Bab 12 Ganesh

Anindya mengendarai motornya yang diberi nama satria itu. Dia melihat sahabatnya Rania tengah berjalan sendirian. Segera dia menghampiri dengan menghentikan motornya tetapi disamping sahabatnya.

" Rania." panggil Anindya.

" Kamu tahu, gara-gara kamu Rakha harus mengeluarkan uang yang banyak malam itu." ujar Rania, karena kekasihnya harus mengeluarkan uang karena kalah taruhan.

" Maafkan aku. Kamu selesai jam 4 sore, kan? Bagaimana kalau kita makan bersama." ajak Anindya untuk menebus kesalahannya.

" Jadi kamu berencana untuk menebus kesalahanmu melalui aku, begitu?"

" Ya, maafkan aku." Anindya memohon.

" Aku masih marah padamu."

" Aku tahu jika sahabatku ini berpura-pura marah padaku."

" Kenapa berkata seperti itu?"

" Karena kamu sayang sama aku, tidak mungkin kamu memarahiku karena masalah tadi malam."

Rania tersenyum mendengarnya, Rania tidak bisa marah kepada Anindya. Dia sudah menganggap Anindya seperti saudaranya sendiri. " Kamu tahu saja. Ini aku buatkan sandwich untuk sarapanmu, jangan lupa bagikan ke temanmu yang lain." ujar Rania memberikan kantong berisi sandwich.

" Sudah kubilang. Jika sahabat ku yang tercinta tidak akan marah padaku. Makasih banyak ya." ucap Anindya tersenyum setelah menerima sandwich dari sahabatnya.

Di kelas hari ini, dosen meletakkan roda gigi didepan mahasiswa. Dia menjelaskan tentang bagaimana ada untuk meracik serta membuat roda gigi mobil tersebut bisa digunakan lagi. Mahasiswa dibagi dalam bentuk kelompok, Anindya satu kelompok dengan teman-teman dekatnya, yaitu bintang, Vania, Denis, dan Andre. Selama ini Anindya selalu satu kelompok dengan mereka, hal itu membuat mereka menjadi lebih dekat.

Saat dosen tengah menjelaskan, tiba-tiba seorang staff fakultas memanggil dosen ke ruangan ketua program studi. Membuat proses pembelajaran tersebut dihentikan untuk sementara.

" Ah! Malas banget deh.. Dikit-dikit bahas roda." keluh Andre.

" Kenapa sih! ngeluh terus. Kamu sudah memilih jurusan ini mau tidak mau kamu harus mendengarkan." ujar Vania.

" Astaga! Bintang! Itu wajahmu." teriak Denis melihat wajah bintang yang dinodai oli.

" Ya tuhan, ampuni dosaku. Aku tidak sengaja mengoles oli ini di wajahku." ucap bintang sebagai tipe mahasiswa yang selalu berdoa ketika membuat kesalahan.

" Cuma oli doang, langsung bertobat." ucap Andre karena bintang selalu seperti itu.

Anindya dan Vania hanya bisa tertawa melihat tingkah ketiga temannya ini. Apalagi bintang yang polos dan selalu takut akan dosa. Tiba-tiba dosen datang dengan seorang mahasiswa yang mengikutinya dari belakang.

" Perhatian untuk semua... Ada mahasiswa baru yang akan bergabung bersama kalian. Namanya Ganesh. Mulai sekarang dia akan bergabung dengan kalian." ujar dosen mata kuliah hari itu memperkenalkan Ganesh.

" Senang bertemu dengan kalian semua." sapa Ganesh kepada semua teman barunya.

" Kenapa kamu berubah pikiran untuk pindah ke jurusan ini setalah memasuki semester tiga?" tanya Denis kepada Ganesh.

" Kamu tidak tahu ya, dia itu adalah mahasiswa terbaik di teknik komputer." bisik Andre kepada Denis yang berdiri disampingnya.

Denis cukup terkejut karena dia tidak tahu akan hal itu. Dia mengenal Ganesh karena mereka berada di fakultas yang sama namun berbeda jurusan.

" Sekarang kamu gabung bersama kelompoknya Denis." ucap dosen meminta Ganesh untuk bergabung dengan kelompok anindya.

Ganesh memandangi Anindya, " Wajahmu kotor." ucap Ganesh lalu membersihkan wajah Anindya dengan tangannya.

" Tidak perlu kok." ucap Anindya menyingkirkan tangan Ganesh.

Sesuai janji, sore tepat Rania selesai kelas. Rania akan pulang bersama dengan Anindya. Namun, Rania justru terkejut mendapati kekasihnya sudah berdiri didepan fakultasnya.

" Rakha? Kamu kok kesini?" tanya Rania terkejut melihat kekasihnya itu.

" Aku menjemputmu. Kamu sudah pulang, kan?" jawab Rakhatama.

" Oh, iya sudah pulang kok. Tapi sebentar lagi aku ada jadwal mengajar bahasa inggris." ujar Rania dalam hati dia meminta maaf kepada kekasihnya karena kembali berbohong.

" Baiklah, tapi setidaknya kita cari makan dulu. setelah itu aku akan mengantarmu." ujar Rakhatama mengajak kekasih makan bersama.

Anindya juga baru selesai kelas. Dia berjalan menghampiri satria, motor sport kesayangannya itu. Kendati ingin menjemput Rania, justru dia mendapatkan pesan dari Rania, jika Rania pergi bersama dengan Rakhatama.

" Jadi, motor sport ini milikmu, tuan putri Anindya." ujar Ganesh menghampiri Anindya.

" Iya, lalu punyamu mana?"

Ganesh melirik mobil yang berada dibelakang Anindya. Anindya menoleh menatap mobil itu yang ternyata milik Ganesh.

" Pasti di rumah mu sudah banyak mobil mewah, iya kan?" tanya Ganesh.

" Tidak juga kok. hanya mobil tua." jawab Anindya.

Tiba-tiba Anindya mendapat telepon dari pengasuhnya. Pengasuhnya meminta Anindya untuk segera pulang karena Arkatama sudah menunggunya di rumah. Anindya terkejut mendengar hal itu, segera dia mematikan sambungan telepon.

" Ganesh, aku minta maaf tidak bisa mengobrol lama denganmu. Aku harus segera pergi. Bye." ujar Anindya mengendarai satria untuk segera pulang ke rumah.

" Anin... Anindya.. Tunggu.." teriak Bintang mengejar Anindya yang sudah pergi.

" Kamu terlambat." ucap Ganesh.

" Padahal aku hanya ingin mengembalikan buku catatan kuliahnya yang ketinggalan." ujar bintang merasa sedih karena tidak bisa mengembalikan buku milik Anindya.

" Bagaimana jika aku yang mengembalikannya." saran Ganesh.

" Emangnya kamu tahu rumahnya dimana?" tanya bintang.

" Tentu saja. Siapa sih yang tidak tahu tempat tinggal keluarga Basutara, seorang bangsawan terkenal itu." ujar Ganesh.

Namun sepertinya bintang meragu, dia tidak ingin memberikan buku catatan kuliah Anindya kepada Ganesh. Dia tidak ingin Ganesh yang mengembalikannya. " Lebih baik tidak usah, biar aku yang mengembalikannya." ujar bintang.

" Siapa tahu Anindya membutuhkannya malam ini untuk belajar." bujuk Ganesh.

" Kurasa tidak, pokonya aku akan mengembalikannya besok." bintang tetap tidak mau memberikannya.

Karena itu, terjadilah aksi tarik menarik buku catatan milik Anindya. Hingga tubuh bintang yang tidak kuat, hampir terjatuh namun Ganesh segera menahannya.

" Aku akan menyimpannya." ucap bintang. Dia hendak beranjak pergi, namun dia berbalik, " Maaf. Aku salah arah." ucapnya lagi didepan Ganesh, membuat laki-laki itu tersenyum.

Di rumah Anindya, Nuna menemui Arkatama yang sudah berada di ruang tamu. Dia memberitahu Arkatama jika dirinya sudah menelepon Anindya, dan meminta Arkatama untuk menunggu, meski dia tidak tahu apakah Anindya akan pulang cepat atau tidak.

" Tuan Arka, apa tuan Arka yakin akan membiarkan Anindya tinggal bersama dengan tuan Arka?" tanya Nuna.

Kedatangan Arkatama ke rumah punya maksud tujuan. Dia meminta izin kepada keluarga Anindya untuk meminta Anindya tinggal bersamanya. Sengaja dia melakukan itu, agar Anindya tidak bersikap keras kepala dan berbohong kepadanya.

" Iya." jawab Arkatama.

" Tapi, apakah tuan sudah membicarakan hal ini kepada nyonya?" tanya nuna.

" Aku sudah membicarakannya, dan ibu menyetujui. Jadi bibi tolong mengemasi barang-barangnya sekarang." ujar Arkatama.

" Sekarang?" Nuna terkejut mendengarnya. Namun ada rasa senang dihatinya.

" Iya. Sekarang." jawab Arkatama.

" Tapi, aku masih belum tahu apa Anindya akan pulang cepat atau tidak."

" Tidak masalah. Aku akan menunggunya." ucap Arkatama.

Anindya terburu-buru pulang ke rumah rahasianya. Dia mengantikan pakaiannya dengan pakaian feminim, seperti menggenakan kemeja dan rok pendek. Dia melakukannya dengan terburu-buru.

Arkatama masih setia menunggu, meski hati sudah gelap. Anindya baru saja tiba di rumah.

" Arka. Ada apa?" tanya Anindya.

" Aku kesini untuk membawa pergi bersamaku."

" Apa! Kamu sudah gila!" Anindya terkejut mendengarnya.

" Aku sudah meminta bibi untuk mengemasi barang-barang mu. Malam ini juga kamu akan pergi denganku. Untuk barang-barang mu yang lain kamu bisa mengambilnya besok "

" Tidak, aku tidak mau. Aku sudah membatalkan pertunangan kita, kenapa tiba-tiba ingin membawaku. Kamu mau membawaku kemana?"

" Ke rumah ku."

" Aku tidak mau!" Anindya menolak dengan keputusan itu.

" Ini bukan pilihan untuk kamu menolaknya. Ini adalah perintah." ujar Arkatama.

" Tetap, aku tidak mau. Pokoknya jika ada yang mengambil barang-barang ku keluar malam ini. Aku akan menelepon polisi." tega Anindya menolak untuk pergi bersama dengan Arkatama.

Anindya berlari menuju kamarnya, dia merasa kesal dengan Arkatama yang tiba-tiba membuat perintah untuk ikut dengannya. Justru Anindya menolak akan hal itu. Dia mengintip dibalik kaca balkon kamarnya, berharap jika Arkatama segera pulang. Namun nyatanya dia dikejutkan dengan Arkatama yang tiba-tiba berdiri dihadapannya. Arkatama membuka kaca balkon itu berjalan lebih dekat dengan Anindya. Membuat Anindya mundur hingga tubuhnya jatuh diatas kasur. Arkatama semakin dekat hingga tatapan mata mereka bertemu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!