Dua pilihan

"Aku mohon, aku hanya punya mereka biarkan aku memiliki mereka. Please, Tuan! Jangan terlalu kejam, anggap saja mereka adalah bayaran atas perlakuan buruk anda selama menjadi asisten anda. Aku mohon...!!"

Tidak ada cara lain selain memohon pada Maxim. Amelia memilih untuk merendahkan diri demi kedua putri kembarnya. Cukup sudah dia kehilangan Farel dan tidak untuk Sidney dan Britney. Amelia tidak sanggup.

Tapi Amelia cukup mengenal Maximus Bryan, pria kejam dan arogan , memiliki banyak uang dan kekuasaan . Hanya menjentikkan jarinya maka akan datang orang-orang yang rela mati untuknya. Bagi Maxim Amelia hanya debu yang hilang dengan meniupkan saja.

" Aku sudah membayar mu lebih dari cukup saat bekerja denganku, Amel... " Maxim melangkah mendekat ke arah Amelia. " Aku juga memberikan Black Card ku padamu sebagai bayaran tubuhmu ini, bukan? " Ucap Maxim dengan seringai liciknya.

"Tapi aku tidak pernah memakainya dan aku meninggalkan kartu itu di meja kamarmu." Suara Amelia meninggi, tidak terima ucapan Maxim. Harga dirinya seakan baru saja di hargai dengan sebuah kartu.

"Salah kamu sendiri, kenapa tidak memanfaatkannya. Padahal dengan kartu itu kamu bisa membuat lima restoran besar. Tapi sayangnya kamu lebih memilih untuk bekerja di Cafe kecil." Cemooh Maxim.

"Bahkan aku lebih memilih menjadi pelayan restoran dari pada memakai uangmu setelah kamu memporak-porandakan harga diriku." Amelia gemetar menahan emosinya.

"Terserah apa katamu, yang pasti aku menginginkan milikku kembali padaku. Sidney dan Britney... beautiful name. Dan Terima kasih telah menyelipkan namaku di belakang nama mereka. Bryan... setidaknya kamu mengakui mereka adalah milikku." Maxim berjalan lambat mengelilingi tubuh Amelia dengan tatapan yang sulit untuk Amelia pahami. Sementara Amelia terperanjat mengetahui Maxim tahu segalanya tentang kedua anaknya

Dan tanpa Amelia ketahui tatapan itu berubah sendu saat Maxim berada tepat di belakang Amelia. Pria itu menyembunyikan rasa hatinya. Maxim bisa melihat tatapan kebencian di mata Amelia. Dan hanya satu cara untuk bisa menaklukkan singa betina ini, yaitu kedua putri mereka. Itulah kelemahan.

"Aku punya penawaran untuk mu, Amel . Menikahlah dengan ku, atau kembalilah bekerja seperti dulu dan menjadi simpanan ku. Pilih salah satu, maka Sidney dan Britney akan selalu bersamamu."

Maxim berada tepat di depan Amelia. Menatap dalam wanita yang telah melahirkan putri kembar untuknya. Sambil menelisik reaksi yang Amelia tampilkan untuk menanggapi tawarannya. Dan sesuai prediksi, wajah Amelia memerah menahan amarah yang membuncah.

"Kamu gila, tawaran macam apa itu. Aku tidak sudi menikah denganmu, apalagi menjadi budak s*x mu." Pekik Amelia tertahan untuk tidak memancing kedua anaknya untuk datang mendekat.

"Terserah semua pilihan ada padamu. Aku hanya ingin memberimu satu kesempatan. Bagaimana pun aku masih memikirkan jasamu yang telah bersusah payah menjaga kedua putriku. Aku tidak ingin terlihat tidak punya hati." Maxim tersenyum puas melihat tatapan tak berdaya di mata Amelia.

"Kamu memang tidak punya hati, Tuan Maxim. Kau kejam...!" Amelia tidak lagi bisa bicara, dadanya sesak dan air matanya mulai mendesak keluar. Tapi Amelia bertahan, tidak ingin terlihat lemah dan membuat Maxim merasa menang terlalu cepat.

"Iya... kamu benar, tapi aku tidak mungkin kejam pada kedua putriku, Amel. Lihatlah... putri seorang Maximus Bryan pemilik perusahaan besar se Asia Tenggara tinggal di rumah kayu seperti ini. Ini tidak bagus, Amel! Kamulah yang kejam jika tetap bersikeras. Mereka layak menikmati kekayaan Daddy mereka." Maxim menyerang mental Amelia . Membuat wanita ini merasa bersalah dan akhirnya mengalah.

"Mereka baik baik saja, Tuan. Aku tidak akan pernah membuat mereka kekurangan. Bahkan aku rela bekerja siang dan malam untuk mereka." Ucap Amelia tidak terima.

"Tapi itu tidak cukup, kamu meninggalkan mereka untuk bisa bekerja. Membiarkan nenek tua itu menjaga mereka. Seharusnya mereka dititip di Day care atau belajar di yayasan pendidikan pra sekolah. Agar mereka belajar banyak hal bukan hanya bermain." Maxim benar, Amelia tahu itu.

Tapi pulau kecil ini tidak memiliki fasilitas seperti itu. Walaupun ada hanya sekolah taman kanak-kanak. Itupun hanya dua sampai tiga jam saja. Sementara Amelia tidak bisa bolak balik menjemput mereka karena harus bekerja.

"Aku hanya menawarkan satu kesempatan, Amel. Aku tunggu jawabannya besok. Jangan coba coba lari membawa mereka. Kalian dalam pengawasan ku. Sekali saja kamu mencoba untuk membawa putri kembar ku lagi, penawaran dibatalkan dan aku akan membawa mereka dengan atau tanpa persetujuan mu. Ingat itu!! Aku pergi dulu."

Maxim meninggalkan Amelia yang masih terpaku tanpa bisa berkata kata. Lidahnya kelu dan kepalanya mendadak berputar. Dengan mundur beberapa langkah akhirnya Amelia bisa bersandar pada dinding agar bisa menopang tubuhnya yang mendadak lemas. Akhirnya Amelia menangis meratapi nasibnya dengan menutup rapat mulutnya agar bisa meredam suara tangisannya.

Di luar Maxim masih bisa melihat Amelia dengan deritanya lewat jendela yang tertutup gorden tipis. Sama halnya Amelia, Maxim juga berlinang air mata. Dengan terpaksa Maxim harus berubah menjadi arogan kembali. Tidak ada cara lain untuk mengikat Amelia untuk tetap bersamanya. Walaupun dengan cara memaksa, Maxim harus mendapatkan wanita itu.

Tidak sanggup menatap Amelia yang masih terisak Maxim akhirnya pergi. Tapi sesuai ucapannya ada beberapa orang yang mengawasi rumah Amelia. Maxim tidak mau kecolongan lagi setidaknya dia harus bersabar menunggu hingga besok.

🍂🍂🍂

Pagi harinya Maxim telah sampai di depan rumah Amelia. Mengetuk pintu beberapa kali akhirnya pintu itu terbuka. Sidney yang membukanya. Maxim tersenyum ramah pada putrinya yang dia sendiri belum bisa membedakan antara keduanya.

"Iya Sir... ada apa kemari lagi?" Sidney terlihat tidak menyukai kedatangan Maxim.

"Hai girl... kamu Sidney atau Britney?" Maxim menyamakan tingginya dengan Sidney.

"Sidney...!" Jawabnya singkat." Jangan ganggu Mommy ku, Sir. Dia sedang sakit gara gara menangis." Ucap Sidney ketus.

"Dia sakit? Sorry... tapi aku tidak mengganggunya. Boleh aku masuk melihatnya? Mungkin kita bisa berteman dan membawanya ke dokter bersama." Bujuk Maxim yang mengkhawatirkan Amelia.

"Benarkah? Bisakah kita membawanya ke dokter?" Ucap Sidney yang berubah sumringah. Selama ini tidak ada yang baik pada mereka kecuali Nek Ida. Begitulah pemikiran polos gadis kecil itu.

"Tentu. Ayo kita lihat Mommy." Ajak Maxim sebelum Sidney berubah pikiran.

Sesampainya di kamar sederhana itu, Maxim melihat Amelia terbaring dengan koyo yang menempel di kedua sisi keningnya. Dan Britney berada di sampingnya menatap Mommy nya cemas.

"Mom... ayo kita ke dokter, Paman ini mau membantu kita." Sidney datang menarik tangan Maxim masuk.

"Shi...!" Ucap Amelia lemah dan berusaha untuk duduk setelah melihat Maxim ada di kamarnya.

Sungguh Amelia merasa tidak nyaman Maxim melihat keadaan dalam kamarnya. Amelia tidak ingin mendengar Maxim meremehkan ataupun mengejek keadaannya.

"Tidur saja jika kamu masih pusing. Aku hanya ingin melihat keadaan kamu. Sidney bilang kamu sakit." Maxim terlihat ramah membuat Amelia mendelik malas.

"Pintar sekali dia terlihat seperti dewa penolong di depan kedua anaknya. Modus!" Umpat Amelia dalam hati.

"Hanya demam biasa, Tuan. Anda boleh keluar, saya baik baik saja." Jawab Amelia mengusir Maxim.

"Tapi Mom... badanmu panas, dan paman ini mau membantu bawa kita ke rumah sakit." Ucap Britney yang terlihat khawatir. Britney sudah berkaca kaca di samping Amelia. Putrinya yang satu itu sangat sensitif dan perasa.

"Boleh aku bicara dengan Mommy kalian sebentar?" Maxim mengusap kepala Sidney lembut dengan tatapan memohon.

" Tuan...

"Apa kamu mau aku bicara dekat mereka?" Ancam Maxim pada Amelia. Dia tahu Amelia tidak ingin ditinggal berdua dengannya. Dan Maxim berhasil, Amelia akhirnya bungkam.

"Bisa tinggalkan kami sebentar, aku pastikan Mommy kalian akan mau diajak ke dokter." Sidney dan Britney mengangguk menurut. Bagi mereka tidak ada yang lebih penting dari Mommy mereka. Asalkan Amelia sembuh sudah cukup bagi kedua kembar itu.

Setelah kedua nya keluar, Maxim mengambil kursi kecil di dekat sebuah meja rias sederhana yang ada di sudut ruangan itu. Dan menariknya mendekati ranjang tempat Amelia duduk bersandar.

"Apa Tuan ingin meminta jawaban saya sekarang? Tidak bisakah menunggu sampai saya sembuh." Ucap Amelia yang tidak tahan melihat Maxim hanya diam tanpa bicara.

"Kamu kira kesembuhan mu lebih penting dari pada waktu ku yang terbuang sia-sia di sini?" Tidak, Maxim tidak akan memberikan waktu lebih banyak untuk Amelia untuk mencari sela dan kabur darinya.

"Aku tidak peduli kamu sehat maupun sakit. Aku hanya ingin anak anakku. Mereka pewaris ku. Setuju atau tidak, terima atau tidak aku pasti akan membawa mereka. Sekarang jawab pertanyaan ku. Menikah atau menjadi asisten plus simpananku! Atau lepaskan kedua putriku." Amelia memejamkan matanya menahan sesak dadanya.

Air matanya kembali jatuh seiring tubuhnya bergetar menahan emosi yang tidak bisa dia lampiaskan. Posisinya lemah, dia tidak memiliki apapun untuk melawan pria egois ini. Tidak ada pilihan lagi. Amelia memilih menjadi terhormat meski harga dirinya hancur hingga dasar.

"Now... Amel...!!" Suara Maxim terdengar pelan tapi penuh tekanan. Amelia membuka matanya yang basah. Menatap lekat pria yang mungkin akan dia benci seumur hidupnya. Dan dengan bibir bergetar Amelia berkata...

"Menikah.....

🍂🍂🍂🍂🍂

Happy Reading ♥

Kasi ⭐⭐⭐⭐⭐ kalau suka. Support kalian adalah penghargaan buat Author.

Love you Readers♥

Terpopuler

Comments

Zainab Ddi

Zainab Ddi

menikah lebih terhormat

2024-03-01

1

N Wage

N Wage

diajak menikah loh amel!
gak usah mikir yg lain...MENIKAH,jd nyonya maxim.

pilihan apaan tuh,jd simpanan!

2024-02-11

0

LISA

LISA

Finally Amel menjawabnya

2024-01-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!