Dari Hati Ke Hati

Setelah semua barang-barang selesai dibereskan, Asmara merasa ia sangat butuh mandi.

Revan keluar dari kamarnya dengan style casual, sambil memutar-mutar kunci gembok sepedanya.

"Ayah, Tante, aku mau jemput Kitty tapi habis itu kita mau pacaran di Cafe Teduh. Pulangnya agak malam." kata Revan meminta izin.

"Oke," desis Andra sambil menyesap teh hangat. Namun sangat terlihat kalau ia sedang menelisik Revan dengan seksama. Sementara Asmara sudah menyibukkan diri di balik dapur, sepertinya dia sedang membuat snack.

Revan memandang punggung mungil itu yang kepalanya menunduk, dan tangan kurusnya sigap mengulen adonan. Pemuda itu pun penasaran dan mendekat dengan cara menyangga dagunya di punggung Asmara. "Lagi ngapain sih Tante, sibuk banget?" bisik Revan.

"Eh? Loh? Kamu kok tiba-tiba di sini?!"

"Tadi aku minta izin buat jemput Kitty, Tante nggak dengar?"

"Nggak, hehe. Tante lagi mikir enaknya dimsumnya diisi ayam atau udang,"

"Waaah dimsum! Kalo gitu aku langsung balik aja ke sini nggak jadi pacaran," mata Revan berbinar.

"Jangan pacaran! Tante mau ke hotel habis Maghrib, nanti kalo Kitty pulang kemalaman kapan Tante istirahatnya?"

"Ke hotel? Bukannya Tante nginap di sini? Bik Puspa udah heboh itu beresin kamar tamu di atas! Udah sampai disiapin taburan mawar segala di bathtub!"

"Bisa terjadi fitnah tetangga kalau Tante sampai nginap di sini…" dengus Asmara.

"Fitnah yang sudah diprediksi banyak orang. Lagian biar hemat juga kali tante."

"Diprediksi banyak orang gimana?!"

"Revan," tangan dengan jemari panjang menggenggam erat bahu Revan lalu menariknya dengan sedikit memaksa, "Kamu bukannya mau jemput Kitty? Kok malah ngobrol Ngobrol sambil bisik-bisik di sini?!" suara Andra terdengar tegas dengan intonasi yang rendah.

Revan tahu persis apa yang terjadi, Ayahnya sudah termakan provokasi.

"Ngobrol sedikit masa nggak boleh Yah? Oke dah aku jalan dulu. Sekarang Tante Mara udah ada bodigat nya, hehehe," kekeh Revan.

Tak lupa pemuda itu mengerling ke arah Asmara.

Asmara hanya mencibir sambil mengibaskan tangan, menyuruhnya segera berangkat.

Maka Revan pun mengambil sepedanya, lalu mengayuhnya keluar pagar sambil tetap dengan seringai jahil di wajahnya, menatap ke arah Asmara.

"Ada-ada saja." gumam Asmara sambil mulai memblender daging.

Andra pun merasa 'dadanya terbakar'. Bukan rasa marah, tapi lebih ke kesal. Dan herannya ia merasa kesal malah ke Revan.

Sambil menyesap tehnya ia pun mulai memperhatikan Asmara. Punggung mungil wanita itu, dengan bagian bahu yang kurus. Namun lekuk pinggul dan pinggangnya sangat kontras. Dan wanita ini memiliki bokong yang indah.

Bagaimana bisa Adit lebih memilih berkhianat dengan Mutia waktu itu?! Ia secara logika sudah memiliki sesosok Dewi di rumahnya. Pintar masak dan wanita karier pula!

Andra bukan tipe yang ingin tahu kehidupan seseorang, kecuali berkaitan dengan bisnis. Kalau masalah pribadi semacam ini, di waktu normal, biasanya ia menganggap kalau pertanyaan yang menyerang personal tak pantas diutarakan secara gamblang.

Tapi untuk saat ini, ia sangat ingin tahu.

"Bu-"

"Pak Andra, saya boleh bertanya?" tiba-tiba Asmara balik badan menghadap Andra. Membuat Andra kembali menutup bibirnya, tak jadi bertanya.

Melihat kerut di dahi Asmara, Andra merasa kalau pertanyaan yang akan terujar berikutnya adalah hal penting. "Ya?"

"Agak pribadi, boleh?"

"Hm… hanya ke ibu saja ya. Dan tolong saya jangan di-"

"Apa sih alasan Mutia berselingkuh? Dia bilang ke Pak Andra, tidak?" pertanyaan yang bernada terburu-buru, lebih ke emosional.

"Hm.. Tentu bilang. Lebih ke sikap saya yang pendiam dan mudah ditebak."

Asmara ternganga.

"Pendiam dan mudah ditebak?!" ulang wanita itu.

"Juga… Kurang inisiatif, tidak romantis, dan… Ya hal-hal seperti itu."

"Loh?"

"Loh? Apa?"

"Sama dengan saya alasannya." kata Asmara.

"Serius Bu?"

Asmara pun mengangguk. "Katanya saya terlalu…menurut."

Andra pun terdiam. Ia merasa hal ini menarik. Ia diam karena ingin Asmara melanjutkan kalimatnya.

"Saya lakukan apapun yang ia minta sebisa saya, tanpa protes. Kalau saya tidak bisa, saya akan mengusahakan supaya agak mirip. Wujud ini adalah hasil representasi keinginan Adit. Saya juga menghilangkan sifat jutek saya menjadi lebih sabar karena permintaannya. Ternyata semua sia-sia!"

"Hm…" gumam Andra sambil menyesap tehnya.

"Saya ini gampang marah, ia minta saya lebih ramah. Saya turuti. Dia minta tutur kata saya lebih lembut, saya turuti. Ia minta saya mengecat rambut jadi coklat dan full make up walaupun di rumah, saya turuti, padahal saya kurang suka mengenakan make up. Kalau urusan ranjang dia minta saya tidak banyak tingkah, saya turuti."

Pernyataan ini membuat alis Andra terangkat. Asmara yang asli ternyata cenderung blak-blakan dan meledak-ledak. Benar-benar krisis identitas. Ini adalah Kitty versi dewasa.

"Tapi nyatanya dia berselingkuh dengan wanita yang genit, kalau ketawa terbahak-bahak, kalau bicara nggak pakai adab,kerjanya nyinyir, dan gayanya petakilan kalau lagi adegan!!" Asmara menyahut dengan suara tinggi. Penuh emosi.

Membuat Andra menyeringai.

"Mohon maaf ya Pak saya menghina mantan Istri Pak Andra, tapi saya berhak dong maki-maki begini setelah sekian lama diatur tanpa tujuan!?" kata Asmara sambil mengatur nafasnya.

"Iya," Andra sedikit terkekeh mendengar Asmara.

"Hanya 'iya'?" tuntut Asmara.

"Iya, saya mengerti." seringai Andra semakin melebar. "Dan saya mengakui kalau Mutia memang begitu. Ia memang menyukai sesuatu yang cenderung ekstrim dan lebih menantang,"

"Eks…trim?!"

"Dia suka mencoba gaya-gaya aneh. Tapi tidak semuanya saya lakukan kalau sudah tidak masuk akal. Seperti… Lewat belakang atau pakai setrum."

"Setrum?"

"Iya semacam alat kejut yang membuat sensasi berbeda,"

"Hah?!"

"Kaget? Wajar. Mungkin Adit menyukai yang seperti itu, jadi saat berhadapan dengan Bu Asmara, dia sudah terlalu capek meladeni Mutia, di lain pihak kalau tak dia lakukan malah membuat Bu Asmara curiga. Jadi ibu disuruhnya bergaya monoton saja."

"Aaah… Bisa jadi. Kalau begitu benang merahnya sudah terjalin. Saya pikir setiap hari itu dia pulang dengan kondisi capek, bagaikan habis lari marathon 10km, itu karena pekerjaannya."

"Mana ada akunting yang melakukan pekerjaan fisik? Dikejar deadline juga nggak sampai lari-lari." sanggah Andra.

"Apa yang ada di diri Mutia, tapi tidak ada di saya selain dia suka bertingkah seperti pela…begitulah. Pak Andra tahu kata-kata selanjutnya."

"Dan apa yang ada di diri Adit tapi tidak saya miliki, hal itu malas saya tanyakan karena saya tidak pantas dibanding-bandingkan. Bagaimanapun wujud kita, mau sebaik apapun,selingkuh itu adalah penyakit yang belum ada obatnya."

Dan Asmara pun bungkam. Otaknya mencerna kalimat Andra. Seperti dirinya, sebenarnya Andra cukup marah. Tapi masih bisa berpikir secara logika.

Dan yang seperti ini membuat Asmara mengangguk, karena merasa Andra benar.

"Ya tapi saya tetap sakit hati." tambah Andra.

"Maafkan saya." gumam Asmara.

"Maafkan saya juga, kalau bersikap agak judes."

Lalu mereka berdua terdiam.

"Pak Andra berencana menikah lagi?" tanya Asmara.

"Kita berdua tahu, mungkin akan lama waktunya sampai kita bisa percaya lagi dengan seseorang." kata Andra sambil memandang ke arah depan. Pemandangan di depannya adalah sekumpulan pekerja bangunan sedang menurunkan genting dari truk dan beberapa lainnya sedang memperbaiki struktur atap.

"Fokus kita sekarang adalah anak-anak kita." kata Andra lagi. "Dan yang saya mau tanyakan," ia menoleh ke arah Asmara.

Wanita itu memiringkan kepalanya, "Ya?"

"Bu Asmara menganggap Revan sebagai apa?" tanya Andra.

Asmara mengambil nafas panjang, "Revan bilang dia butuh sosok ibu, dan akan menganggap saya adalah pengganti ibunya, sampai Pak Andra menikah lagi."

"Pengganti ibu?"

"Iya."

"Yakin?"

"Memang apa yang terbesit di pikiran Pak Andra yang cenderung mesum ini?"

"Saya nggak mesum, atau kita harus perpanjang masalah ini?"

"Diperpendek saja, kita berdua banyak urusan."

"Jangan mengungkit-ungkit lagi masalah saya tidak sengaja melihat Bu Asmara Telan jang, atau saya akan benar-benar-"

Andra terdiam sebentar. Tiba-tiba otaknya terasa kosong.

'Akan benar-benar' apa?

Tiba-tiba semua buyar.

"Akan apa Pak?" tanya Asmara.

"Tanda hati di paha ibu itu asli?"

"Astaga!!" Asmara melempar kain lap ke arah Andra. "Sempat-sempatnya melihat itu?!"

Andra menangkis kain lap sambil merapatkan bibirnya, ia menatap Asmara dengan menyesal. "Karena unik."

"Ya karena itu saya dinamai Asmara." jelas Asmara.

"Itu jadi tanda lahir toh?"

"Iya. Itu tanda lahir. Memang unik, tapi letaknya sangat tersembunyi. Hanya orang tua dan suami saya… Ehm, mantan suami saya yang tahu."

"Sekarang saya tahu,"

"Ya terus mau apa?"

"Kalau Bu Asmara terus menerus membahas soal ketidaksengajaan saya, saya akan membalas dengan topik tanda lahir itu. Bagaimana?"

"Arrgh… Baiklah baiklah! Sepakat." desis Asmara.

"Dan…Saya sepertinya harus menikah sebelum tahun depan." kata Andra lagi.

"Oh ya? Kenapa?"

"Pak Waru ingin saya mengadopsi adik Revan. Kalau saya belum menikah akan sulit prosesnya."

"Jadi… Hanya karena hal itu?"

"Ini penting, bukan sekedar 'hanya'."

"Benar sih, tapi makna pernikahan jadi tidak murni."

"Terlebih, semua wanita di sekitar saya rasanya terkesan seperti Mutia. Saya jadi eneg."

"Kecuali saya, kan?!"

"Tentu saja kecuali Bu Asmara. Kita adalah korban yang saling terkait."

"Jadi bisa dibilang satu-satunya wanita yang bisa menikah dengan Pak Andra ya adalah saya. Benar?"

"Heh… Benar juga."

Lalu mereka berdua terdiam.

Setelah beberapa saat,

"Kita pikirkan dengan lebih seksama dulu ya." sahut mereka hampir berbarengan.

Terpopuler

Comments

Jjlynn Tudin

Jjlynn Tudin

bahas soal rajang balak blakan whuuu

2024-05-11

1

Hesti Ariani

Hesti Ariani

emang udah nyambunh...dah resmikan aja

2024-05-19

0

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ❥︎•͜͡࿐

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ❥︎•͜͡࿐

wkwkwkwk bu asma ayo nikah aja ma pak andra, dia konglomerat

2024-04-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!