Meraih hatimu

Di saat Amelia tertidur, Maxim mengurus kedua putrinya. Hal yang menjadi rutinitas Amelia selama ini. Kedua putrinya sudah bangun dan masih bermalas-malasan di tempat tidur. Maxim tersenyum bahagia melihat kedua putrinya yang unik menurutnya. Hingga saat ini Maxim masih kesulitan untuk membedakan keduanya.

"Ayo, Twinie waktunya bangun!" Ucap Maxim sambil mengusap kepala keduanya bergantian.

"Daddy... mana Mom?" Seperti biasa Britney anak yang paling sensitif merasa aneh saat Daddy mereka yang datang.

"Mommy sedang tidak enak badan dan istirahat di kamar. Hari ini Daddy yang akan menemani kalian. Sebagai ganti janji Daddy yang batal menjemput kalian tadi malam." Jawab Maxim.

"Aku mau lihat Mommy. Kasihan Mom, tadi malam Mommy juga sendirian. Daddy pergi dengan Aunty jelek itu. Aku tidak suka sama Aunty itu. Aku juga nggak suka Daddy." Protes Britney membuat Maxim terperangah.

Maxim tidak menyangka jika putrinya sensitif seperti ini menyangkut Mommynya. Sepertinya Maxim tidak bisa menganggap sepele kedua putrinya. Mereka terlalu peka untuk bocah empat tahun.

"Sorry... Daddy minta maaf. Tapi Daddy tadi malam bekerja dengan Aunty itu. Jadi Daddy terpaksa harus berada dekat dengannya." Maxim berusaha menjelaskan dengan kata yang mudah untuk keduanya cerna.

"Orang ke pesta untuk berpesta Daddy, bukan bekerja. Lain kali kami tidak ikut ke pesta. Daddy pergi sendiri saja bekerja atau ke pesta. Kami akan temani Mommy saja." Sidney ikut protes mendengar alasan Maxim yang tidak masuk akal. Dalam pikiran sederhana mereka pesta ya pesta, dan bekerja itu di kantor.

"Ya... Daddy salah, maafkan Dad. Lain kali Daddy akan menemani kalian dan Mom. Please...!" Maxim memohon dengan wajah penuh penyesalan.

"Ok... " Jawab keduanya nyaris bersamaan."Asalkan Daddy tidak membuat Mommy sedih. Atau kami pulang saja ke rumah Nek Ida." Ancam Sidney.

" Daddy janji." Jawab Maxim tersenyum kecut. "Kalau begitu kalian mandi, terus kita sarapan. Hari ini Daddy free dan akan bersama kalian seharian. Habis sarapan pikirkan apa yang akan kita lakukan seharian ini. Ok...?" Ucap Maxim sambil membantu keduanya untuk bangkit.

"Hore... hore...Ok..!!" Keduanya bersorak gembira mendengar Daddy mereka libur bekerja.

Hal langka yang jarang terjadi. Baik Britney maupun Sidney bersiap untuk mandi sementara Maxim menyiapkan pakaian kedua putrinya. Kedua putrinya sangat mandiri, mereka mandi tanpa bantuan lagi. Maxim tinggal menunggu mereka di ranjang sambil mengamati buku-buku dan mainan mereka yang tertata rapi.

Amelia selalu mengajarkan mereka untuk merapikan mainan dan peralatan mereka sebelum tidur. Sejak kecil Amelia telah mendidik mereka untuk bertanggung jawab dan disiplin. Sungguh ibu yang luar biasa. Maxim merasa sangat bangga pada istrinya itu. Tiba-tiba saja Maxim merindukan Amelia.

🍂🍂🍂

Setelah sarapan dengan kedua putrinya Maxim kembali ke kamar dengan membawa nampan berisikan sarapan dan segelas susu hangat untuk Amelia. Sementara kedua putrinya pergi ke kamar mereka dengan seorang pelayan yang masih muda, untuk membantu membuatkan list aktivitas mereka hari ini.

Amelia masih terlelap dalam selimut. Maxim ikut masuk ke dalam selimut setelah menaruh nampan di meja sofa kamar mereka. Dengan hati-hati Maxim memeluk Amelia dari belakang. Melingkarkan lengannya di perut rata Amelia. Maxim merasa tersengat saat merasakan kulit halus Amelia yang terbuka karena piyama Amelia telah Maxim robek tadi.

Sesaat Maxim memejamkan matanya menahan hasrat yang memenuhi raganya. Tanpa mampu mengendalikan diri Maxim mengusap perut Amelia ke atas dan ke bawah. Hingga tangannya merasakan keloid tipis memanjang di bawah pusat Amelia. Tentu saja Maxim tahu itu bekas luka apa.

Sontak Maxim membuka selimut untuk melihat bekas luka itu dengan jelas. Terdapat luka memanjang sekitar sepuluh senti tepat di bawah pusat Amelia. Maxim baru mengetahui jika si kembar lahir dengan proses operasi SC. Maxim menyadari banyak kesalahannya. Ternyata banyak hal yang belum Maxim ketahui tentang hidup kedua putri dan ibunya ini.

Maxim mengikat Amelia dalam pernikahan tetapi dia tidak pernah mencoba untuk mengikis jarak di antara mereka. Maxim lebih memilih untuk menghindar agar Amelia nyaman tapi itu semakin menciptakan jarak pada mereka.

Maxim mengusap bekas luka itu dengan lembut. Tapi itu malah menciptakan sensasi lain pada tubuh Amelia. Amelia terlihat gelisah dan sedikit melenguh di ambang kesadarannya. Sesaat kemudian mata cantik itu terbuka. Amelia yang masih mengumpulkan kesadarannya belum menyadari Maxim yang mengusap lembut perut bawahnya.

"Max...! Apa yang kamu lakukan." Pekik Amelia dengan suara parau khas bangun tidur. Amelia merasakan tubuhnya meremang karena ulah Maxim. Sontak Amelia menarik tangan Maxim untuk menghentikan tindakannya.

"Jangan takut, aku hanya melihat bekas jalan lahir putri- putriku. Apa ini sakit?" Tanya Maxim kembali mengusap.

"Ti...tidak lagi." Jawab Amelia datar sambil menutupi perutnya dengan kedua tangannya. Amelia merasa malu meski Maxim suaminya karena Ini kali pertama Amelia tanpa pakaian di hadapan Maxim setelah sekian lama.

Maxim yang mengerti ketidaknyamanan Amelia, meraih bathroove bekasnya yang ada di pinggir ranjang. Kemudian menyerahkannya pada Amelia.

"Bangunlah! minum dulu susu ini, setelah itu mandi. Anak-anak sedang bersiap untuk berpetualang dengan kita hari ini." Maxim menyerahkan susu hangat pada Amelia.

Amelia menerima tanpa protes dan menghabiskan susu itu dengan beberapa tegukan. Maxim masih setia menunggu di pinggir ranjang. Setelah selesai Maxim meraih gelas kosong di tangan Amelia dan meletakkannya kembali ke nakas.

Amelia bangkit sambil mengenakan kimono handuk itu. Saat Amelia hendak melangkah ke kamar mandi tiba-tiba Maxim meraih pinggang Amelia dan memeluknya erat. Amelia yang masih terkejut dan bingung, terdiam beberapa saat.

" Maafkan aku, Amel. Aku tahu banyak kesalahan yang aku lakukan padamu, tapi aku sungguh menyesali semuanya. Beri kesempatan untuk hubungan ini. Aku yakin kita pasti bisa bahagia." Ucap Maxim lirih.

Menyadari kebisuan Amelia Maxim mendongak menatap wajah istrinya. Amelia hanya menatap Maxim tanpa beraksi karena bingung harus menjawab apa.

"Aku mandi dulu." Akhirnya hanya itu yang Amelia keluar dari mulutnya. Maxim menghela napas. Dia tahu Amelia masih butuh diyakinkan lagi.

"Mandilah, aku tunggu." Jawab Maxim lemah dan kemudian melepaskan Amelia.

Amelia bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sesampainya di kamar mandi Amelia tersandar di pintu yang baru saja dia tutup. Jantungnya berdebar saat Maxim mengusap perutnya. Ditambah lagi sikap pria itu berubah pagi ini. Tidak bisa dipungkiri Maxim membuat tubuh Amelia gelisah aneh pagi ini. Tiba-tiba Amelia menginginkan sesuatu yang lebih.

Amelia bergegas Mandi, otaknya butuh didinginkan agar tidak berpikir aneh-aneh. Bisa-bisanya Amelia berpikir yang iya-iya sementara bayangan ciuman panas pria itu dengan wanita lain masih jelas di pelupuk matanya.

Amelia membasahi kepalanya di bawah shower. Mengikis bayangan Marinda yang seperti mengejeknya. Sekilas Amelia mengingat ucapan Rose tadi malam. Marinda mungkin menginginkan Maxim tapi bagaimana dengan anak-anaknya. Amelia mungkin bisa hidup tanpa Maxim tapi kedua putrinya akan terluka jika kehilangan ayah mereka.

Rose benar, setidaknya Amelia harus bertindak selayaknya seorang ibu yang melindungi ayah mereka dari wanita ular itu. Marinda tidak akan puas sebelum melihatnya menderita dan Amelia takut jika penderitaannya melalui putri-putrinya. Amelia tidak akan membiarkan itu terjadi.

Amelia menyudahi mandinya dan kembali mengenakan kimono mandinya, kemudian bergegas keluar dari kamar mandi. Seperti ucapannya tadi Maxim masih menunggu di tempatnya semula. Amelia segera masuk ke dalam ruang pakaian untuk berpakaian.

Amelia keluar dengan mengenakan kaos oblong longgar berwarna putih dengan jeans sepaha berwarna merah marun. Terlihat santai dan segar, sangat cocok dengan tubuh mungilnya. Bagi Maxim terlihat seksi dan Amelia berlipat-lipat lebih cantik.

"Kemari...!" Maxim sekarang duduk di sofa dengan hidangan di depannya." Kamu sudah telat sarapan, makanlah yang banyak. Tubuhmu sangat kurus." Maxim menepuk sofa sebelahnya agar Amelia duduk di sisinya.

"Aku tidak kurus, ini langsing. Di luar sana banyak wanita yang menginginkan tubuh sepertiku." Jawab Amelia yang tidak suka dibilang kurus.

"Aku suka kamu sedikit berisi, padat dan gemoy. Pasti lebih empuk dan menggemaskan." Maxim sengaja menggoda Amelia.

"Yang ada kamu mencari wanita lain yang langsing dan seksi di luar sana." Ucap Amelia sinis, sedangkan Maxim malah terkekeh lucu melihat wajah garang Amelia.

"Makanlah, jangan sampai aku memakan kamu duluan saking gemasnya." Ucap Maxim yang meninggalkan kecupan di pipi Amelia." Aku mau lihat anak-anak, habiskan makanannya." Maxim meninggalkan Amelia sendirian. Maxim harus menghindar sementara untuk menguasai hasrat gilanya yang selalu naik saat bersama Amelia.

Apalagi penampilan Amelia yang seperti masih dua puluh tahun di usianya yang menginjak tiga puluh lima tahun. Maxim benar-benar dibuat gila tanpa Amelia melakukan apa-apa.

Sementara Amelia tanpa sadar tersenyum sendiri setelah Maxim menghilang.

"Singa itu terlihat seperti kucing anggora."

🍂🍂🍂🍂🍂

Happy Reading ♥

Terpopuler

Comments

Zainab Ddi

Zainab Ddi

demi anak mu amel

2024-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!