Terlanjur kesal Edrea meminta saran pada teman-temannya cara agar kabur dari rumah tanpa ketahuan.
Sayangnya Edrea malah mendapatkan ceramah dan diperingati agar tidak melakukan hal bodoh. Terutama si Mikael, dia sangat ngengas.
Bingung dengan kehidupan yang dia alami, Edrea memilih menyegarkan pikirannya di balkon kamarnya, angin malam sangat menyejukkan baginya.
Cklekk...
Tampak ada seseorang yang membuka pintu kamar Edrea, itu adalah Jonathan yang membuka.
Dengan perlahan menghampiri Edrea di balkon nya, sampai pada dia berdiri dibelakang adik sepupunya itu.
"Rea."
Edrea menoleh, melihat wajah kakak sepupunya membuat Edrea bingung "buat apa bang kesini?"
Jonathan nampak pindah posisi, menjadi disamping Edrea.
"Abang mau ngomong sesuatu sama kamu." Ucapnya pelan.
Edrea memutar bola matanya malas "kalau mau ceramah mending gak usah bang, gak masuk juga ke otak." Jawab Edrea.
Edrea membuang pandangannya kebangunan-bangunan tinggi yang mengelilingi Mansionnya.
Tidak abangnya dan abang sepupunya sama-sama gak waras, apa-apa selalu protes dan ceramah panjang lebar dihadapannya.
Jonathan juga menatap lurus kedepan memandang langit malam "Rea, tolong mengerti."
"Kalian selalu saja minta dimengerti, kalo aku bagaimana?" Tanya Edrea yang masih tidak mau menatap Jonathan.
Awal Edrea masih kecil dia tidak pernah bohong bahwa dia menyukai semua keluarganya, kehangatan, kebahagiaan dan harmonisnya.
Tapi semakin dewasa, perlakuan keluarganya semakin diluar otak.
"Kami selalu ngerti kamu, makannya kami larang kamu pacaran sama Darren, gak mutu Rea."
Darren Flason, mereka berdua sama-sama terkekang dengan keluarga, Darren putra tunggal yang harus didik sempurna, membuat dirinya stress dan melampiaskan semua kekesalannya diluar rumah.
Saat berjumpa Edrea, hidup Darren menjadi lebih tenang, dia serasa sudah mendapat sandaran yang nyaman.
Walau banyak temannya yang memperingati karena Edrea adalah anak dari Geraldo, tidak mematahkan semangat Darren untuk tetap bertahan.
"Kalian gak tau apa-apa, malah mempersulit hidup aku tau?" Tekan Edrea, berharap kakak sepupunya itu paham.
Jonathan menghela nafas "kamu yang gak tau apa-apa, masih kecil jua pacaran sama Darren." Hardiknya membalas.
"Rea, abang kenal betul sama Geng Igor. Orang-orangnya dan apa yang mereka lakuin didalam lingkaran itu." Jonathan berucap panjang lebar.
Lagi-lagi Edrea dibuat kesal dengan kata bijak itu, dia lebih memilih tidak mendengarkan.
"Aku gak pacaran sama Gengnya! Darren juga larang aku buat kesana." Jawab Edrea.
"Mending abang keluar deh." Ucap Edrea lagi.
Jonathan menatap Edrea "iya-iya abang pergi, tapi ingat. Putusin Darren!"
Jonathan mengambil selimut kecil dan memakainya dipundak Edrea, setelah itu dia benar-benar pergi dari kamar Edrea.
Wajah Edrea mendingin, dia meleas selimut itu dari bahunya.
"Huu gak mempan!" Omongnya sambil melemper selimut itu ke lantai.
Dulu jika Edrea kesal pada Jonathan, maka akhirannya Jonathan selalu memberikan perlakuan manis yang saat itu mampu membuat Edrea tidak marah lagi.
Trik itu masih mempan sampai Edrea berumur 13 tahun, tahun-tahun berikutnya Edrea sudah mulai memberontak.
Sekarang Edrea berbeda, dia tidak akan pernah luluh pada seseorang yang membuatnya terkekang.
Saat Jonathan membuka pintu, terlihat sudah Max dan Jason yang sedang menguping, ternyata Max dan Jason mencoba mencari informasi.
Sayangnya Max dan Jason tidak tahu bahwa pintu sudah terbuka, posisinya adalah telinga menghadap langsung ke pintu dan wajahnya dia merengkan.
"Ekhm." Jonathan menatap Max dan Jason dengan pandangan malas.
Max dan Jason terkejut bukan main, mereka langsung berdiri tegak.
"Gimana tuh?" Ucap Max penasaran.
"Iya bang, apa katanya?" Tambah Jason lagi, dia ingin menggali informasi.
Jonathan tidak menjawab, dia lebih memilih pergi melalui Max serta Jason dan dia turun kebawah menemui yang lainnya.
Max merengut kesal, dia serasa ingin mencabik-cabik wajah Jonathan.
Jason bersedekap dada, dia kurang puas dengan respon yang diberikan oleh Jonathan.
"Awas aja lo gak gue kasih info lagi! Sok jual mahal banget." Maki Max.
Max dan Jason memilih juga ikut turun, penasaran masih menghantui hatinya.
Di ruang keluarga, terlihat sudah Jonathan membicarakan suatu hal bersama Alston dan Christian.
"Dia bilang kita gak ngerti apa-apa sama dirinya." Jonathan memulai pembicaraan.
Alston diam, memikirkan apa maksud dari yang Edrea katakan.
Christian berdehem "dia masih gak paham aja, makanya bilang gitu." Dia mencoba berpositif thinking dengan apa yang terjadi. Tentu saja meyakinkan Alston agar tidak mengambil tindakan yang terdengar kasar.
"Hah? Gak sih kata gue, dari omongannya kayanya dia gak mau putus sama Darren." Jelas Jonathan lagi.
"Tanpa persetujuannya gak masalah, nanti gue ngomong sama Darren." Jawab Alston.
Jason dan Max masih berdiri mendengarkan dengan sangat serius.
"Ada apa ini?" Geraldo menuruni tangga, berjalanan menghampiri anak dan keponakannya yang tengah berkumpul.
Kini Geraldo menggenakkan pakaian santainya berbahan kaos.
Jonathan sedikit menggeserkan tubuhnya memberikan ruang untuk Geraldo duduk.
Jonathan dan Christian saling pandang satu sama lain.
"Soal Edrea, tapi udah beres." Jawab Alston seadanya.
Geraldo mengerut, masih kurang puas dengan jawaban anak sulungnya itu.
"Yang lengkap Alston, saya gak mau salah satu menutup nutupi." Tekan Geraldo.
Christian menghela nafas dalam, kalo soal ini dia gak berani ikut campur, takut dimusuhi adiknya.
Alston mengangguk "dia pacaran sama Darren, kami suruh dia buat putus." Jawabnya.
Geraldo diam, putrinya itu selalu mengejutkannya.
"Sudah berapa lama?"
"Gak tau pa, mungkin masih baru." Alston menebak, Javier saja tidak tahu berapa lama Edrea dan Darren menjalin hubungan.
Geraldo menatap Alston "besok mereka harus pisah, Edrea tidak cocok bersama Darren." Jelasnya.
Padahal Geraldo tidak tahu bagaimana bentukan Darren, tapi firasatnya dia tidak suka.
Alston hanya mengangguk paham.
"Baiklah, kalian semua istirahat sekarang." Perintah Geraldo dan dia berdiri dari duduknya.
Geraldo memang seperti ini, dia hanya berkumpul sebentar karena memang hanya itu yang bisa dia lakukan, waktunya lebih banyak di perusahaan.
Oleh sebab itu dia menyerahkan semua pada Alston dengan menjaga adik-adiknya.
Untuk Christian, Geraldo tidak yakin. Christian orang nya tidak tegaan, bukannya diceramahi Christian biasanya malah hanya membiarkan saja.
Setelah kepergian Geraldo, Jason menjadi bernafas lega.
"Bang, kalo Kak Edrea marah gimana?" Tanyanya pada Alston.
Menurut Jason, seratus persen lebih nanti Edrea akan marah karena tindakan semena-mena Alston nantinya.
Alston menatap Jason "dia gak berhak marah." Jawab Alston santai.
Jason diam, dia tidak bertanya lagi. Dari pada pusing sendiri mending dia pergi ke kamar.
"Yaudah, aku mau tidur." Ucapnya dan dia pergi meninggalkan semuanya dan berjalan kekamar tamu.
Besok dia masih masa Mpls, semenit saja telat tidak ada toleransi, biar Javier adalah ketua osis. Malah mungkin saja hukuman Jason makin berat dan terus diungkit atau diledek sama Jonathan jika saja Javier memberitahukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments