09 kecelakaan

Tidak jauh dari Edrea, ada Farissa yang menatapnya dengan benci.

Dibelakangnya ad Rea dan Dely yang ikut menatap Edrea mulai dari interaksi sama Darren, Javier, Daniel bahkan Harvey.

"Gila tuh kakak kelas, mau embat semuanya?" Ucap Rea tak suka.

Dely berdecak "biasalah menggunakan tampang doang." Ujarnya kesal.

Farissa masih sibuk dengan pikirannya, masalahnya adalah Javier adalah cinta pertamanya.

Dulu dia sangat tidak suka mengenal cinta, tetapi saat memasuki SMA dan melihat keberadaan Javier, Farissa jatuh cinta.

Terlebih lagi mengetahui bahwa Javier adalah putra bungsu dari Roger Giotto, membuat semangat Farissa menggebu-gebu ingin memilikinya.

Farissa berbalik menatap kedua temannya "gak bisa, gue harus jauhin Javier sama tuh cewe!" Ucapnya marah.

Rea dan Dely memandang kearah Farissa dengan raut wajah bingung mereka.

"Gimana?" Ucap mereka secara penasaran.

Farissa mengeluarkan senyum nakalnya.

"Main-main luka dikit doang, tapi gue harus minta bantuan si cupu Radit." Jelasnya.

Farissa membisikkan sesuatu kepada Rea dan Dely.

Setelah diskusi Rea dan Dely mengangguk paham dan mereka setuju dengan rencana yang diberikan Farissa.

"Bagus juga, gue setuju aja asal jangan lama-lama harus hari ini juga!" Sentak Rea pada Farissa.

Rea adalah tipe orang pendendam, dan dia harus membalaskan dendam itu sesegera mungkin yang dia bisa, agar Rea merasa puas dengan dirinya sendiri.

Mereka bertiga segera menjalankan aksinya, pertama tama mereka harus menemui siswa yang bernama Radit, seangkatan mereka bertiga.

Mencari Radit cukup mudah, datangi saja ke kelas maka Radit akan ada disitu, anggap saja dia seperti bertapa dan tidak mau keluar kelas

Radit berbeda kelas dengan mereka bertiga, tapi mereka bertiga sudah kenal Radit semasa SMP, jadi tak ribet lagi mereka dapat mengenali Radit.

Radit yang anti sosial.

Brak.. 

Farissa menggebrak meja Radit dengan kencang, membuat Radit yang sedang mendengarkan lagu lewat earphone terjengkit kaget.

Saat melihat pelakunya, badan Radit jadi gemetar. Melihat Farissa dengan tampang galaknya menatap Radit.

"Lo ikut gue!" Tarik Farissa yang lumayan kencang pada Radit.

Radit pasrah dan menuruti kemana Farissa membawanya pergi.

Setelah dirasa aman, Farissa, Rea dan Dely segera menggerumbungi Radit sambil bersedekap dada.

"Lo harus bujuk Kaka kelas kita yang bernama Edrea untuk Pergi ke gudang." Tekan Farissa.

Radit tidak menjawab, dia bingung dengan apa yang disuruh oleh Farissa padanya.

"30 menit dari sekarang lo harus bujuk tuh si Edrea! Awas aja kalo gak, lo yang bakal gue patahin tangan lo!" Ancam Farissa pada Radit.

Radit mengangguk dengan kaku, mau tak mau dia harus menuruti perintah Farissa.

"Lakuin yang bener! Awas aja lo gak becus." Ucap Rea menatap Radit dengan tajam.

Lagi-lagi Radit hanya mengangguk setuju.

•••

Di kantin, Edrea dan kedua temannya masih sibuk makan.

"Sayang banget sumpah, padahal lo cocok sama Darren." Eluh Gea pada Edrea.

Setelah mendengar cerita dari Edrea, Gea sedikit tidak setuju pada keputusan Javier dan yang lain untuk membuat Edrea putus.

Padahal dizaman sekarang sangat susah mencari lelaki yang benar-benar menjaga dan tulus pada pasangannya.

"Coba lo suruh juga si Javier putus sama Dona, anggap aja balas kata." Celetuk Mikael.

"Udah pernah, banyak alesan dan dia mah didukung anj*ng." Kesal Edrea saat mengingat dulu dia pernah menyindir Javier yang pacaran sama Dona.

Eh malah dia tidak ada yang membela, keluarganya acuh saja Javier ingin berpacaran dengan siapa.

"Alah alah, dasar aneh." Gerutu Gea sambil sesekali memakan pentol dari baksonya.

"Jadi lo kapan bilang ini sama Darren?" Tanya Mikael penasaran.

"Nanti pas pulang sekolah." Jawab Edrea seadanya.

Mikael hanya mengangguk, dia tidak bertanya lebih lagi.

Saat mereka bertiga lagi asik makan, ada seorang pemuda datang ketempat meja mereka.

Dia adalah Radit, orang suruhan Farissa.

Radit hanya mampu berdiri memandang ketiga orang yang salah satunya adalah sasaran Farissa.

Tangan Radit gemetar, ingin bersuara saja rasanya sangat susah untuk dikeluarkan.

Mikael yang menyadari ada orang langsung menyenggol Gea dan Edrea "siapa tuh?"

Sontak saja Edrea dan Gea menoleh, terlihat seorang siswa kelas 10 sedang menatap mereka dengan kaku.

"Kenapa lo?" Tanya Gea pada Radit yang sedari tadi diam saja.

Radit merasakan ada yang memperhatikannya dan menatapnya dengan pandangan menusuk dari belakang.

"Buat kak Edrea, katanya ada barang yang ketinggalan digudang." Sekian lama diam, akhirnya Radit bersuara.

Edrea mengernyit heran, barang apa?

"Barang apaan?" Tanya Mikael menimpali.

"Aku gak tau, tadi paman sekolah yang kasih tahu. Terus suruh aku buat beri tahu kak Edrea." Alasannya pada mereka bertiga.

Mikael dan Gea menoleh secara bersamaan menatap kearah Edrea.

Edrea terdiam sebentar, lalu dia berdiri dari duduknya menatap Radit.

"Anterin, gue lupa barang apa yang ketinggalan." Jawab Edrea pada Radit.

Disekolah ini ada kurang lebih tiga gudang yang aktif, lumayan banyak dan Edrea tidak tahu gudang yang mana dimaksud.

Sebenarnya jarang sekali Edrea ke gudang dan saat ada Radit yang memberitahunya, dia jadi lupa barang apa yang tertinggal.

Jadi untuk memastikan itu dia harus kesana Melihat sendiri.

"Heh! Lo siapa sih?!" Sentak Gea, dia juga langsung berdiri dari duduknya.

"Tau nih, gue ikut deh." Mikael ingin menemani Edrea kegudang.

Radit sedikit tersentak kaget, dia langsung menoleh "a-aku murid baru, tadi disuruh paman—"

"Woi Mikael!" Dari arah jauh, Daniel memanggil dengan suara lantangnya.

Daniel sedikit berlari dan menghampiri mereka.

"Bantu gue cari anak yang namanya Harvey, lo juga!" Tunjuk Daniel pada Gea.

Gea dan Mikael mengerut bingung "gue bukan OSIS bangke." Omelnya pada Daniel.

"Alah bodo amat, gue pusing cari tuh anak kemana ilangnya." Daniel seperti orang frustasi.

Harvey menghilang saat dia izin ke toilet dengan bu Erni, bilang saja satu sekolah takut dengan bu Erni dan bisa-bisanya Harvey berani kabur pada bu Erni.

Bu Erni marah besar saat ada muridnya yang tidak kembali kelapangan, akhirnya sebagian OSIS disuruh mencari, termasuk Javier.

"Iye dah." Pasrah Mikael dan Gea.

Gea melirik sebentar pada Radit "lo! Awas aja lo bohong sama gue."

Radit hanya diam, dia bingung mau membalas apa, kalo mau macam-macam mah dia juga gamau tapi dia dipaksa menjadi kambing hitam untuk ketiga nenek lampir.

"Kalian balik dulu aja nanti ke kelas, gue bakal kesana langsung habis dari gudang." Edrea menyudahi acara makannya.

Mikael dan Gea mengangguk "ok, tapi lo jangan lama-lama." Ucap Mikael.

Edrea hanya mengangguk, lalu dia berjalan keluar kantin menuju gudang ditemani oleh Radit.

Di perjalanan tidak ada yang memulai obrolan, bahkan sepertinya Radit dihantui rasa bersalah yang dalam.

Dia ingin melawan tidak bisa, taruhannya adalah ibunya yang sedang koma, Radit tidak sanggup.

Sesampainya didepan gudang, langkah keduanya terhenti.

"Kak aku bisa cuma nganter sampai sini, takut dicariin guru." Alasan Radit.

Edrea mengerti "ya, lo boleh pergi."

Radit segera pergi dengan rasa penyesalan, Edrea melihat itu tentu bingung.

Mungkin ini pertama kalinya dia berada disekolah dan belum beradaptasi, pikir Edrea.

Krek... 

Pintu gudang perlahan dibuka oleh Edrea.

Edrea maju dan dia tepat berada didepan pintu masuk gudang, melihat lihat sekeliling untuk mencari paman kebersihan.

Hening, tidak ada seorangpun didalam.

Dirasa tidak ada orang Edrea ingin pergi dan berbalik.

Tetapi ada seseorang yang mendorongnya kuat sampai-sampai dia terjatuh dengan keras.

"Argh.."

Edrea meringis kesakitan, dia rasa yang mendorongnya lebih dari satu orang, jika satu orang saja mana mungkin dia akan tumbang dan jatuh sekeras ini.

Brakk! 

Pintu gudang secara tiba-tiba di tutup dan dikunci dari luar.

Pusing melanda kepala Edrea, ruangan engap, minim cahaya dan barang tidak terpakai yang penuh debu.

Membuat pernapasan Edrea tersendat, untungnya dia masih memiliki sedikit tenaga untuk berdiri.

Baru saja ingin berdiri, tangannya salah memegang meja akibat minimnya cahaya yang masuk.

Edrea malah terpegang guci yang rapuh, saat tangannya mendarat guci itu pecah yang menyebabkan tangan Edrea robek.

Edrea membulatkan matanya melihat darah yang begitu banyak ditangannya.

Seumur hidup dia tidak pernah melihat darah sebanyak ini.

Takut akan mati dan kehabisan darah, membuat pandangan Edrea mengabur dan hilang kesadaran diri.

BRUK! 

•••

Di lain tempat, Javier seorang diri mencari keberadaan Harvey, anak itu sungguh merepotkan.

Sudah hari kedua saja dia berani bolos, bagaimana saat pelajaran sudah dimulai.

Saat sedang menelusuri koridor, Javier berpapasan dengan Farissa dan kedua temannya.

Farissa tersenyum senang melihat keberadaan Javier di depannya. "Hai kak." Sapanya sopan.

Javier melirik sebentar "balik kelapangan!"

Farissa cemberut "iya kak, aku habis dari wc kok." Jawabnya lagi.

Javier tidak menjawab, dia lebih memilih melalui Farissa dan kembali pada tujuan awalnya.

Farissa merengut kesal "kenapa sih dia dingin banget? Gue kan cantik.''

"Lain kali aja deh Far, Kak Javier masih sibuk kayaknya. Lagian si cewe itu udah kita beri pelajaran juga." Jelas Rea.

Senyum Farissa mengembang kembali "bener, cus deh kita rayain." Ajaknya pada Rea dan Dely.

Sementara itu saat Javier melewati area gudang.

Javier cukup bingung saat dia melihat gudang paling pojok pintunya ditutup dengan kayu, pasalnya pintu digudang tidak boleh ada penyangga seperti itu.

Dengan langkah pelan Javier mendekati gudang tersebut.

Didepan gudang, Javier segera mencabut kayu-kayu yang mengunci pintu gudang.

Krettt... 

Pintu gudang terbuka sedikit secara tidak sengaja.

Terciumlah bau amis menyengat didalam.

Javier mengendus, bau ini sangat anyir.

Tanpa menunggu lama, Javier melebarkan pintu gudang. Terlihat lah Edrea yang tergeletak di lantai dengan penuh darah di tangannya.

Jantung Javier berdegup kencang.

"EDREA!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!