Bab 4 Alasan Perjodohan

Arkatama menemui kakek Anindya yang saat itu tengah sakit. Kakek Anindya meminta arkatama untuk menemui dengan maksud untuk menanyakan apakah Artama masib bersedia untuk menerima pertunangan antara dirinya dengan Anindya. Arkatama sangat menghormati kakek Anindya, dia bahkan berjanji akan memenuhi apapun yang kakek Anindya inginkan. Itu semua Arkatama lakukan karena kakek anindya sudah membantu keluarganya selama ini. Sebagai bentuk balas budi, Arkatama akan memenuhi apa yang kakek Anindya inginkan.

Namun, Kakek Anindya tidak menginginkan Arkatama memaksakan diri, kakek anindya tidak ingin rasa balas budi. Dia hanya ingin Arkatama bisa menjaga cucu dengan baik.

" Arka, kakek hanya ingin kamu bisa menjaga Anindya. Namun kakek tidak mau memaksamu untuk menerima pertunangan kalian. Kakek hanya bertanya apa kamu masih mencintai Anindya?"

" Aku.."

" Kakek tidak memaksamu untuk menjawabnya sekarang. Kamu boleh memikirkannya dulu. Apalagi sekarang Anindya masih di California, dua tahun lagi dia kan pulang. Aku takut jika aku tidak bisa bertemu dengannya. Aku hanya ingin jika Anindya ada yang bisa menjaga." ujar kakek Anindya.

Arkatama hanya bisa diam, dia masih ragu dengan perasaannya kepada Anindya. Dia masih belum menjawab, butuh waktu untuk memikirkan keputusan yang akan dia ambil. Bertunangan bukan hal yang mudah, dia akan menjaga seseorang untuk selamanya hingga mereka menikah nantinya.

Dan benar saja, saat Anindya kembali dari studinya di California, kakek Anindya meninggal dunia. Hal itu membuat luka mendalam dari Anindya, karena Anindya sangat dekat dengan kakeknya. Hingga membuatnya terus terlarut dalam kesedihan ketika kakeknya meninggal.

Arkatama selalu menemani Anindya ketika bersedih. Dia tidak tahu bagaimana menghibur gadis itu, yang dia lakukan hanya menemani hingga gadis itu berhenti untuk menangis.

Selama acara pemakaman, Arkatama tidak jauh dari Anindya. Dia selalu menemani gadis itu. Ibu Anindya yang melihat menghampiri Arkatama dan memintanya untuk ikut dengannya. Ada hal yang ingin ibu Anindya katakan, karena itu adalah wasiat dari kakek Anindya.

" Makasih ya arka, kamu sudah membantu keluarga kami saat pemakaman tadi. Oh ya, air mineral tadi itu juga dari produk perusahaan mu kan? aku tidak menyangka jika kamu akan sesukses ayahmu." ujar ibu Anindya sambil tersenyum.

" Aku juga ingin mengatakan makasih karena selama ini kakek dan bibi sudah membantu keluargaku. Ada apa bibi memanggil ku kesini?"

" Ini mengenai wasiat dari kakek. Kamu sendiri pastinya sudah tahu." ucap ibu Anindya.

" Soal pertunangan?" tanya Arkatama.

" Iya, kami tidak memaksamu untuk segera menjawabnya. Namun jika kamu ingin menolak juga tidak masalah." ujar ibu Anindya.

" Tentu, aku bersedia." jawab Arkatama tersenyum.

" Kamu yakin nak?"

" Tentu saja. Ini adalah keputusan ku bukan paksaan. Jadi aku bersedia untuk menjaga Anindya." ujar Arkatama.

Ibu Anindya tersenyum, sangat senang mendengar jawaban dari Arkatama. Untuk itu ibu Anindya tidak perlu merasa khawatir, putrinya sudah dijaga oleh Arkatama.

Kembali ke masa sekarang...

Karena patah hati akan penghinaan dari tunangannya. Anindya bersama dengan sahabatnya Rania, menghibur diri dengan mabuk-mabukan. Anindya terus bernyanyi lebih tepatnya berteriak seolah ingin melepaskan rasa sakit yang ia terima malam ini. Rania mencoba untuk mencegahnya, karena karaoke di malam hari justru akan mengganggu para tetangga yang sedang tertidur.

" Rumah ku ini dinding tebal, tidak akan ada yang mendengarkan aku bernyanyi." teriak Anindya dalam keadaan mabuk berat.

" Kalau begitu tenanglah." ucap Rania meski dia juga dalam keadaan mabuk, namun dia masih bisa sadar dibandingkan Anindya yang sudah seperti orang stres.

Rania tengah menenangkan Anindya, namun ponsel ya berdering terdapat nama sang kekasih Rakhatama yang menelfon. Segera Rania menjauh dari Anindya, agar alunan musik tidak sampai di telinga Rakhatama ketika menelepon.

" Hallo." Rania menjawab telepon dari Rakhatama.

" Kamu dimana? Apa yang kamu lakukan?"

" Aku bersama dengan Anindya di rumahnya."

" Kamu mabuk? Ini sudah larut lebih baik kamu pulang."

" Aku tidak mabuk kok. Tapi aku belum bisa pulang." jawab Rania.

" Kenapa? kalau begitu aku akan menjemputmu."

" Jangan, aku belum bisa pulang. Karena aku harus menemani Anindya dulu. Kamu dimana?"

" Aku sedang di jalan mau pulang."

" Pulanglah, hati-hati ya. Jangan mabuk-mabukan, oke?" ucap Rania mematikan sambungan telepon mereka.

Seketika dia menyadari kalimat terakhirnya, rasanya sangat menggelikan karena dia tidak pernah seperti itu sebelumnya. Apakah Rania juga ikutan mabuk?

Namun Rania tidak berlama-lama bersama dengan Anindya, jika Rakhatama sudah menelpon maka tandanya Rania harus segera pulang. Jika tidak Rakhatama akan marah besar jika Rania belum pulang ke rumah. Rania menghampiri Anindya yang sudah seperti orang stres yang bernyanyi bahkan terkadang dia menyiksa boneka yang ada di sofa.

" Astaga! Anin! Tenanglah." ucap Rania mencoba menenangkan sahabatnya itu.

Rania memeluk Anindya, dengan upaya bisa menenangkan luka hati yang di rasakan temannya itu.

" Anin." ucap Rania.

" Hmm.. Kenapa?"

" Aku harus pulang sekarang."

" Apa-apaan sih! Baru saja kita bersenang-senang kamu malah pamit pulang. Apa salahnya temani kamu sampai pagi!" keluh Anindya.

" Tidak bisa Anin! Kamu tahu Rakhatama, kan? Kakak iparmu itu akan marah jika aku tidak pulang dengan cepat." ujar Rania.

" Tapi, dia tidak seperti Arkatama ku."

" Mereka berdua sama saja. Itulah kenapa mereka berteman dekat."

" Sama seperti kita doang!"

" Tentu saja."

Anindya langsung memeluk sahabatnya dengan senang. " Kita tetap bersahabat selamanya." ujar Anindya.

" Aku pulang dulu. Kamu istirahat. Aku harus segera pulang sebelum Rakha kembali menelepon.". Ujar Rania pergi meninggalkan Anindya.

Dengan keadaan mabuk Anindya berteriak dengan mic, dia berkata kenapa Arkatama setega itu padanya. Bahkan saat sudah mematahkan hatinya, laki-laki itu tidak menghubunginya sama sekali. Hingga Anindya tertidur di sofa dengan memeluk boneka yang dibawanya tadi.

Arkatama tiba-tiba berada di rumah Anindya, dia melihat Anindya yang sedang tertidur pulas. Arkatama menghampiri dan duduk dilantai dengan menghadap kearah wajah Anindya yang tertidur. Dengan perlahan Arkatama mendekatkan wajahnya lebih dengan dengan Anindya sambil tersenyum. Anindya terkejut kendati mendapati wajah tunangan. Anindya terbangun dan memalingkan wajahnya.

" Anin, apa kamu masih marah padaku?" tanya Arkatama.

" Tidak kok."

" Jika tidak berbalik menghadap ku."

" Tidak mau!"

" Kamu masih marah, hm?" tanya Arkatama lagi. Kini Arkatama mendekatkan tubuhnya lebih menempel dipunggung Anindya dengan kedua tangannya memeluk pinggang Anindya.

" Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Anindya yang sudah tidak mengontrol perasaannya, karena Arkatama tidak pernah melakukan hal semacam ini kepadanya.

" Apa kamu masih marah, hm?" Artama mencium tengkuk Anindya.

" Arka! Geli!" teriak Anindya tidak suka.

" Kalau begitu berbaliknya."

" Aku tidak mau, sebelum kamu mengatakan aku mencintaimu dan tidak mengatai ku lagi seperti boneka Annabelle!"

" Baik. Aku tidak akan mengatakannya."

Anindya menoleh, hingga wajahnya bertemu dengan dengan wajah Arkatama. Hingga semakin dekat dan hendak menciumnya. Anindya terkejut kendati bukanlah wajah Arkatama melainkan boneka yang di peluk. Ternyata yang barusan terjadi hanyalah mimpi Anindya semata.

" Astaga! Dasar Arkatama! Kamu mengikuti sampai dalam mimpi." ujar Anindya dengan kesal kepada boneka namun dia masih sayang, hingga dia kembali memeluk boneka yang diberi nama arka itu.

Sedangkan Arkatama mencoba untuk menghubungi Anindya, namun tidak ada jawaban. Hingga dia melihat fotonya dan Anindya saat kecil yang diletakkan dalam laci.

" Apa kamu yakin ingin membatalkan pertunangan kita?" ucapnya sambil melihat foto tersebut.

Arkatama kembali bekerja, namun sebuah notifikasi pesan masuk dalam ponselnya. Dia melihat pesan tersebut, yang ternyata ada seseorang yang mengirimkan video. Yang ternyata video Queen yang tengah tampil menampilkan musik DJ nya.

" Queen. Sampai kapan kamu akan berbohong padaku? Annabelle!" ucapnya sambil tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!