17 Bab 16. Sosok yang Berbeda
18 Bab 17. Win Win Solution
19 Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20 Bab 19. Tiada Yang Salah
21 Bab 20. Tamu Pria
22 Bab 21. Masih Ada Urusan
23 Bab 22. Merawat Luka
24 Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25 Bab 24. Buku Harian Amelia
26 Bab 25. Tergantikan
27 Bab 26. Salah Nama
28 Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29 Bab 28. Lancang
30 Bab 29. Mengadu
31 Bab 30. Pergi
32 Bab 31. Biar Merasakan
33 Bab 32. Bukan Pengasuh
34 Bab 33. Nyaman
35 Bab 34. Pesona Anindya
36 Bab 35. ACC
37 Bab 36. Circle
38 Bab 37. Viral
39 Bab 38. Ada Apa Dengannya
40 Bab 39. Menyerah
41 Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42 Bab 41. Merakit Ulang
43 Bab 42. Hari Baru
44 Bab 43. Karina
45 Bab 44. Memulai
46 Bab 45. Bukan Sekarang
47 Bab 46. Melepas Pergi
48 Bab 47. Tamu Tak Diundang
49 Bab 48. Ansha yang Malang
50 Bab 49. Jangan Pergi
51 Bab 50. Mereka Lebih Penting
52 Bab 51. Ujian
53 Bab 52. Tidak Marah
54 Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55 Bab 54. Dia Pelakunya
56 Bab 55. Ganjaran
57 Bab 56. Dibatasi
58 Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59 Bab 58. Menantang
60 Pengumuman
61 Bab 59. Sebuah Janji
62 Bab 60. Pinjam Seratus
63 Bab 61. Tidak Usah Peduli
64 Bab 62. Hari Wisuda
65 Bab 63. Hari Wisuda 2
66 Bab 64. Tidak Bisa
67 Bab 65. Galau
68 Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69 Bab 66. Buat Aku Percaya
70 Bab 67. No (Child) More
71 Bab 68. Menemui Ansha
72 Bab 69. Dua Jenazah
73 Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74 Pengumuman
75 Bab 71. Ikhlas
76 Bab 72. Nyaris Sempurna
77 Bab 73. Co-Assistant
78 Bab 74. Hamil
79 Bab 75. Kejutan
80 Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81 Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82 Bab 78. Pilih Satu
83 Bab 79. Sagita
84 Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85 Bab 81. Pagi yang Indah
86 Bab 82. Pelaku Tertangkap
87 Bab 83. Insecure
88 Bab 84. Baby Boy
89 Bab 85. Aqiqah
90 Dari Author
91 Epilog
92 GIMME YOUR LOVE
93 Promosi : Sebatas Rumah Singgah
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3
Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4
Bab 3. Si Paling Repot
5
Bab 4. Sang Pawang
6
Bab 5. Satu Tujuan
7
Bab 6. Yang Dibutuhkan
8
Bab 7. Menikah
9
Bab 8. Pasca Menikah
10
Bab 9. Kehilangan
11
Bab 10. Pria Merana
12
Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13
Bab 12. Memulai
14
Bab 13. Mengusir Ranti
15
Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16
Bab 15. Kesabaran Teruji
17
Bab 16. Sosok yang Berbeda
18
Bab 17. Win Win Solution
19
Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20
Bab 19. Tiada Yang Salah
21
Bab 20. Tamu Pria
22
Bab 21. Masih Ada Urusan
23
Bab 22. Merawat Luka
24
Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25
Bab 24. Buku Harian Amelia
26
Bab 25. Tergantikan
27
Bab 26. Salah Nama
28
Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29
Bab 28. Lancang
30
Bab 29. Mengadu
31
Bab 30. Pergi
32
Bab 31. Biar Merasakan
33
Bab 32. Bukan Pengasuh
34
Bab 33. Nyaman
35
Bab 34. Pesona Anindya
36
Bab 35. ACC
37
Bab 36. Circle
38
Bab 37. Viral
39
Bab 38. Ada Apa Dengannya
40
Bab 39. Menyerah
41
Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42
Bab 41. Merakit Ulang
43
Bab 42. Hari Baru
44
Bab 43. Karina
45
Bab 44. Memulai
46
Bab 45. Bukan Sekarang
47
Bab 46. Melepas Pergi
48
Bab 47. Tamu Tak Diundang
49
Bab 48. Ansha yang Malang
50
Bab 49. Jangan Pergi
51
Bab 50. Mereka Lebih Penting
52
Bab 51. Ujian
53
Bab 52. Tidak Marah
54
Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55
Bab 54. Dia Pelakunya
56
Bab 55. Ganjaran
57
Bab 56. Dibatasi
58
Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59
Bab 58. Menantang
60
Pengumuman
61
Bab 59. Sebuah Janji
62
Bab 60. Pinjam Seratus
63
Bab 61. Tidak Usah Peduli
64
Bab 62. Hari Wisuda
65
Bab 63. Hari Wisuda 2
66
Bab 64. Tidak Bisa
67
Bab 65. Galau
68
Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69
Bab 66. Buat Aku Percaya
70
Bab 67. No (Child) More
71
Bab 68. Menemui Ansha
72
Bab 69. Dua Jenazah
73
Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74
Pengumuman
75
Bab 71. Ikhlas
76
Bab 72. Nyaris Sempurna
77
Bab 73. Co-Assistant
78
Bab 74. Hamil
79
Bab 75. Kejutan
80
Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81
Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82
Bab 78. Pilih Satu
83
Bab 79. Sagita
84
Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85
Bab 81. Pagi yang Indah
86
Bab 82. Pelaku Tertangkap
87
Bab 83. Insecure
88
Bab 84. Baby Boy
89
Bab 85. Aqiqah
90
Dari Author
91
Epilog
92
GIMME YOUR LOVE
93
Promosi : Sebatas Rumah Singgah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!