Matahari mulai muncul dan cahaya pagi juga ikut mengiringi.
Edrea sudah siap dengan pakaian sekolahnya dengan rapi, cukup sekali saja abangnya kekamar membangunkannya, sungguh mengesalkan.
Saat dia turun kebawah, hanya ada Christian, Alston, Jonathan dan Papanya Geraldo.
Jason dan Max belum hadir, seperti biasa mereka adalah langganan bangun telat.
"Pagi." Edres menarik kursinya di sebelah Christian dan mendudukkan bokongnya disana.
"Pagi Rea." Ucap Christian dan Jonathan secara bersamaan.
Geraldo melirik putri satu-satunya itu dengan tatapan dalam, dia teringat dengan ucapan Alston saat mengetahui Edrea berpacaran dengan Darren.
Geraldo tidak akan membiarkan anaknya menjalin hubungan dengan anak-anak geng Igor, brandalan.
Edrea yang melihat tatapan tidak mengenakkan dari papanya itu mengerut bingung.
'Apa yang terjadi?' tanyanya dalam hati.
Tidak berselang lama, Max dan Jason hampir turun bersamaan, mereka berdua masing-masing menarik kursi untuk duduk makan bersama.
Tidak ada yang memulai pembicaraan, semuanya sibuk dengan makanan masing-masing.
Beberapa menit telah berlalu, semuanya sudah selesai dengan makanan pagi mereka.
"Alston, sekalian antar mereka sekolah." Tiba-tiba Geraldo angkat suara dan memerintah Alston untuk mengantarkan Edrea dan Jason.
"Om aku ikut." Ucap Jonathan yang mendapat persetujuan dari Geraldo
"Silahkan."
"Gak usah harusnya, badanya besar. Nanti Edrea jadi ayam geprek di gepengin." Omel Max pada Jonathan.
Jonathan menatap sinis pada Max "apa lo? Hus! Hus! Lo gak diajak blek." Jonathan tak kalah nyolotnya pada Max.
Melihat muka nyolot Jonathan, Max ingin sekali merenggut muka itu dengan sepuas-puasnya.
Tapi apalah boleh buat, Jonathan jelas lebih tua.
"Yaudah berangkat sekarang, nanti bel." Edrea melirik jam yang ada di pergelangan tangannya sekilas.
Christian mengangguk "ayo."
Mereka semua berpamitan pada Geraldo, dan setelah itu masuk kedalam satu mobil.
Dapat dilihat bagaimana sesaknya didalam mobil.
Didepan ada Alston yang mengemudi, di samping adalah Edrea, lalu dibelakang ada Christian, Jonathan dan Jason.
Max menertawai mereka bertiga, terutama Jason "mampus lo gak bisa napas." Ejeknya pada Jason.
Jason merengut kesal menatap Max dengan tatapan permusuhan.
Alston menjalankan mobilnya, meninggalkan perkarangan Mansion dengan kecepatan sedang.
Didalam mobil Edrea sibuk dengan handphonenya membalas Pesan-pesan masuk dari Darren.
Sedangkan Alston hanya melirik Sebentar, dia tidak akan mengungkit lagi sebelum sore tiba.
Dan di bangku belakang, Jonathan asik menggeser geser Jason agar semakin kesamping, karena menurut Jonathan bangku yang dia duduki sangat sempit.
"Minggir lo! Badan kaya getong." Tutuk nya.
"Abang tuh sama-sama sini sudah gak ada tampat! Nyusahain aja ikut, mending tinggal aja tadi."
" Oh gitu lo sekarang sama gue, gue potong duit jajan!" Senyum mengerikan Jonathan tercetak jelas.
Sebelum Jacob pergi, Jacob menyerahkan uang Jason kepada Jonathan, karena tahu Jason jika dipengang sendiri akan habis sehari.
Jason teringat itu, dia mulai misuh-misuh sendiri, takut uangnya benar-benar tidak diberikan.
"Iyadeh ngalah." Jawabnya cuek.
Christian hanya menghela nafas, untung saja Max tidak ikut, bisa-bisa meledak ni mobil karena suara cemprengnya.
Mobil berhenti tempat didepan gerbang sekolah, membuat Jason meringis malu.
"Bang, gak usah bener-bener depan gerbang kali. Kayak anak tk ceritanya." Jason ingin segera turun saat ini juga.
Alston tidak menjawab Jason, dia malah mencek handphone tentang pesan masuk sebentar.
"Jason, ayo." Edrea bersiap memakai tasnya dan menyimpan handphonenya disaku.
3 menit lagi bel akan berbunyi, Edrea tidak mau telat dan tidak mau bertemu dengan anggota osis.
Alston meletakkan handphonenya kembali, dia mendekatkan wajahnya ke kepala Edrea.
Alston mencium pucuk kepala Edrea lembut "berkelakuan yang benar." Ucapnya sambil menjauhkan badannya.
Edrea menatap Alston, dia mengangguk "ya iya." Jawabnya.
Mending Edrea iyakan dari pada panjang lebar ceramahnya.
Jonathan menatap keduanya malas, sudah tahu dia sangat iri. Malah menyaksikan didepan mata.
"Minggir! Gue lagi." Jonathan ingin maju tapi ditahan Christian dan Jason.
"Gak boleh, nanti ketularan malasnya." Ucap Jason.
"Lama nih, gue telat." Christian menambahi.
Jonathan menatap tidak terima "alah kalian ini, sok-sokan." Lalu dia kembali pada posisinya.
"Dah sana keluar lo huuss!" Usir Jonathan pada Jason.
Jason menatap kesal Jonathan "uang gue belum!"
Jonathan baru sadar bahwa dia belum memberikan uang jajan pada Jason.
Dia segera merongah sakunya dan memberikankannya pada Jason "dasar, pas urusan uang baru inget gue lo." Makinya.
Jason tidak menjawab, dia hanya menampilkan muka nyolotnya dan langsung membuka pintu mobil dan keluar.
"Kak Rea. Ayoo." Ucapnya.
Edrea mengangguk, dia juga turun dari mobil dan berjalan masuk kedalam area sekolah.
Sesampainya masuk, dia melihat Javier yang sedang berjalan kearahnya dan Jason.
Javier memakas jas osisnya dan kartu nama, membuat ketampanannya menjadi lebih berlipat ganda, apalagi dengan lambang ketua OSIS yang bertempel di jasnya.
"Mana kertas nama lo?" Sentak Javier saat melihat Jason yang tidak memakai pengenal nama yang harusnya menggantung di lehernya.
Jason menggaruk tekuknya dengan wajah masam. "Ketinggalan bang, tadi kan nginep di rumah om Geral. Gak inget keangkut." Jelasnya pada Javier.
Javier menghela nafasnya "sana, lo baris kebarisan murid spesial."
Jason membulatkan matanya "maksud? Bang lo gak nganggep gue gila kan?"
Javier tidak menjawab dia berbalik melihat kearah anggota osisnya.
"Daniel, bawa nih anak ke kelompok 11."
Daniel yang dipanggil menoleh, dia adalah salah satu anggota OSIS yang berada dikelas Edrea, dia juga yang selalu memantau Edrea. Karena Javier yang memerintahkannya.
Daniel berjalan mendekat kepada Javier "oke, sini lo."
Javier mengangguk pasrah "bang, masa gaada toleransi buat keluarga?" Ucapnya lesu.
Padahal Jason berada di kelompok tiga, sesuai dengan kelas dan teman temannya Harvey dan Zain.
Tapi dia malah dioper ke kelompok buangan.
"Lo aja gak ngehargai peraturan gue, enak aja lo minta keringanan." Jawab Javier acuh.
"Iye dah." Pasrahnya mengikuti Daniel.
Sekarang tinggal ada Javier dan Edrea.
Edrea saat melihat Jason pergi, dia juga ingin pergi menuju kekelasnya.
Tapi pergerakannya dihentikan Javier yang menahan tangannya.
Edrea menoleh menatap Javier "apa?"
"Ingat, istirahat lo harus putusin Darren." Peringat Javier.
Pagi tadi baru saja Javier mendapat pesan dari Geraldo, agar dia terus memantau Edrea dan Darren sampai melihat mereka berdua putus.
Tentu saja Javier menerima dengan senang hati, karena dia juga tidak mendukung hubungan Edrea dan Darren.
Sejak kecil teman Edrea hanyalah Javier, tapi disaat SMA Edrea seperti menghindarinya dan tidak mau mendengarkan pendapatnya.
Entahlah Javier bingung.
"Gak usah ngatur Javier, gue capek gak dirumah gak disekolah itu terus omongan kalian." Eluh Edrea.
Edrea merasa mereka semua berlebihan, mereka hanya menilai sisi kelam Darren, tidak melihat bagaimana keseluruhan.
Hidup Edrea seperti dicampuri, dia muak dengan semuanya.
"Gue gak ngatur Rea, gue cuma mau yang terbaik." Jelas Javier pada Edrea.
Edrea membuang muka
"Kan, gue ngomong A sampai Z lo gak ngerti."
"Sayang." Terlihat wanita yang berjas OSIS sama seperti Javier, menghampiri mereka.
Dia adalah Dona Bonita pacar seorang Javier, sejak 3 bulan lalu.
Edrea tidak terlalu perduli dengan hubungan keduanya, dia juga tidak cepu pada Roger.
"Hai rea." Sapa Dona pada Edrea.
Edrea hanya mengangguk.
Setelah itu, Edrea langsung pergi meninggalkan Javier disana bersama Dona.
Javier masih tidak mendengarkan Edrea, dia masih ingin tetap Edrea putus dari Darren.
"Ayo." Javier mengajak Dona kembali kelapangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments