11

Javier telah mengganti bajunya, dia duduk diruang tunggu bersama yang lain, Christian, Jonathan, Jason dan Alston.

Alston telah selesai mendonorkan darahnya pada Edrea, sekarang operasi Edrea dapat berjalan kembali.

Dan Jason setelah beberapa menit kedatangan Alston dan yang lain, tidak lama kemudian Jason juga datang dengan masih memakai seragam sekolah.

Wajahnya sangat tegang bahkan hampir saja menangis saat mengetahui Edrea mendapat perundungan.

Tidak lama, derap langkah kaki menggema di lorong rumah sakit.

Geraldo berjalan ditemani oleh asistennya yaitu Armand.

Geraldo bahkan sampai membatalkan janji temu dengan tiga klien dalam satu waktu.

Tidak banyak kata, Klien langsung menyetujui, karena bekerja sama dengan perusahaan Giotto sangat memakan waktu lama dan sulit digapai untuk bekerja sama.

"Bagaimana kondisi Edrea?" Tanya Geraldo langsung, pikirannya hanya ada Edrea, Edrea dan Edrea.

Saat di kantor tadi, Geraldo seperti orang kesetanan saat mengetahui putrinya sedang kritis, bahkan Armand langsung mengantarkan Geraldo kerumah sakit karena Armand yakin Bosnya itu akan berbahaya jika mengemudi sendiri.

"Lagi di ruang operasi." Jawab Jonathan.

Geraldo mengusap kasar rambutnya, tidak pernah terbayangkan sebelumnya kejadian ini akan menimpa putrinya.

"Maaf om, saya kurang menjaga Edrea." Sela Javier.

Geraldo menatap Javier, dia menepuk pelan pundak keponakannya itu "bukan salah kamu, saya berterima kasih karena kamu telah menyelamatkan Edrea dengan cepat."

Javier mendongak, dia hanya dapat diam mendengar ucapan Geraldo.

Ting..

Lampu ruang operasi berubah menjadi hijau, menandakan operasinya sudah dilakukan.

Semua orang sontak berdiri dan mendekatkan kepada pintu ruang operasi, menunggu dokter keluar dari ruangan.

Tidak sampai lama menunggu dokter sudah keluar dari ruang operasi, lekas saja Geraldo mendekat kepada Dokternya.

"Apa tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi?"

Dokter itu terdiam saat melihat orang yang berada di hadapannya, tidak salah lagi dia adalah Geraldo Giotto.

"Tuan Geraldo, putri anda telah berhasil menjalani operasi, saya akan memindahkan dia keruang rawat inap." Jelas Dokter itu lumayan panjang.

Hampir saja jantungnya serasa copot saat orang perpengaruh tepat berada di hadapannya, rasanya jika salah sedikit dia akan kehilangan pekerjaannya.

"Tidak, urus perpindahan Edrea kerumah sakit Giotto." Tekan Geraldo, dia tidak mau Edrea dirawat dirumah sakit yang tidak memungkinkan.

Mendengar cerita Alston tentang operasi Edrea sempat terhenti karena rumah sakit kekurangan stok darah, membuat Geraldo ingin segera memindahkan Edrea kerumah sakit keluarganya.

Dokter tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa mengiyakan saja.

"Baiklah, saya akan urus semua perpindahan pasien." Jawab Dokter itu ramah.

Dokter itu meminta Geraldo untuk mengikutinya agar mengurus perpindahan Edrea dari rumah sakit ini.

Tidak lama kemudian pintu ruang operasi terbuka, para perawat/suster mendorong brankar yang ada Edrea disitu masih tidak sadarkan diri, mungkin ini ada sebagian efek obat bius.

Edrea juga memakai selang oksigen dihidungnya.

Semunya otomatis mendekat, yang paling dekat adalah Alston.

"Dimana ruangannya?" Tanya Alston.

"VVIP Tulip pak." Jawab salah satu suster yang membantu mendorong.

Alston berjalan lebih dulu diikuti dengan Jonathan, mereka berdua harus tiba yang pertama diruang rawat inap yang akan Edrea tempati.

Mencek apakah ruang itu sudah siap pakai apa tidak, jika saja tidak maka Alston mungkin akan kembali mengamuk.

Kini perjalanan Edrea ditemani oleh Christian, Javier dan Jason yang standby berada di sisi kirinya.

Jason tidak berani terlalu dekat, takut mengenai tangan Edrea yang baru saja dioperasi, jadi dia memutuskan untuk jaga jarak dan berjalan paling belakang.

Sesampainya diruangan, untungnya keadaan ruangan sudah siap, jadi Alston dan Jonathan hanya menunggu kedatangan mereka.

Mengurus perpindahan cukup memakan waktu dan kondisi Edrea belum terlalu memungkinkan sampai malam, maka dari itu Geraldo sempat mengatakan kalau Edrea akan dipindahkan besok pagi saja.

Setelah Edrea sudah dipindahkan, para suster mengatur kembali infus dan alat-alat lainnya agar terpasang dengan benar dimeja.

Dirasa sudah selesai, suster-suster itu izin undur diri dan meninggalkan ruangan rawat inap Edrea.

Sekarang di ruangan keadaan menjadi Hening, semua yang berada di ruangan menjadi tempat duduk masing-masing.

Alston duduk bersebelahan dengan Christian, mereka berdua langsung berhadapan dengan Edrea.

Sedangkan Javier dan Jason lebih memilih duduk di sofa.

Christian memijat keningnya yang terasa penat, pikirannya sudah kembali tenang dan rasa panik nya juga berkurang.

Ting... 

Pesan masuk berbunyi dihandphone Javier, segera Javier melihat pesan itu.

Pengirimannya adalah Daniel.

Javier membaca keseluruhan isi Chat dari Daniel, hingga dia memutar vidio yang dikirim Daniel setelah membaca Chat.

Wajah Javier terlihat sangat tidak bersahabat, bahkan mungkin wajahnya kini merah padam.

Jason yang penasaran mendekatkan diri kepada Handphone Javier, dia juga tidak kalah terkejutnya.

Jason memandang Javier, karena Jason kenal siswi yang ada didalam vidio itu.

"Kenapa muka kalian tegang begitu?" Tanya Christian.

Dia berniat ingin mengambil botol minum yang ada di meja dekat sofa, tapi saat melihat wajah-wajah sepupunya itu dia merasa ada yang janggal.

Javier terkejut dan hampir menggugurkan handphonenya, untung saja dia langsung menangkap dengan cepat.

Javier dan Jason memandang Christian dengan tatapan yang sulit.

"Bang, gue kirim aja deh." Putus Javier, dia ingin memberitahukan tapi bingung bagaimana menyampaikannya.

Javier mengetik handphonenya dan mengirim pesan chat dari Daniel dan juga beserta vidio.

Tidak butuh waktu lama, Christian segera membuka handphonenya dan memeriksa apa yang dikirim oleh Javier.

Rahang Christian seketika mengeras, terlihat jelas dia tidak terima dengan apa yang terjadi.

Tetapi dia teringat sesuatu, Alston ada disini dan jangan sampai Alston tahu dengan cepat tentang masalah ini.

Alston jika menyangkut Edrea dia akan sangat emosional, karena sebagai kakak pertama tentu dia merasakan bagaimana jika kehilangan adiknya jika tidak dia jaga dengan benar.

Jadi Christian kembali menormalkan ekspresinya "nanti kita bahas." Ucapnya.

Jonathan? Jangan ditanya, karena kelelahan dia jadi tidak sadar lagi bahwa tidur disofa.

Tapi seketika tidurnya terganggu akibat bunyi yang ada di handphonenya.

Jonathan hampir saja memaki siapa yang menelfon jika tidak melihat nama orang penelpon itu adalah papanya sendiri.

Jonathan seketika menegang, bagaimana jika papanya tahu tentang ini?

Jacob hampir 11 12 dengan Alston kalau menyangkut Edrea, tetapi bedanya Jacob lebih tenang sedikit dan memikirkan bagaimana kedepannya. Tidak seperti orang yang tau tau hanya meluapkan emosi saja.

Tapi tetap saja Jonathan takut, jika dia mengangkat panggil vidio call otomatis kondisi Edrea juga ketahuan.

"Jason, papa lo nelpon nih angkat." Lempar Jonathan pada Jason.

Jason mendelik tak suka "dia kan juga papa situ! Yang dividio call siapa ya situ lah angkat!" Protes Jason pada Jonathan.

Jonathan berdecak kesal, mau tak mau dia harus mengangkat panggilan vidio call itu.

Vidio call terhubung, Jonathan mengarahkan wajahnya ketembok agar meminimalisir kecurigaan.

Ternyata yang muncul adalah ibunya, Tatiana sengaja memakai handphone suaminya karena handphonenya sedang di charger.

Tatiana menampilkan senyum merkannya "hei kamu lagi dimana ini?" Tanya Tatiana.

Kini Tatiana dan Jacob sudah beristirahat d hotel, terlihat Jacob yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya sambil bersandar ditempat tidur.

"Ehm.. Mungkin ruang bermain." Jawab Jonathan dengan canggung.

Tatiana memicingkan matanya menatap putranya itu dengan penuh kecurigaan.

"Kok kamu aneh, coba jawab jujur!"

Di waktu bersamaan Geraldo datang dengan membuka pintu ruangan dengan cukup keras.

"Besok jam 8 Edrea sudah bisa dipindahkan kerumah sakit keluarga kita." Ucapnya memberi tahu.

Jonathan sontak membulatkan matanya, hancur sudah aktingnya beberapa menit yang lalu.

Langsung saja Jonathan menghilangkan wajahnya dan hanya menampilkan tembok rumah sakit.

Tatiana juga tak kalah tertegunnya, pendengarannya sangat jelas.

"JONATHAN HEI!" Teriak Tatiana didalam panggilan Vidio Call.

Jacob juga mendengar dengan jelas, dia langsung menutup laptopnya dan mengambil alih handphonenya dari istrinya.

"Jonathan!"

Jonathan ketar ketir sendiri, dia bingung harus menjawab apa sekarang.

Geraldo langsung menatap ke arah Jonathan, dia tidak tahu bahwa keponakannya itu sedang melakukan Vidio call dengan kedua orang tuanya.

Jonathan melirik Geraldo, langsung saja dia menyerahkan Handphone itu kepada omnya "om aja yang jelasin." Pinta Jonathan.

Geraldo menghela nafas dalam, dia mulai mengangkat Handphone itu dan mengarahkan ke wajahnya.

"Ya?"

"Kenapa dengan Edrea?" Sentak Jacob kepada adik bungsunya itu.

"Edrea dia luka-luka" Jawab Geraldo.

Tatiana terkejut bukan main, padahal baru saja malam tadi dia asik chattingan dengan Edrea mengenai hadiah apa yang Edrea mau nanti akan dia bawakan.

Tatiana sudah menganggap Edrea anak sendiri, hanya Edrea yang mampu dia ajak seperti teman dan tidak kesepian, kalau kedua anaknya itu mana mungkin mau diajak ke salon dan cerita-cerita tentang skincare.

"Sialan lo Geraldo..gak becus." Maki Jacob didalam panggilan

"Besok gue pulang!" Final Jacob dan langsung mematikan panggilan vidio call.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!