20

Sesampainya dikelas mereka mulai bergosip ria, mulai dari kejadian awal hingga Edrea masuk rumah sakit.

"Gue baru tahu Tiga serangkai itu hidup, malah maen nyelakain lo aja." Gea berucap.

Dia sepanjang Edrea bercerita selalu menyela dan memaki Farissa, Rea dan Dely, tidak ada habis habisnya dia memaki ketiga orang itu, juga dengan kebodohan Radit.

Rasanya kurang puas jika radit dibebaskan, tapi apa boleh buat juga, itu keputusan Edrea, jika dia yang menjadi Edrea sudah habis semua nya ditangan Gea.

"Terus yang buah tadi gimana? Lo bohong sama keluarga lo?'' tanya Mikael mencari tahu.

Pasalnya jarang sekali Edrea berbohong kepada keluarganya.

Edrea berucap " Kan gue udah pernah bilang mau putusin Darren pas pulang sekolah, tau taunya gue kena musibah jadi belum kesampean."

"Jadi waktu itu Darren datang, gue udah panik untungnya dia peka dan bilang dia sekelas gue, pas banget gue lagi sama om Jacob dan tante Tatiana, mereka gak tahu Darren siapa, jadilah gue bilang itu Oliver."

"HAH GUE?!" Oliver tiba-tiba langsung menghampiri meja Edrea dengan tergesa-gesa

Dia yang  di ujung tidak sengaja mendengar ghibah Edrea, saat mendengar namanya, Oliver kaget bukan main.

,"iya, gue minjem nama lo bentar ya, gak papa kan?" Tanya Edrea

"Pantas aja nih ketos ngechat gue anjeng." Omel Oliver.

Tadi, bertepatan dengan Edrea masuk bersama Mikael dan Gea, bunyi notifikasi di handphonenya masuk.

Saat Oliver membuka chat, ternyata itu dari Javier.

Javier menanyakan tentang buah, Oliver tentu saja bingung dibuatnya, tapi dia tidak membalas chat itu lebih dahulu.

Karena Oliver tidak mau menyimpulkan sendiri, bisa saja Javier salah chat , batinnya dalam hati.

Ternyata chat itu memang diperuntukkan olehnya.

"What?" Edrea segera berdiri dari duduknya dan menghampiri Oliver.

"Mana handphone lo!"

Oliver segera mengambil dari saku celananya lalu menyerahkan kepada Edrea.

Edrea melihat chat dari Javier itu kepada Oliver

Javier : Oliver, lo nganter buah jam berapa? Kenapa gak kabari gue? 

Edrea segera mengetik untuk membalas pesan Javier.

Oliver : sekitar jam setengah sembilan, sorry Jav gue waktu itu lagi keburu eskul. 

Tidak lama kemudian, Javier membaca chat Oliver yang sebenarnya diketik oleh Edrea.

Tidak ada balasan dari Javier, dia hanya membaca chat itu saja.

Setelah itu Edrea menyerahkan handphone Oliver kembali.

"Nih, kalo dia tanya buah buah lagi lo jawab iya dan sesuai di chat tadi.'' jelas Edrea.

Oliver mengangguk " Oke deh, gue kira dia salah Chat orang tadi."

"Thanks Ver, sorry juga."

"Gak papa, santai aja sama gue bebas."

"Nih, buat lo.''

" Widiehh, makasih Rea." Oliver jadi full senyum saat Edrea memberinya segepok uang.

Setelah itu, mereka menjalani sekolah dengan hari hari seperti biasanya, Javier juga tidak lagi mengungkit-ngungkit masalah buah, karena melihat Chat Oliver, mungkin Javier percaya dan tidak mau lagi membahas.

"Jangan lirik lirik Geng Igor!" Sentak Javier pada Edrea.

"Kelirik Coeg! Namanya punya mata juga." Kesal Edrea melihat kearah Javier yang memarahinya.

Edrea dan Javier lagi berjalan menuju parkiran sekolah, hari ini sekolah mereka dipulangkan secara awal karena semua guru ada kegiatan rapat.

Saat tiba di parkiran sekolah, Edrea tidak sengaja melihat sekumpulan Geng Igor yang juga lagi menuju kenderaan mereka masing masing masing.

Sayangnya itu dilihat oleh Javier.

Javier membukakan pintu untuk Edrea masuk, setelah itu dia juga masuk kedalam mobil dan menjalankan mobilnya meninggalkan area sekolah.

Di perjalanan Edrea teringat tentang masalah kakaknya Max.

"Udah ketemu belom ibunya Theo?" Tanya Edrea pada Javier.

Javier menoleh sebentar menatap Edrea, lalu kembali melihat kearah jalanan.

Beberapa hari lalu, Javier dan yang lainnya ditugaskan untuk mencari ibu kandung Theodore, terutama Max.

Tidak butuh waktu lama mereka berhasil mendapatkan identias, rumah, dan pekerjaan apa yang diambil oleh keluarga itu.

Namun sayangnya, sang wanita, Aylin. Tidak mau menerima Theodore dihidupnya, dia menolak berbagai alasan agar dia tidak akan merawat Theodore.

Dia hanya berkata bahwa dia ingin bebas, dan tidak mau mengurus anak yang menurutnya merepotkan.

Orang tua Aylin sendiri, juga buta hati. Mereka terlalu sayang pada Aylin dan mendukung begitu saja, kata mereka supaya mental Aylin tidak terganggu jika merawat bayi.

Orang tua Aylin juga menawarkan Theodore untuk diserahkan kepanti asuhan, tapi dengan tegas Max menolak dan dia pergi dengan kekesalan luar biasa.

Tidak lupa dia menyumpahi keluarga itu lekas tidur di kolong jembatan.

"Udah, tapi mereka gak mau.' jawab Javier seadanya, dia tidak mau memberitahu Edrea kata kata menyakitkan yang dilontarkan orang tua Aylin kepada Theodore.

"Dih? Kalo begitu gak usah lagi kesana! Buang buang waktu aja." Edrea dibuat marah mengetahui fakta itu.

Bisa bisanya mereka mengabaikan Theodore, lihat saja nanti pas Theodore sudah besar, mereka pasti akan menyesali perbuatan mereka dimasa Theodore bayi.

"Ya gue gak kesana lagi, buang buang waktu." Balas Javier.

Tidak terasa mereka berdua sudah sampai di Mansion.

Saat mereka berdua keluar dari mobil, terlihat lah Max yang sedang mendorong kereta bayi yang didalamnya ada Theodore.

"Bang, mau kemana?" Tanya Edrea.

"Mau ngampus, abang minta tolong sama kamu buat temenin Theodore imunisasi, abang gak bisa soalnya ada kelas sampai malem."

Edrea segera mengangguk semangat "oke, nanti aku suruh supir—"

"Gue aja yang anter." Sela Javier.

Edrea menoleh "emang lo gak capek apa?"

"Gak lah, biasa aja.'' jawabnya santai.

Max mengacungkan jempol dua " Bagus deh lo mau diperbabu, gue titip anak gue!" Ucap Max pada Javier.

Lalu dia bergegas pergi dengan mobilnya meninggalkan Mansion dan menghilang dari hadapan Edrea dan Javier.

Javier mencibir sebentar, bukannya berterima kasih malah dikatain babu.

"Jav lo mau ganti baju dulu?'' tawar Edrea.

Dia masih waras, masa ke rumah sakit membawa Theodore dengan seragam sekolah, bisa bisa dia dituduh hamil diluar nikah.

Javier mengangguk " Boleh, tapi gue maunya baju bang Max yang baru dia beli."

"Iyedah sana lo, biar Theodore ikut gue dulu."

Edrea menggendong Theodore dan membawanya ke kamarnya.

Javier pergi ke kamar Max untuk ganti baju, anggap saja balasan Max yang mengatai dia tadi.

Setelah sampai, Edrea membaringksn Theodore di kasur empuknya.

Theodore awalnya tertidur, tapi saat ada yang menggendongnya dia terbangun dan melihat bahwa itu adalah Edrea.

Senyum mungil di bibir Theodore tercetak, dia senang bukan main Edrea sudah kembali.

Untuk Baby Sitter sendiri itu tidak menentu, Baby Sitter tidak 24 bersama Theodore, tetapi saat dibutuhkan saja baru baby sitter itu datang.

"Hai Sayang...kita jalan jalan dulu ya." Edrea mengecup kedua belah pipi Theodore.

Theodore terkikik geli "bwaa...bwa...."

Selesai ganti baju, Edrea membawa Theodore lagi untuk kembali kebawah.

Dibawah sudah ada Javier menunggu dengan baju barunya Max.

Baju itu sangat bagus dipakai oleh Javier, terlihat maskulin.

"Ayo jav." Javier melihat kedatangan Edrea langsung berdiri dari duduknya.

Javier mengambil kunci mobil dan berjalan duluan menuju mobilnya.

Di perjalanan, Theodore sangat aktif menendang nendang dan tidak berhentinya bersuara tidak jelas.

Edrea menyukainya dan juga ikut bergurau. Sedangkan Javier dia malas untuk ikut, dia hanya melirik mereka berdua lalu fokus kembali pada jalanan.

Setelah sampai dirumah sakit, Edrea segera membawa Theodore ke tempat imunisasi anak, sementara Edrea mencari kursi dan duduk bersama Theodore, Javier mengambil nomer antrian.

Nomer antrian sudah dapat, Javier ikut duduk disebelah Edrea.

"Mbak dapat nomer antrian berapa?" Tanya ibu ibu di sebelah Edrea.

Edrea menoleh, lalu dia melirik Javier seakan dapat nomer antrian keberapa.

"5." Jawab Javier.

"Ohalah saya 9, mau imunisasi juga ya?" Tanya ibu itu lagi.

Endrea hanya mengangguk canggung

Ya kalo kesini mau imunisasi lah masa mau berak, batin Edrea. 

"Anaknya lucu mbak, namanya siapa?"

"Theodore."

"Cakep seperti orangnya, nanti kalo besar jodohin sama anak saya saja yah mbak." Pinta ibu itu lagi

Ting!

"Nomer 5 silahkan masuk."

Edrea tidak menjawab lagi ucapan ibu ibu itu, dia berdiri dari duduknya dan berjalan masuk keruangan.

Ternyata Javier juga mengiringinya dibelakang.

Setelah masuk Edrea mengerut bingung dengan Javier yang juga ikut masuk "ngapain?"

"Bahaya gue di tinggal sendiri, banyak mau nerkam."

Entah kenapa rumah sakit ini hari ini banyak sekali ibu ibu berkeliaran, apalagi Javier tadi tidak sengaja berpapasan dengan ibu ibu yang melihatnya seperti minat

Tante tante pecinta brondong.

"Oh yaudah duduk sini aja." Edrea mulai merebahkan Theodore di tempat imunisasi.

Dokter datang dan mendekat kearah Theodore.

"Halo ganteng, nanamnya siapa ini?" Ujar Dokter itu sambil memeriksa keadaan Theodore.

Theodore hanya diam, tapi matanya terus melirik kearah Dokter itu.

"Theodore dok, apa ada penyakit ditubuhnya? " Tanya balik Edrea.

Setelah dokter selesai memeriksa dia berucap "tidak ada, bayinya sehat tidak ada penyakit apapun." Jawab dokter itu.

"Kita mulai ya imunisasinya, ayah bayi tolong pegangkan tangannya agar tidak bergerak. "

Edrea mengerut bingung, memangnya disni ada Max?

Melihat Edrea tidak bergerak juga dengan Javier dokter itu mengulangi ucapannya lagi

"Mas, tolong pegangi anaknya agar tidak bergerak saat disuntik.'' ucap dokter itu pada Javier.

Javier segera menoleh, dia baru konek ternyata yang disuruh tadi itu dia.

Tanpa protes Javier segera mendekat kepada Theodore dan memegangi tangannya agar tidak bergerak.

Setelah selesai, Theodore segera digendong kembali oleh Edrea, syukur saja Theodore hanya menangis sebentar.

•••

Sepulang dari rumah sakit, Edrea dibawa Javier kesebuah restoran untuk mengisi perut mereka.

Karena ini sudah masuk jam makan siang.

Javier memesan satu ruangan VVIP Untuk mereka, jadi tidak ada yang menganggu dan ribut disekitar Theodore.

Javier tahu bahwa Theodore akan sensitif saat selesai disuntik, mendengar suara berisik saja dia akan menangis.

"Mama muda, cepet pilih mau makan apa." Javier menyodorkan menu kepada Edrea.

"Pala lo mama muda! Lo tuh paman paman burik." Kesal Edrea pada Javier.

Javier tidak membalas, dia hanya fokos pada menu makanan yang ada ditangannya.

"Theo taruh dimana?"

Saat makanan tiba, Edrea jadi bingung mau makan bagaimana, jika dia makan makan Theodore mau ditaruh dimana?

Javier mendekat dan menggendong Theodore.

"Sama gue dulu, lo lanjut makan aja."

"Ok, nanti setelah gue lo harus makan."

"Iya."

Terpopuler

Comments

Dyah Ayu

Dyah Ayu

🤣🤣🤣 paman2 burik

2023-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!