Acara terus berlanjut. Marinda masih mengawasi kedua pengantin itu dari jauh. Dia sedang mencari kesempatan untuk memprovokasi keduanya. Marinda merasa tidak suka saat Maxim menikahi Amelia. Dia merasa Max hanya sengaja membuatnya cemburu.
Berkali-kali Marinda menolak Maxim sejak masa kuliah hingga enam tahun lalu, tepatnya saat Maxim di Singapura waktu itu. Tapi Maxim tidak pernah menyerah. Namun tiba-tiba saja Maxim berhenti mengusiknya sejak satu tahun kemudian. Berita yang Marinda dengar Maxim pun berhenti ke Club atau semacamnya.
Sejak itu Marinda malah merasa kehilangan pria yang selalu ada untuknya. Maxim susah dihubungi dan tidak bisa ditemui. Hingga Aryo mengatakan kalau Maxim patah hati karena seorang wanita yang tengah hamil anaknya menghilang. Marinda tidak menyangka jika wanita itu adalah Amelia.
Marinda tidak terima Amelia merasa menang darinya. Marinda sangat membenci Amelia sama halnya dia membenci Mama Amelia. Baginya wanita itu hanya perebut Papanya dari Mamanya. Marinda yakin jika Maxim masih mencintainya. Dia tidak akan membiarkan anak wanita yang membuat Mamanya menderita itu bahagia.
Waktu yang Marinda tunggu akhirnya tiba. Maxim meninggalkan Amelia di pelaminan sendirian dan pergi entah kemana. Marinda langsung mendekat dan duduk di samping Amelia membuat Amelia sedikit kaget.
"Apa yang kamu lakukan disini, pergilah sebelum suamiku datang dan mengusir mu." Ucap Amelia sinis.
"Jangan terlalu sombong, Amelia. Maxim itu mencintai aku sejak masih berusia dua puluh tahun. Dia tidak akan mudah melupakan aku. Menikahi mu hanya karena dia tidak ingin kehilangan kedua anaknya saja. Sementara kamu, hah... hanya dijadikan penghangat ranjang gratisan. Kamu tahu, kan? Max itu pemain wanita." Marinda tersenyum puas melihat wajah kecut Amelia.
"Aku tidak peduli, aku juga tidak menyukai nya. Jika dia menjadikan aku pemuasnya aku akan menjadikan ATM hidupku. Tidak rugi juga bukan?" Amelia membalas ucapan Marinda.
"Kalian ibu dan anak sama saja. Yang satu pelakor yang satu matre. Sungguh manusia- manusia binal." Hina Marinda.
"Tidak masalah , yang penting aku tidak menganggu milikmu. Tapi kalau kamu mau ambil saja, siapa tahu Maxim masih bersedia menerima kamu." Amelia tersenyum mengejek.
"Dasar j*****, kamu merasa menang hanya karena berhasil menjerat Max dengan putri kembar mu itu. Kita lihat saja seberapa berharganya dirimu baginya." Marinda pergi dengan kesal. Niatnya ingin memprovokasi Amelia malah dirinya yang merasa panas.
Tidak lama kemudian Maxim datang menghampiri Amelia. Tadi dia terpaksa meninggalkan Amelia untuk menemui seorang teman lamanya. Maxim merasa kasihan jika membawa Amelia yang terlihat pucat karena kelelahan. Saat matanya menangkap Marinda duduk bersebelahan dengan Amelia, Maxim bergegas kembali ke pelaminan.
"Apa yang Marinda katakan? Apa dia menyakiti kamu?" Tanya Maxim langsung sesampainya di samping Amelia.
"Tidak ada, dia hanya memberitahu aku jika kamu adalah miliknya. Sementara aku hanya wanita ranjang mu saja." Jawab Amelia santai.
"Tidak usah terpengaruh pada omongannya. Semua hanya omong kosongnya saja." Tiba-tiba Maxim merasa cemas jika Amelia terpengaruh oleh ucapan Marinda.
"Aku tidak peduli apapun statusku. Bagiku sama saja. Istri, simpanan, atau wanita ranjang, pemuas atau apapun itu, toh semua juga berakhir di ranjang, bukankah begitu Tuan Maxim." Amelia tersenyum miring kepada Maxim.
"Kau benar, jadi bersiap-siaplah. Tugasmu dimulai malam ini." Bisik Maxim yang kesal melihat Amelia tidak juga bisa menerimanya.
Bukan ini yang dia mau. Maxim ingin Amelia menerima pernikahan ini untuk dirinya sendiri. Maxim ingin Amelia melihat ketulusannya. Tapi sepertinya Maxim harus bersabar. Nyatanya Amelia masih membencinya meskipun telah berstatus istrinya.
Sementara Amelia yang mendengar pengakuan Maxim merasa sedikit bergetar. Bayangan kelam masa lalu mulai mengusiknya. Sesaat tubuh Amelia bergetar dan kepalanya terasa semakin pusing. Ada ketakutan dalam hatinya untuk melewati malam ini. Maxim yang kasar dan beringas di ranjang membuat Amelia ngeri sendiri.
"Anda ingin minum, Nyonya?" Salah seorang pelayan membawa nampan berisikan beberapa gelas minuman.
Amelia langsung menyambarnya karena memang butuhkan nya untuk mendinginkan kepalanya. Tanpa berpikir lagi Amelia langsung meminumnya hingga tandas. Semua yang Amelia lakukan menarik perhatian Maxim yang mengernyit keningnya.
"Kamu pucat, apa kamu baik baik saja?" Maxim khawatir Amelia semakin pucat dan sedikit bergetar. Maxim langsung menyambar tangan Amelia yang terlihat tremor.
"Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah." Jawab Amelia.
"Ayo istirahat, acaranya sebentar lagi juga berakhir. Tamu yang tersisa juga tidak banyak lagi." Ajak Maxim yang mulai khawatir.
"Kamu disini saja hingga selesai, biar aku diantar pelayan saja." Amelia belum siap untuk berada satu ruangan dengan Maxim. Dia butuh sedikit waktu untuk menenangkan diri.
"Baiklah, aku panggilkan pelayan." Maxim memanggil pelayan dengan kode tangannya dan menyuruhnya untuk mengantarkan Amelia ke kamar pengantin.
🍂🍂🍂
Amelia kini berada di sebuah kamar mewah yang cukup luas. Kamar yang berbeda dengan kamar yang dia tempati tadi malam. Kamar ini telah didekorasi dengan berbagai macam hiasan bak kamar pengantin. Berbagai jenis bunga menghiasi setiap sudutnya. Hingga kamar mandinya pun bertaburan kelopak mawar merah.
Amelia termangu sejenak, memikirkan apa yang terjadi setelah ini. Dadanya berdegup kencang mengingat malam ini adalah malam pertama pernikahan mereka. Maxim tidak akan melepaskannya mulai saat ini. Amelia merinding sendiri mengingat kembali masa masa menjadi wanita pelampiasan hasrat Maxim dulu.
Flashback on
Amelia baru saja kembali dari bekerja. Tubuhnya sangat lelah karena bos kejamnya tidak memberinya waktu untuk beristirahat sebentar pun. Sejak pagi waktu Amelia diisi banyak tugas. Semua urusan pribadi bosnya hingga keperluannya di kantor. Mengatur jadwal serta menyiapkan materi rapat. Hingga berakhir mengikuti bos arogan itu meeting di berbagai lokasi. Semua kegiatan itu baru saja selesai menjelang tengah malam.
Amelia bergegas mencuci wajahnya saja tanpa berniat untuk mandi. Tubuhnya lelah dan ingin segera tidur dan meregangkan otot-otot nya. Sejenak Amelia melirik jam weker dekat meja kamarnya yang ternyata sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Amelia bergegas merebahkan tubuhnya menjemput mimpi.
Baru beberapa lama tertidur ponselnya berbunyi tiada henti. Amelia mengutuk Maxim yang tidak memperbolehkan nya mematikan ponsel saat istirahat di Apartemen nya. Sesaat Amelia melihat jam yang menunjukan pukul dua dini hari. Tapi ponselnya berbunyi kembali. Dengan malas Amelia meraih ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya malam-malam begini.
Betapa kesalnya Amelia karena nomor bosnya yang menelponnya berkali-kali. Tapi saat mengangkat panggilan ternyata bukan Maxim yang bicara melainkan seorang Bartender sebuah Night Club. Bartender itu meminta menjemput Maxim yang tidak sadarkan diri karena mabuk.
Dengan berat hati Amelia pergi dengan mengenakan piyama tidurnya yang dilapisi dengan jaket. Saat sampai di Club Amelia dibantu beberapa karyawan Club membawa Maxim ke mobilnya. Dengan segera Amelia membawa Maxim ke Apartemen karena dia sendiri sangat mengantuk.
Saat di Apartemen Amelia juga dibantu seorang security untuk membawa Maxim ke unit miliknya hingga ke kamar. Setelah security itu pergi Amelia membuka sepatu dan jas yang Maxim kenakan. Maxim terbangun dan meracau tidak jelas.
Saat Amelia mematikan lampu dan menghidupkan lampu tidur dekat nakas Maxim menariknya kasar. Dengan sekali sentakan Amelia yang tak siap terpental ke ranjang dan Maxim langsung menindihnya.
"Dasar j***** , kamu lebih suka dengan suami orang daripada aku yang mengemis cintamu dari dulu. Apa kurangnya aku, aku kaya, dan lebih tampan dari mereka. Dasar wanita murahan, bisa-bisa nya kamu bercumbu dengan pria itu di depanku."
"Pak, aku Amelia. Sadarlah, Pak. Jangan seperti ini, anda mabuk, Pak." Amelia berusaha melepaskan diri tapi Maxim semakin menguncinya.
"Malam ini kamu milikku Marinda. Aku akan memuaskan mu, ayo kita habiskan malam ini." Maxim langsung memagut bibir Amelia dengan kasar sambil menarik piyama Amelia hingga robek.
Tanpa memberikan kesempatan Amelia untuk lolos Maxim memaksa Amelia untuk tetap berada di bawah kekuasaannya. Hingga Amelia kehilangan tenaga dan Maxim berhasil memasuki nya tanpa pemanasan. Rasa nyeri dan perih yang tidak tertahankan membuat Amelia terus berontak minta dilepaskan.
Hal itu membuat Maxim murka dan malah memukul Amelia agar diam. Rambut Amelia pun tidak luput dari sasaran Maxim. Sambil terus menghujam Amelia dengan kasar tangan Maxim juga tidak hentinya menyakiti tubuh lemah Amelia. Semua itu terus berlanjut hingga beberapa kali penyatuan. Amelia sudah tidak tahu berapa kali tepatnya karena Amelia sudah tidak sadarkan diri. Tubuhnya sudah tidak sanggup menahan siksaan Maxim baik fisik maupun sexual .
Sejak malam itu Maxim seperti kecanduan tubuh Amelia. Dia terus memaksa Amelia di setiap ada kesempatan. Meskipun tidak lagi sekasar awalnya, tapi tetap saja Amelia merasakan sakit. Bahkan organ intimnya terasa perih karena sobekan. Mental Amelia kian hari makin rusak olehnya. Amelia sering tremor dan pusing saat berdekatan dengan pria dewasa.
Ada rasa takut berlebihan jika berada satu ruangan dengan pria. Itulah sebabnya Amelia tidak pernah berniat untuk menikah meski berkali-kali beberapa pria melamarnya bahkan pemilik Cafe tempat Amelia bekerja di Nusa Penida.
Flashback off
Suara pintu terbuka menyadarkan Amelia dari kenangan buruknya. Maxim masuk dengan Tuxedo yang telah terlepas dan terlampir di pundaknya. Dengan mata yang terus memandang Amelia Maxim melepaskan dasi kupu-kupu yang dia kenakan.
Gerakan yang biasa itu bagi Amelia seperti memutar kaset rusak yang terekam di kepalanya beberapa tahun silam. Apalagi langkah Maxim yang kian mendekat padanya membuat napas Amelia semakin terasa sesak. Kepalanya terasa berputar dan tubuhnya kian ringan. Hingga pandangannya menggelap seiring kesadarannya yang menipis. Hingga teriakan Maxim terdengar diambang kesadarannya.
"Amel...
🍂🍂🍂🍂🍂
Happy Reading ♥
Jangan lupa vote ♥Comment♥like♥
Jika menyukai karya saya ♥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Zainab Ddi
Amelia trauma 😭😭😭
2024-03-02
1
N Wage
amelia merasakan apa yg diderita cahaya😞
2024-02-11
0