12

Suasana siang telah berganti malam hari.

Kini yang terisisa di ruangan hanya ada Christian dan Alston, sedangkan Javier, Jason diantar oleh Jonathan ke Mansion untuk mandi terlebih dahulu.

Sedangkan Geraldo pergi bersama sekertarisnya dulu untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya agar seminggu kedepan bisa selalu menemani Edrea dirumah sakit.

Untuk saat ini, Alston dan Christian memutuskan menetap menjaga Edrea, mereka bahkan rela bergantian untuk mandi dirumah sakit.

"Gue mau beli minum dulu." Christian berdiri dari duduknya, sadar jika di ruangan ini tidak ada makanan dan minuman sedikitpun, akhirnya dia memutuskan untuk membeli minuman atau makanan jika ada.

Alston yang duduk disofa mengangguk "air mineral beli banyak aja." Sarannya.

Christian mengerti, dia segera bergegas pergi keluar ruangan dengan hanya menggunakan kaos hitam biasa.

Tidak lama setelah itu, Edrea sadar dan membuka matanya secara perlahan.

Pandangan Edrea masih buram, dia mengerjapkan matanya berkali-kali agar pandangannya menjadi jelas.

Melihat sekeliling ruangan barulah dia ingat dengan kejadian na'as yang menimpanya saat di sekolah.

"Gila.." Umpatan kasar keluar dari bibirnya yang lemah.

Bisa-bisanya Edrea hampir melupakan kejadian mengerikan itu.

Edrea teringat lagi, tangannya saat itu seperti tidak berbentuk karena tertutupi oleh darahnya sendiri, sontak dia segera melihat kearah tangannya yang dibalut perban.

"Aghhh..t-tangan gue buntung!" Histerisnya saat melihat tangannya.

Alston terpenjat kaget, dia bergegas menghampiri adiknya yang ternyata sudah sadar.

Entah kenapa jadi Alston tidak sadar.

"Hei tidak boleh berbicara seperti itu." Alston menenangkan Edrea.

Sebelah tangan Alston dia gunakan untuk mengusap kepala adiknya dan satunya lagi mengusap tangan yang sedang diperban dengan hati-hati.

"Bang.." Edrea panik bukan main, dihadapannya ini terlihat tangan jari-jarinya yang full tertutup perban, bagaimana dia bisa tenang dengan melihat ini semua?

Alston terus mengelus pelan kepada Edrea, dia berkata "tangan kamu baik-baik saja, sudah dioperasi dan mungkin satu minggu sudah bisa dibuka." Jelas Alston dalam menenangkan Edrea.

Barulah Edrea tenang, untung saja tangannya tidak dipotong.

Nafas Edrea kembali normal, wajahnya juga tidak setakut tadi.

Melihat Edrea sudah tenang, Alston segera mengambil handphonenya yang berada di meja, lalu dia menelfon Christian.

"Ada apa?" Tanya Christian di telfon.

"Edrea sadar, panggilkan dokter." Alston tidak mungkin meninggalkan Edrea sendirian disini, lebih baik dia menelfon Christian untuk di panggilkan dokter, lagi pula Christian pasti melewati ruangan dokter itu.

"Apa? Sadar? Ok ok gue panggilan." Terdengar derap langkah Christian yang melaju.

Alston segera mematikan telfonnya.

Edrea menatap Alston, jadi keluarganya sudah tahu? Padahal menurutnya sangat minim orang mengetahui ada dia didalam gudang.

Alston mengambil satu-satunya air mineral yang ada di ruangan ini, inipun pemberian dari rumah sakit.

Alston segera menghampiri Edrea "mau minum? Sedikit saja."

Edrea mengangguk dia bangun sedikit untuk bersandar, Alston membantu nya dengan perlahan.

Dirasa sudah nyaman dia berduduk, Alston menyerahkan air mineral itu kepadanya dan Edrea meneguk perlahan.

Setelah selesai minum Alston ingin mengambil selimut lagi untuk Edrea, tapi pergerakannya terhenti saat pintu terbuka.

Menampilkan kakak sepupunya yaitu Miguel datang bersama dokter.

"Bang Miguel?" Ucap Alston.

Miguel Giotto, adalah kakak dari Javier. Miguel adalah anak pertama Roger Giotto yang tak lain adalah kakak kedua Geraldo.

Miguel lebih tua dari Alston 3 tahun.

Miguel segera menyuruh dokter untuk memeriksa keadaan Edrea.

Dokter memeriksanya dengan serius, setelah diperiksa barulah dokter mengatakan "Keadaan Pasien telah membaik, malam ini Pasien sudah bisa makan asal jangan memakan makanan berat." Jelas Dokter.

Miguel dan Alston mengangguk paham "baik dok, terimakasih anda boleh pergi." Ucap Miguel pada dokter.

"Baiklah, saya permisi." Dokter pun pamit undur diri.

Setelah kepergian dokter, Miguel meletakkan buah-buahan yang dia bawa lalu menghampiri Edrea.

"Hai sayang, maaf ya baru datang." Miguel mengecup singkat kening Edrea.

"Ya gak papa lah." Jawab Edrea, dia tahu bahwa Miguel itu orangnya sibuk, setiap hari hanya berada di kantor pusat milik Giotto.

Miguel terkekeh pelan, dia mendudukan pantatnya dikursi dekat Edrea.

"Tadi gue gak sengaja papasan sama Christian, jadi dia minta gue buat panggil dokter." Jelas Miguel pada Alston.

Alston mengangguk paham, mungkin saat ini Christian sedang sibuk memilih milih makanan untuk dibawa keruangan rawat Edrea, makanya sampai ini dia tidak datang-datang.

Miguel melirik Edrea sebentar, dia sangat penasaran apa yang terjadi pada Edrea sampai-sampai harus dioperasi.

"Tahu dari Javier?" Tebak Alston.

Miguel mengangguk "ya siapa lagi kalo bukan tu anak, untung aja gue sempat pulang dan papasan sama dia."

Pasalnya dia tadi cuma ingin mengambil berkas yang tertinggal dirumah, lalu Miguel tidak sengaja berpapasan dengan Javier.

Wajah Javier terlihat murung, awalnya Miguel tidak mau perduli mungkin saja itu urusan sekolah Javier, tapi saat melihat baju SMA Javier yang terkena noda merah Miguel langsung marah.

Dia kira Javier membuat onar atau tawuran, ternyata karena Edrea, setelah itu langsung saja Miguel pergi bergegas kerumah sakit yang diberitahukan Javier padanya.

"Jadi Javier yang tolong aku?" Edrea Tiba-tiba ikut nimbrung omongan mereka berdua.

Alston dan Miguel segera menoleh, mereka berdua serempak menekat kepada Edrea.

"Iya Javier, kamu kenapa waktu itu? Siap cerita?" Ucap Alston.

Edrea terdiam sebentar, ceritanya sangat tidak masuk akal dan dia juga tidak tahu karena apa dia harus dikurung digudang? Perasaan punya musuh saja tidak ada.

Edrea mengangguk dia mulai bercerita "awalnya ada siswa kelas 10 yang minta aku buat ke gudang, katanya ada barang yang ketinggalan, pas aku sampai sana gak tau tiba-tiba ada yang dorong aku masuk ke gudang terus pintu gudang ditutup gitu aja, mau minta tolong tapi tangan ku kayaknya kesenggol guci jadi ya gitu, setelahnya gak ingat apa-apa."

Bahkan Edrea juga tidak merasa kalau Javier yang membawanya dan saat operasi saja dia tidak tahu.

"Siapa nama siswa itu?" Tanya Alston.

"Aku kurang tahu nama panjang, kayaknya radit, ada di name tagnya." Sebenarnya nama belakang ada tertera di name tag itu, tapi Edrea tidak melihat karena menurutnya tidak penting, ngapain kepo nama orang?

Miguel mendengarkan apa yang diceritakan Edrea, dia menghela nafas dalam.

"Yaudah kamu jangan pikirin itu dulu, biar kami saja yang urus. Mau makan buah?" Miguel mengambilkan satu buah yang dibawa nya tadi saat kesini.

"Jangan banyak, gak habis." Ucap Edrea, padahal dia ingin menolak tapi karena melihat Miguel langsung mengupas buah itu mau tak mau dia harus memakan, walau sedikit.

Brak! 

"Sialan, gak ada yang ngabarin gu—"

Max datang dan langsung membuka pintu ruangan dengan kencang.

Tapi saat melihat siapa yang ada didalam membuatnya langsung kicep.

Alston dan Miguel menatapnya secara bersamaan, Edrea juga dia hampir saja membuang buah yang ada ditangannya saat mendengar pintu yang dibuka secara mendadak.

"Hehe.. Gak liat." Ucapnya sambil tersenyum paksa.

Miguel merengut kesal "santai aja kali lo buka pintunya."

"Ya gimana ya bang, gue kakaknya kok paling telat diberi tahu! Coba pikir bang." Jawab Max sambil merebahkan dirinya di sofa rumah sakit.

"Emang gue mau mikir?" Balas Miguel yang tidak memperdulikan Max.

Alston menatap adiknya itu "mandi sana, harusnya mandi dulu baru kesini." Jelas Alston pada Max.

Max meregangkan otot-ototnya. "Nanti deh, cape." Jawabnya.

Dia baru saja pulang kuliah, Max heran karena hampir tidak menemukan orang didalam Mansion.

Saat melihat Jonathan dan Jason dia segera bertanya, ternyata Edrea dirawat dirumah sakit.

Tanpa pikir panjang Max langsung pergi meninggalkan Mansion.

Max tidak perduli dengan teriakkan Jonathan yang meneriakkinya dengan sebutan bau ikan asin.

"Sekarang! Kalo tidak mau balik saja keMansion." Tekan Alston.

"Oke oke" Max mengalah.

"Baju ada ditas Christian." Ucap Alston pada Max.

•••

Di lain tempat, Javier sedang menemui Daniel disalah satu Cafe.

"Gue udah dapet semua biodata ketiga siswi cewe dan satu siswa cowok." Jelas Daniel.

Dia memberikan beberapa berkas pada Javier yang di dalamnya ada biodata lengkap Keempatnya.

Javier segera menerima dan memeriksa satu persatu biodata itu.

Setelah dirasa puas, dia kembali memasukkan kertas-kertas itu ke berkas masing-masing.

"Oke, makasih udah bantuin gue, bilangan Ghani gue berterima kasih juga sama dia." Ucap Javier.

Daniel mengangguk "santai aja, gak perlu terimakasih juga kali."

"Sebentar." Javier mengetikkan sesuatu di ponselnya, lalu dia menyimpan kembali ponselnya didalam saku.

"Untuk rasa terimakasih gue, udah gue transfer ke rekening lo, buat Ghani juga jadi kalian bagi dua ya."

Daniel kaget bukan main, dia segera memeriksa Handphone miliknya.

Benar saja, 600 juta masuk kedalam rekeningnya, siapa lagi pelakunya kalau bukan Javier.

"Woi! Kebanyakan." Sentak Daniel pada Javier.

Terpopuler

Comments

Dyah Ayu

Dyah Ayu

wooaaaahh ...600 jutaaaaa

2023-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!