Edrea duduk disofa sambil meletakkan baby boy di kasur kecil dengan perlahan di sampingnya.
Baby boy tertidur pulas, karena tadi dia diminumi susu formula.
Saat masuk ke Mansion tadi, Edrea mengamuk pada Max yang hanya diam saja, tidak bersuara ataupun melihat bayinya sendiri.
Lalu Edrea memesankan tempat tidur bayi, susu, popok dan baju bayi secara online, untung saja cepat sampai.
Pesanan Edrea saat sampai membuat penjaga Mansion bingung, bahkan saat Edrea membawa bayi saja bersama Max semua penjaga gerbang terkejut bukan main.
Para penjaga gerbang menunggu waktu selama tiga jam dulu mendiamkan, jika Edrea sudah memberitahu Geraldo dengan cepat maka para penjaga akan tetap diam, dan jika Edrea ataupun Max tutup mulut, maka penjaga akan melaporkan kejadian ini pada Geraldo.
"Bang Max, apa yang terjadi beberapa bulan lalu?" Tanya Edrea memandang kakaknya, nada bicaranya juga sudah terdengar biasa.
Karena dengan teriak, mengancam tidak membuat Max berbicara.
Max tetap diam, dia bahkan mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak bisa menerima takdir yang dimilikinya sekarang.
"Bang!" Edrea geram sendiri, melihat Max begini Edrea juga ikut merasakan frustasi.
"Gak tau Rea, abang gak sengaja." Jawab Max dengan paru, bagaimana jika papanya tahu dan kedua kakaknya? Keluarganya? Namanya akan sangat buruk nanti.
Jika saja Max yang menemukan lebih dulu, akan Max serahkan ke panti asuhan, sayangnya dia menemukan itu bersama Edrea.
"Maksudnya?"
"Dulu abang ke pesta ulang tahun temen abang, tau-tau bangun tengah malam udah sama cewek disamping, abang dah kasih tahu buat minum obat supaya gak jadi! Udah diberi duit juga 2M." Jelas Max panjang lebar.
Dia ingat betul kejadian 9 bulan lalu, dimana mungkin saja dia entah tidak sadar karena terlalu banyak minum atau dijebak!
Max sudah memberitahukan kepada wanita itu agar langsung meminum obat, karena Max tidak sadar saat melakukannya.
Si wanita cuma ngangguk ngangguk paham, ternyata dia tidak melakukan apa yang diperintahkan Max.
Edrea menyandarkan tubuhnya di sofa, pikirannya mumet untuk sekarang.
Melihat Max yang tidak terlalu perduli pada bayinya, membuat hati Edrea sakit, padahal bayi itu tidak bersalah apa-apa, tapi kenapa ayahnya saja tidak mau melihat wajahnya?
"Aku tau, tapi abang harus jaga ini anak dengan baik! Karena ini tanggung jawab abang." Tunjuk Edrea pada Bayi yang ada di sebelahnya.
Max terdiam sebentar lalu menjawab "abang gak tahu, masih kuliah juga gak ada waktu buat ngurus."
"Mungkin aja tuh anak bukan anak abang, akal-akalan dia doang buat meras duit.'' celutuk Max tiba-tiba.
Edrea memutar bola matanya jengah " Kalo gitu mah, ni bayi pasti datang sama mamanya kalo mau meras duit!"
Brumm.. Brum..
Terdengar bunyi dua buah motor sport memasuki Mansion, dan masuk kedalam bagasi.
Bisa dipastikan itu adalah Alston dan Christian yang sudah pulang kuliah bersama.
Edrea menoleh kearah Max yang wajahnya menjadi tegang.
Pikiran Max buntu, yang dia ingin tahu hanya satu, apakah semua orang percaya jika ini adalah ketidak sengajaan?
Tidak lama kemudian, Christian memasuki Mansion lebih dulu, meninggalkan Alston sendirian di bagasi.
Melihat ada Edrea di ruang keluarga, Christian segera menghampirinya berniat ingin menyapa.
"Rea, abang—"
Pergerakan Christian terhenti saat melihat di samping Edrea ada bayi, ya bayi. Dia tidak salah lihat.
Bayi itu tertidur pulas didalam kasur kecil yang pas untuknya.
Christian berpikir sejenak, dilingkungan mereka sudah tidak ada lagi anak kecil, yang paling muda cuma Jason.
Christian mendekat kepada Edrea
"Bayi siapa ini Rea?"
Edrea tidak menjawab, dia lebih memilih diam dan biarkan saja Christian menebak sendiri, karena mata Christian lebih tajam penglihatannya dari pada Edrea sendiri.
Christian menatap lekat-lekat bayi laki-laki yang sedang tertidur itu, lalu Christian menatap Edrea yang wajahnya kusut sambil memandang kearah Max.
Christian juga menoleh kearah Max, dia berulang kali mencocokkan si bayi dengan Max.
Tegup jantung Christian menjadi tidak karuan, apalagi saat melihat wajah Max yang tegang.
"Max! Jelasin sama gue sekarang!" Murka Christian akhirnya, dia dapat menyimpulkan siapa dan bagaimana bayi ini bisa ada di Mansion mereka.
"Sorry bang." Lirih Max.
"Sialan."
Bugh..
"Bang!"
Edrea mencoba menjauhkan Christian dari Max, sayangnya tidak dapat merubah apa pun, tenaga Christian sangat kuat.
Tapi tetap Edrea menarik-narik dan meneriakki Christian agar jangan memukul Max.
Max tersungkur jatuh ke lantai, dia hanya meringis kesakitan merasakan pukulan yang di berikan Christian kepadanya.
Max tidak melawan dan tidak ada niatan melawan sedikit pun.
Mendengar ada keributan, Alston segera bergegas pergi masuk kedalam Mansion.
Benar saja dugaannya, Christian menghajar Max habis-habisan yang dibelakangnya ada Edrea mencoba memohon kepada Christian untuk berhenti.
"CHRISTIAN!" Bentak Alston didepan pintu Mansion.
Christian berhenti melakukan aksinya, dia bangun kembali dan menatap Max dengan tajam.
Alston berjalan mendekat kearah Christian
"Apa yang kau—"
"Lihat di sana!" Sentak Christian sambil menunjuk bayi yang tengah menggeliat, mungkin tidur dia terusik karena suara suara perkelahian tadi.
Alston menyipitkan matanya dan beralih menatap Max.
Rahang Alston seketika mengeras, terlihat kilatan kemarahan muncul di wajahnya.
"Max Arsenio Giotto." Tekan Alston dengan nada yang sangat kecil.
Max hanya diam, dari mulai Christian dia hanya menurut dan diam.
Max hanya menahan luka di bagian wajahnya, wajahnya bonyok karena dipukuli oleh kakaknya sendiri yaitu Christian.
"Kesalahan lo luar biasa fatal, gue gak berharap lo tumbuh besar buat kasih kami kejutan ini." Ucap Christian pada Max.
Max hanya diam mendengarkan.
Alston memijat kepalanya yang terasa pening.
"Bang udah, ganti baju dulu habis itu kita bicarakan dengan otak dingin, sebelum papa datang pokoknya." Ucap Edrea pada kedua kakaknya yang baru saja pulang dari kuliah mereka.
Christian membuang nafas kasar, begitu juga dengan Alston.
Alston menatap Max dengan nyalang "jangan pernah kabur!"
Max lagi lagi hanya diam.
Setelah Christian dan Alston pergi kekamar masing-masing untuk membersihkan diri mereka sebentar.
Edrea segera mendekati Max dan menuntunnya untuk duduk di sofa.
Edrea segera mengambil obat obat p3k untuk Max dan mengobatinya dengan perlahan.
Max meringis menahan sakit, mungkin dia akan merasakan rasa sakit ini semingguan penuh.
"Maaf kalo abang mengecewakan kalian semua."
Di sela sela Edrea mengobati luka Max, Max malah berbicara seperti itu.
Edrea tertegun dia menatap kakaknya itu "gak papa, aku bakal bantu kok, Asal! Asal yang abang ceritain benar kejadiannya seperti itu."
Edrea tidak mau jika nanti dia membela mati-matian, tapi setelah diperiksa malah tidak benar sumbernya, dia juga nanti yang kena imbas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments