Bab 2. Menyusui Pertama Kali

“Cup, cup, cup. Diamlah, aku harus bagaimana lagi supaya kalian diam, hah?”

Puk, puk, puk.

Arsatya menepuk-nepuk pantat salah satu bayinya yang terbangun di malam hari, sedangkan bayi yang lainnya dibiarkan menangis di atas ranjangnya.

“Hei, diamlah. Aku sudah lelah, besok ayahmu ini harus bekerja. Kenapa kalian tidak bisa diam?” ocehnya sendiri pada dua bayinya yang menangis bersaut-sautan.

Bukannya diam, kedua bayi itu malah menangis semakin kencang setelah mendengar suara keras Arsatya. Bukan hanya kedua bayi itu yang terganggu dengan suara omelannya, tetapi anggota keluarga lainnya pun turut terganggu karena masih dalam suasana berkabung dan mereka masih berkumpul di rumah Arsatya karena pengajian akan terlaksana sampai 40 hari mendatang.

Ranti datang, “Ada apa, Nak? Ansha dan Chesa terbangun?” tanya Ranti pada putranya.

“Tadi Ansha ngompol dan sekarang malah semuanya jadi bangun, sudah diberi susu formula tapi tidak mau diam, Ma,” kata Arsatya mengadu. Pasalnya sejak sore tadi, bayi-bayi itu tenang dan tertidur damai, tetapi ketika tengah malam menjelang mereka akan menangis dan menjerit tidak bisa diprediksi.

“Kepalaku pusing, Ma. Suara tangisan mereka membuat kepalaku nyaris pecah, mereka tidak membiarkanku tertidur barang sejenak,” adunya pria itu pada sang ibu.

“Sini, biar mama yang gendong. Kamu tidurlah kalau begitu,” Ranti mengambil alih bayi yang masih menangis itu.

“Mana bisa tidur kalau mereka terus saja menangis. Bawa saja mereka pergi dari kamar ini, aku lelah mau tidur,” kata ayah dari bayi-bayi itu.

Di luar kamar. Anindya tergopoh-gopoh berlari dari arah tangga menuju sumber suara tangisan bayi di lantai dua.

Dengan napas yang tersengal-sengal dan penampilan yang acak-acakan, matanya pun memerah tanda jika tidurnya terganggu karena suara tangisan bayi yang mengejutkannya, “Tante, ada apa? Aku mendengar suara Ansha dan Chesa menangis keras sampai terdengar sampai bawah,” tanya Anindya yang melihat kedua ponakannya menangis keras di gendongan neneknya.

“Iya, mereka menangis sejak tadi, mungkin karena mereka lapar, Nin. Diberi sufor tidak mau,” kata Ranti menggendong dan menimang dua cucunya yang sesekali masih merengek.

“Biar Anin yang gendong salah satunya, Tante,” pinta Anindya mengambil Chesa dari tangan kanan Rianti.

“Hush, cup cup cup. Ponakan Onty yang cantik, yang kuat, yang cerdas, yang pintar, jangan menangis, sayang, Cup, cup, cup,” kata Anin menimang-nimang Chesa di gendongannya.

Bayi berusia dua hari itu langsung tertidur tenang dan tidak berkutik di gendongan Anindya. Sekarang giliran Ansha yang masih terbangun di gendongan neneknya.

Sebelum menimang Ansha, Anindya ingin menidurkan Chesa di ranjang bayi miliknya yang itu berarti dia harus masuk ke dalam kamar si ayah dari anak bayi itu. Dengan perlahan, Anindya membuka pintu kamar itu dan secara pelan menidurkan bayi itu ke ranjangnya dengan sangat hati-hati.

“Bobo dulu, ya, sayangnya Onty. Nanti Onty bawakan adikmu kemari, ya, janji jangan nangis, oke?” kata Anindya berbicara dengan bayi yang sudah terlelap di dalam ranjangnya.

Samar-samar, Arsatya masih bisa mendengar suara Anindya yang berbicara pada bayinya itu, tetapi dia biarkan saja selama bayinya tidak menangis.

Lewat tangah malam, Anindya masih menimang Ansha dalam gendongannya. Ansha yang sedikit-sedikit terus merengek, sedangkan susu formula yang dibuatkan berulang kali oleh neneknya sama sekali tidak mau masuk ke dalam perutnya.

“Tante, kalau Anin kasih dia ASI nya Anin, boleh nggak, ya?” kata Anindya pada mertua dari mendiang kakaknya.

“Memangnya ASI Anin masih keluar?” tanya Ranti yang kemudian memandang dada Anindya yang terlihat padat dan berisi penuh

“Tidak tahu, tapi seringnya sakit, Tan, mungkin karena tidak dikeluarkan. Boleh tidak Anin berikan ini pada Ansha?” tanya Anindya.

“Coba saja, Nin. Kalau memang keluar berarti itu rezeki Ansha,” ujar Ranti memberi dukungan.

Di hadapan Ranti, Anindya membuka bajunya. Dibantu oleh Ranti, Anindya dituntun untuk memposisikan bayi yang baik dan benar saat akan menyusui.

Anindya mengarahkan mulut bayi Ansha pada posisi yang benar, bayi itu langsung menyesap ASI Anin dengan lahap sesuai nalurinya.

“Aduh, kok, rasanya seperti ini, Tan?” Anindya meringis saat bayi Ansha menyesap kuat-kuat ASI Anindya.

“Kenapa?”

“Sakit, auh. Sakit sekali, Tante. Ssshh… ” Anindya meringis menahan rasa sakit yang tidak tertahankan saat ASI-nya disesap oleh bayi Ansha sekuat tenaga.

“Pelan-pelan, Sayang. Onty kesakitan. Tante sakit, kenapa dia tidak mau berhenti sejenak atau pelan-pelan, Tante?”

Bayi itu memang menjadi tenang, kini gantian Anindya yang menangis sampai mengeluarkan air mata saking tidak nyamannya ketika sang bayi menyesap ASI-nya.

“Sakit, Tante,” ucapnya seraya menarik paksa sumber ASI dari mulut bayi Ansha.

Namun, malah membuat bayi Ansha menangis keras karena terkejut.

“Nin, pelan-pelan, Nak. Jangan ditarik paksa seperti itu. Dia masih bayi, dan punyamu nanti bisa lecet. Memang seperti itulah yang dirasakan oleh semua ibu di awal masa menyusui, terasa sakit itu pasti. Permukaan lidah bayi yang baru lahir memang bertekstur kasar, tapi lama-lama akan terbiasa,” nasihat lembut dari Rianti.

“Sakit, Tan. Anin tidak tahan. Hush, hush, cup-cup. Maafkan Onty, Sayang,” kata Anindya menyesal telah menarik paksa ASI dari mulut bayi Ansha.

Ansha masih menangis, Anindya merasa kasihan tetapi ia harus memberikan ASI itu lagi. Dengan menelan ludah susah payah, dia akan mencoba sekali lagi memberikan ASI untuk bayi Ansha walau permukaan payu-dara itu sudah terasa perih karena lecet.

“Coba gantian sebelah kanan, Nin,” saran Rianti.

Anindya menurut, dia membiarkan ASInya diminum oleh bayi Ansha meskipun tubuhnya terlonjak-lonjak karena sesekali permukaan lidah si bayi terasa menyayat ujung payu-dara Anindya.

Di kamar Ranti, keduanya duduk bersandar di atas ranjang dengan Ansha yang berada di pangkuan Anindya. Membiarkan semalaman ASI Anindya disesap bayi Ansha yang kehausan.

Tidak terasa pagi telah tiba, matahari sudah menyorot terang dari barik celah jendela yang terbuka sebagian.

“Auh!!” kembali pu-ting Anindya terasa sakit karena bayi Ansha kembali menyesap ASI tanpa dilepas sejak semalam hingga bayi itu bangun kembali.

“Kamu sudah bangun, Sayang? Ah, pintarnya tidak menangis, Ansha mau nenen lagi sama Onty? Iya? Ansha lapar, ya?” kata Anindya mengajak bayi Ansha mengobrol.

“Huk, uks,” seakan bayi itu mengerti saat Anindya berbicara dengannya. Si bayi Ansha menjawabnya dengan gulatan tangan dan kaki yang bergerak-gerak diselingi suara bayi yang khas dan menggemaskan.

Kembali Anindya mengarahkan payu-daranya supaya posisinya tepat masuk ke dalam mulut Ansha. Seketika bayi Ansha menyesapnya dengan lahap dan Anindya sadar bahwa rasa sakit dan menegang di daerah sekitar dadanya yang biasanya dirasakan setiap paginya, kini sudah tidak terasa.

“Memang ini rezekimu, Sayang. Mimi cucu yang banyak, ya, biar onty juga tidak merasa sakit lagi. Terima kasih, Sayang,” kata Anindya mengusap kepala bocah yang penuh keringat karena meminum ASI dengan lahapnya.

Terpopuler

Comments

Wiek Soen

Wiek Soen

akhirnya si kembar minum asi

2024-02-01

0

sri Watimurni

sri Watimurni

onty yg baik

2024-01-23

1

LISA

LISA

Bersyukur Anin bisa ngasi ASI utk 2 keponakannya

2023-12-25

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3 Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4 Bab 3. Si Paling Repot
5 Bab 4. Sang Pawang
6 Bab 5. Satu Tujuan
7 Bab 6. Yang Dibutuhkan
8 Bab 7. Menikah
9 Bab 8. Pasca Menikah
10 Bab 9. Kehilangan
11 Bab 10. Pria Merana
12 Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13 Bab 12. Memulai
14 Bab 13. Mengusir Ranti
15 Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16 Bab 15. Kesabaran Teruji
17 Bab 16. Sosok yang Berbeda
18 Bab 17. Win Win Solution
19 Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20 Bab 19. Tiada Yang Salah
21 Bab 20. Tamu Pria
22 Bab 21. Masih Ada Urusan
23 Bab 22. Merawat Luka
24 Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25 Bab 24. Buku Harian Amelia
26 Bab 25. Tergantikan
27 Bab 26. Salah Nama
28 Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29 Bab 28. Lancang
30 Bab 29. Mengadu
31 Bab 30. Pergi
32 Bab 31. Biar Merasakan
33 Bab 32. Bukan Pengasuh
34 Bab 33. Nyaman
35 Bab 34. Pesona Anindya
36 Bab 35. ACC
37 Bab 36. Circle
38 Bab 37. Viral
39 Bab 38. Ada Apa Dengannya
40 Bab 39. Menyerah
41 Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42 Bab 41. Merakit Ulang
43 Bab 42. Hari Baru
44 Bab 43. Karina
45 Bab 44. Memulai
46 Bab 45. Bukan Sekarang
47 Bab 46. Melepas Pergi
48 Bab 47. Tamu Tak Diundang
49 Bab 48. Ansha yang Malang
50 Bab 49. Jangan Pergi
51 Bab 50. Mereka Lebih Penting
52 Bab 51. Ujian
53 Bab 52. Tidak Marah
54 Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55 Bab 54. Dia Pelakunya
56 Bab 55. Ganjaran
57 Bab 56. Dibatasi
58 Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59 Bab 58. Menantang
60 Pengumuman
61 Bab 59. Sebuah Janji
62 Bab 60. Pinjam Seratus
63 Bab 61. Tidak Usah Peduli
64 Bab 62. Hari Wisuda
65 Bab 63. Hari Wisuda 2
66 Bab 64. Tidak Bisa
67 Bab 65. Galau
68 Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69 Bab 66. Buat Aku Percaya
70 Bab 67. No (Child) More
71 Bab 68. Menemui Ansha
72 Bab 69. Dua Jenazah
73 Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74 Pengumuman
75 Bab 71. Ikhlas
76 Bab 72. Nyaris Sempurna
77 Bab 73. Co-Assistant
78 Bab 74. Hamil
79 Bab 75. Kejutan
80 Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81 Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82 Bab 78. Pilih Satu
83 Bab 79. Sagita
84 Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85 Bab 81. Pagi yang Indah
86 Bab 82. Pelaku Tertangkap
87 Bab 83. Insecure
88 Bab 84. Baby Boy
89 Bab 85. Aqiqah
90 Dari Author
91 Epilog
92 GIMME YOUR LOVE
93 Promosi : Sebatas Rumah Singgah
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1. Saat Takdir Berbicara
3
Bab 2. Menyusui Pertama Kali
4
Bab 3. Si Paling Repot
5
Bab 4. Sang Pawang
6
Bab 5. Satu Tujuan
7
Bab 6. Yang Dibutuhkan
8
Bab 7. Menikah
9
Bab 8. Pasca Menikah
10
Bab 9. Kehilangan
11
Bab 10. Pria Merana
12
Bab 11. Tak Sengaja Diingatkan
13
Bab 12. Memulai
14
Bab 13. Mengusir Ranti
15
Bab 14. Keadaan Telah Mengubahnya
16
Bab 15. Kesabaran Teruji
17
Bab 16. Sosok yang Berbeda
18
Bab 17. Win Win Solution
19
Bab 18. Tak Semenakutkan Itu
20
Bab 19. Tiada Yang Salah
21
Bab 20. Tamu Pria
22
Bab 21. Masih Ada Urusan
23
Bab 22. Merawat Luka
24
Bab 23. Misteri Sup Sus Anti
25
Bab 24. Buku Harian Amelia
26
Bab 25. Tergantikan
27
Bab 26. Salah Nama
28
Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
29
Bab 28. Lancang
30
Bab 29. Mengadu
31
Bab 30. Pergi
32
Bab 31. Biar Merasakan
33
Bab 32. Bukan Pengasuh
34
Bab 33. Nyaman
35
Bab 34. Pesona Anindya
36
Bab 35. ACC
37
Bab 36. Circle
38
Bab 37. Viral
39
Bab 38. Ada Apa Dengannya
40
Bab 39. Menyerah
41
Bab 40. Siapa Aku Di Hidupmu
42
Bab 41. Merakit Ulang
43
Bab 42. Hari Baru
44
Bab 43. Karina
45
Bab 44. Memulai
46
Bab 45. Bukan Sekarang
47
Bab 46. Melepas Pergi
48
Bab 47. Tamu Tak Diundang
49
Bab 48. Ansha yang Malang
50
Bab 49. Jangan Pergi
51
Bab 50. Mereka Lebih Penting
52
Bab 51. Ujian
53
Bab 52. Tidak Marah
54
Bab 53. Dunia (Belum) Hancur
55
Bab 54. Dia Pelakunya
56
Bab 55. Ganjaran
57
Bab 56. Dibatasi
58
Bab 57. Tidak Perlu Tahu
59
Bab 58. Menantang
60
Pengumuman
61
Bab 59. Sebuah Janji
62
Bab 60. Pinjam Seratus
63
Bab 61. Tidak Usah Peduli
64
Bab 62. Hari Wisuda
65
Bab 63. Hari Wisuda 2
66
Bab 64. Tidak Bisa
67
Bab 65. Galau
68
Promosi : Jadikan Aku Satu-Satunya
69
Bab 66. Buat Aku Percaya
70
Bab 67. No (Child) More
71
Bab 68. Menemui Ansha
72
Bab 69. Dua Jenazah
73
Bab 70. Apalagi Lagi yang Akan Diambil
74
Pengumuman
75
Bab 71. Ikhlas
76
Bab 72. Nyaris Sempurna
77
Bab 73. Co-Assistant
78
Bab 74. Hamil
79
Bab 75. Kejutan
80
Bab 76. Ingatkah Janji Itu
81
Bab 77. Biarkan Kami Hidup
82
Bab 78. Pilih Satu
83
Bab 79. Sagita
84
Bab 80. Beri Satu Kesempatan
85
Bab 81. Pagi yang Indah
86
Bab 82. Pelaku Tertangkap
87
Bab 83. Insecure
88
Bab 84. Baby Boy
89
Bab 85. Aqiqah
90
Dari Author
91
Epilog
92
GIMME YOUR LOVE
93
Promosi : Sebatas Rumah Singgah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!