08 Harvey ngebet pdkt

Edrea bersama kedua Temannya yaitu Gea dan Mikael sedang sibuk dengan gosip-gosip hot yang dibawakan oleh Gea.

"Katanya ya, gue gak tau juga bener apa gak, Geng Konstantin sama Geng Igor mau taruhan gitu, tapi taruhannya BMW masa." Jelas Gea pada keduanya.

"Sabi ni ikut." Pikir-pikir Mikael.

"Dih? Lo itu ibaratkan inti bumi sama bintang dilangit." Seru Gea pada Mikael.

"Widih, muji gue nih?"

"Artinya lo jauh dibawah sama Geng mereka!" Tekan Edrea pada Mikael.

Mikael langsung berwajah masam "mentang-mentang pacarnya Darren seenak jidat lo katain gue."

Edrea tidak menjawab, dia lebih memilih melihat suasana ricuh dilapangan yang dipenuhi oleh murid baru.

"Woy, woy." Semua anak murid laki-laki yang bergerombol didepan kelas saat itu menikmati keindahan cantiknya siswa baru harus berlari masuk kedalam kelas karena ada guru.

"Bu Shannon masuk." Ucapnya sambil berlari ke tempat duduknya.

Mikael segera balik badan, takut ditegur dan diberikan nasihat tujuh abad oleh bu Shannon.

Selang beberapa detik, bu Shannon masuk kedalam kelas mereka dengan wajahnya yang galak.

"Ingat, mata saya banyak. Saya tahu siapa-siapa saja yang keluar kelas saat jam pelajaran saya." Tegas bu Shannon sambil berjalan mengelilingi kelas.

"Bisa aja si ibu."

"Saya beneran!"

Keadaan kelas menjadi hening total.

Padahal jam pelajaran baru dibagikan jam 7 pagi, tapi bu Shannon sudah sangat disiplin.

Mikael merengut kesal, apa-apaan guru mereka ini, baru dua hari masuk Sekolah udah galak.

"Iya bu Shannon cantik." Puji Tian, wakil ketua kelas.

"Maaf, saya sudah punya suami."

Tian terngaga mendengar balasan dari bu Shannon, hei bukan itu maksudnya. Kenapa bu Shannon aneh.

"Iya deh." Ucap Tian pelan.

Bu Shannon sudah selesai berjalan-jalan didalam kelas, dan beliau berjalan menuju meja guru dan duduk disana.

"Baiklah, ibu ada rapat. Tolong kerjakan 50 soal, ketua kelas kemari!" Jelas bu Shannon yang membuat semua nya menghela nafas lelah.

Oliver segera berdiri dari duduknya dan menuju kepada bu Shannon, lalu bu Shannon memberitahukan seluruh soal kepada Oliver agar dapat disampaikan kesemua teman kelasnya.

Setelah semua selesai, bu Shannon berdiri dari duduknya dan merapikan bajunya sebentar.

"Ingat, jangan keluar dari kelas! Saya akan memantau kalian dari jarak jauh." Ancam bu Shannon dengan wajah menyeramkannya.

Sontak seisi kelas mengangguk secara bersamaan.

"Baik bu!"

"Baik, kalian semua sudah kelas 12. Jangan bertindak tidak terpuji lagi, jadilah contoh yang baik buat adik kelas kalian." Setelah mengatakan itu, bu Shannon benar-benar pergi dari kelas.

Oliver dari tadi hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya saja, masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Oliver dan Tian mengintip dari jendela kelas, dirasa bu Shannon telah memasuki ruang rapat, mereka bersorak senang.

"Siapa yang ikut, gue mau kekantin." Ajak Oliver yang tentu saja di iringi oleh Tian.

Hampir seisi kelas meninggalkan kelas dan beramai ramai pergi kekantin.

Edrea, Gea dan Mikael juga pergi kekantin. Mereka tidak betah berlama-lama dikelas seperti engap dan malah membuat mengantuk.

Setelah sampai kantin, Edrea mendapatkan pesan dari Darren.

Darren : aku di kanan, coba tengok. 

Edrea mengikuti perintah yang tertulis di pesan.

Benar saja, Darren berada disana bersama teman-teman gengnya, ada Virgo, Raiden dan Yohanes disana.

Darren tersenyum dan melambai pada Edrea.

Darren berdiri dari duduknya dan menghampiri Edrea yang masih berdiri didepan kantin bersama Gea dan Mikael.

Mikael mengalihkan pandangannya, dari pada melihat orang bucin lebih baik dia melihat daun.

Sayangnya, dia malah menangkap Javier sedang memantau mereka dari arah lapangan.

Mikael dibuat terkejut, dia segera balik badan menghadap ke Edrea.

"Woi! Sepupu lo tuh, kayak mau patahin leher Darren." Jelas Mikael pada Edrea.

Edrea sontak menoleh, melihat Javier dengan mata peringatannya pada Edrea agar tidak menemui Darren.

Edrea menghela nafas pasrah.

Dia mendekat sedikit pada Darren. "Ren, ada parasit yang merhatiin. Nanti aja deh kita bicaranya." Eluh Edrea.

Darren mengikuti arah pandang Edrea, terlihat lah Javier disana dengan wajah yang sangat tidak bersahabat.

Darren mengangguk paham "baik baik, aku ngalah kali ini." Ucapnya pelan.

Darren memegang tangan Edrea sebentar lalu dia melepaskannya, lebih memilih mundur dan kembali bersama teman-temannya.

"Sulit ye, backingannya banyak." Ujar Raiden sambil bersiul.

Darren tidak menjawab, dia lebih memilih duduk tenang dan memainkan minimannya secara asal.

"Udah rai, galau seminggu nanti." Tegur Yohanes pada Raiden.

Raiden tertawa geli, saat melihat muka masam yang terpampang di wajah Darren.

Sedangkan Edrea dia acuh pada tatapan Javier, dia lebih memilih untuk menarik Gea dan Mikael agar segera duduk di kursi kantin.

"Kok Javier gitu banget anj*ng. Kesel sendiri gue liatnya." Geram Gea.

Aneh saja menurutnya, Javier melarang dan selalu mencampur urusi hubungan Edrea, sedangkan dia sendiri bebas pacaran.

"Ya lo kayak gak tau aja." Jawab Mikael yang masih berdiri.

"Cepet mau pesen apa." Ujar Mikael sambil melihat-lihat warung yang buka dikantin.

"Bakso."

"Mi ayam." Jawab Edrea.

"Ok." Mikael segera pergi untuk memesan makanan.

Tidak lama setelah kepergian Mikael, datanglah Javier bersama Daniel yang berjalan disampingnya.

"Rea." Kini Javier berhadapan dengan Edrea.

Rea mendongak menatap kearah Javier, lalu dia fokus kembali pada handphonenya.

Javier menghela nafasnya dalam, sedangkan Daniel melirik Edrea dan Javier secara bergantian.

"Kalo mau ceramah nanti aja." Ucap Edrea yang masih menatap layar handphonenya.

Daniel tersenyum simpul "gak lah, kami cuma mau mampir doang." Jawabnya.

"Rea gue cuma jalanin perintah om Geral." Bela Javier.

Edrea hanya mengangguk "yaudah. Gue gak perlu di bimbing! Huh" Kesalnya.

Javier diam, sampai pada Mikael sudah kembali dan membawa napan berisi makanan mereka bertiga.

"Ada apaan ni si ketos repot-repot kesini." Sindir Mikael pada Javier.

Javier tidak menjawab, dia langsung pergi meninggalkan Edrea disusul oleh Daniel di belakangnya.

Mikael tidak ambil pusing, ketos mereka itu sungguh dingin dan kadang tingkahnya tidak bisa ditebak, juga moodnya seperti apa.

"Mereka minta gue putus sama Darren, dengan alasan yang gak masuk akal." Jelas Edrea pada Gea dan Mikael.

"Rasa gue Darren baik aja, gak melenceng juga otaknya." Pendapat Gea.

Yah mungkin disekolah ini yang ikut Geng Igor, anggota yang paling waras bisa dibilang Darren.

"Kan udah gue bilang, lo kayak gak tau aja." Ulang Mikael lagi.

Dan Gea sekarang mengangguk paham "sabar ya, nasib lo gini amat." Prihatin Gea pada Edrea

Edrea hanya berdeham kecil, dia tidak menyesal lahir dikeluarga Giotto, tapi dia sangat menyayangkan sifat mereka kepadanya.

terlalu over akan membuat seorang anak stress, tujuan hidup pilihannya akan hancur dan tidak memiliki pengetahuan lebih tentang lingkungan luarnya.

"Hai kak." Ada suara yang memanggilnya dari arah belakang.

Saat Edrea menengok, itu adalah Harvey temannya Jason.

"Harvey?"

"Iya dong, si tampan itu aku."

Mikael menunjukkan wajah seperti hendak mual saat mendengar ucapan Harvey.

"Dimana Jason?" Tanya Edrea saat tidak melihat keberadaan Jason bersama Harvey.

Harvey menunjukkan wajah masamnya "dia mah masih dilapangan." Jawab Harvey seadanya.

Saat melihat tak jauh ada Javier dan Daniel, segera Harvey ingin melangkah pergi.

"Udah dulu ya kak, ada algojo." Ucapnya sambil berlari menjauh.

Tadinya Harvey lelah dan kepanasan di lapangan, dia memutuskan kabur dan beralasan pergi ke toilet.

Tapi saat melihat ada Edrea dia mampir dulu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!