Bab 3 Membatalkan pertunangan

" Apa kamu tidak mencintai ku?" tanya Anindya di hadapan Arkatama, tunangannya.

" Apa alasan mu menerima pertunangan ini? Apa karena kamu ingin.."

" Alasanku menerima pertunangan kita, itu karena kakekmu." jawab Arkatama.

Saat itu Arkatama masih berusia 4 tahun, dimana keluarganya mulai menetap dalam menjalankan bisnis di Indonesia. Saat itu orang tua Arkatama mulai menjalin kerja sama dengan kakek Anindya. Mereka bekerja sama dalam sebuah bisnis. Sebagai rekan kerja tentu keluarga Arkatama sangat dekat dengan keluarga Anindya.

Di usia Arkatama menginjak 4 tahun, Anindya baru lahir di dunia. Saat itu Anindya masih sangat bayi. Namun sang kakek langsung memberikan wasiat kepada Arkatama untuk menjaga Anindya.

Hingga tahun terus berganti, Anindya kecil sering bermain bersama dengan Arkatama. Bahkan kemanapun Arkatama pergi, Anindya selalu ikut. Hingga diusia mereka yang menginjak remaja, kakek Anindya meminta mereka untuk bertunangan. Ditambah Anindya selalu mengatakan kepada keluarganya jika dia sangat mencintai Arkatama.

Sedangkan Arkatama yang masih berusia belasan itu dengan polosnya mau bertunangan dengan Anindya. Sosok kakek Anindya yang dermawan membuat keluarga Arkatama tidak bisa menolak permintaan sang kakek. Mereka akhirnya menerima jika Arkatama harus bertunangan dengan Anindya ketika usia mereka berdua masih belasan tahun.

" Itu karena kakekmu. Sosok kakek yang dermawan membuat aku dan keluarga ku tidak bisa menolak pertunangan ini. Tugasku hanya ingin memenuhi janjiku kepada kakekmu." ujar Arkatama.

" Jadi hanya itu? aku pikir kamu..."

" Kita sudah dekat sejak kecil, ditambah kamu anak tunggal yang tidak punya saudara. Itu membuatmu sangat bergantung padaku. Aku bahkan sudah mengenalimu sejak lahir, jadi mungkin kamu berpikir bahwa kamu.." arkatama tidak mau melanjutkan omongannya. Dia memilih pergi berjalan masuk keruangan kerjanya.

" Arka.." panggil Anindya, dia tidak terima obrolan tersebut belum diselesaikan.

" Arka." Anindya mengikuti langkah kaki Arkatama menuju ruangan kerjanya.

" Arka, tapi kita saling mencintai, kan?" tanya Anindya lagi.

"Sepertinya kamu salah memahami."

" Apa maksudmu, bukankah kita sudah dijodohkan dan kamu akan melamar ku?"

" Tentu, aku akan melakukannya.Tetapi bagiku menikah tidak harus saling mencintai."

" Jika kita tidak saling mencintai, lebih baik kita batalkan saja perjodohan ini!" ucap Anindya sambil menangis.

" Kenapa kamu berkata seperti itu? Aku tidak akan membatalkan pertunangan kita. pertunangan kita harus tetap berlanjut, meskipun nanti kita menikah kita tidak akan tinggal bersama." ujar Arkatama menolak.

" Jadi kamu menolak? Kamu pikir hanya kamu yang bisa mengambil keputusan? Pertunangan ini bukan hanya kamu, tapi juga aku, aku berhak memberikan keputusan."

" Jangan memancing emosiku. Lebih baik kamu pulang, aku akan meminta Bagas untuk mengantarkan mu pulang."

" Jadi selama ini aku sudah menganggu hidupmu. Pantasan saja aku pernah berpikir setiap apa yang aku lakukan tidak pernah membuat mu merasa senang. Aku terlalu banyak mengeluarkan waktu ku bersama denganmu."

" Anindya! Apa kamu marah karena kita tidak jadi berkencan, hah!"

" Terserah kamu berpikir seperti apa. Apa aku pernah mengatakan padamu jika aku sedang marah! Aku sudah tidak tahan lagi!"

" Tidak tahan? Kamu seolah berpikir jika kamu.."

Seketika perdebatan itu terpotong oleh kedatangan Rakhatama yang tiba-tiba masuk keruangan kerja Arkatama.

" Arka, apa perusahaan ada masalah!" teriak Rakhatama.

" Masalah perusahaan tidak terlalu besar dengan masalah Anindya." jawab Arkatama menatap tajam ke arah Anindya yang berdiri dihadapannya.

" Anindya, ada masalah apa?"

Anindya menatap benci kepada Arkatama. " Sekarang kamu boleh berpikir alasan yang bagus kenapa aku ingin membatalkan pertunangan kita."

" Aku tidak perlu berpikir, aku akan menjawab dengan sangat jujur. Bahwa aku ingin menikah dengan manusia bukan boneka." ujar Arkatama.

" Jadi selama ini kamu menganggap ku seperti boneka!" Anindya tidak terima dengan penghinaan tersebut.

" Tentu saja. Kamu seperti boneka Annabelle." ucap Arkatama menunjukkan smirknya.

Anindya menangis, tidak tega dengan penghinaan yang dia terima. Dia pamit pulang kepada Rakhatama yang masih berada disitu. Dia pergi begitu saja, ada perasaan marah ketika Arkatama mengatai dirinya seperti boneka Annabelle.

" Seseorang diluar tolong antarkan dia pulang. Tentu saja orang yang tidak takut dengan hantu." teriak Arkatama dari dalam ruangan kerjanya.

Anindya yang mendengar itu merasa kesal dan marah. Sungguh begitu tega calon suaminya itu yang sangat dia cintai berani menghina dirinya.

Sepanjang perjalanan pulang, Anindya hanya bisa menangis. Kalimat terakhir dari Arkatama masih teringat dipikirnya membuatnya menangis semakin kencang. Bahkan Bagas yang mengantarkannya pulang hanya bisa diam dan memandangi Anindya melalui kaca mobil.

Tiba-tiba saja Bagas berhenti mendadak membuat Anindya berteriak, " Dasar bajingan!"

Bagas terkejut mendengar kata makian keluar dari mulut Anindya yang merupakan seorang putri bangsawan.

" Maafkan aku, tadi ada seekor anjing yang tiba-tiba saja melintas." ucap Bagas meski dalam hati dia ingin tertawa.

Anindya diantar sampai ke rumah, namun bukannya masuk ke dalam rumah, Anindya malah mengirim pesan kepada Rania untuk bertemu di rumah rahasia.

Selama ini Anindya memiliki rumahnya sendiri, dia membeli rumah tersebut untuk dia tinggali tanpa keluarga ataupun Arkatama tahu. Rumah itu dijadikan tempat singgahannya ketika dia ingin menjadi dirinya sendiri.

Anindya diantar oleh supir pribadinya ke rumah rahasianya itu. Didepan rumah sudah ada Rania yang senantiasa menunggu kedatangannya. Melihat sahabatnya, Anindya kembali menangis.

" Ada apa?" tanya Rania yang khawatir melihat sahabatnya itu tiba-tiba menangis dihadapannya.

" Arka... Dia bilang jika dia menerima pertunangan kita karena itu adalah tugasnya." ujar Anindya sambil menangis.

Rania merasa iba dengan sahabatnya, mencoba untuk menenangkan sahabatnya itu. " Kamu yang tenang. ceritakan itu dengan perlahan. Lebih baik kita masuk dulu, baru kamu ceritakan." ujar Rania.

" Apa kamu serius? Kamu seperti terlalu banyak menanggung beban, lebih baik kamu istirahat saja dulu." ujar Rakhatama yang mengkhawatirkan adiknya.

" Tidak, aku harus menyelesaikannya malam ini." ucap Arkatama.

" Maksudmu, masalah mu dengan Anindya?"

" Masalah pekerjaan." jawab Arkatama.

" Sebenarnya ada masalah apa diantara kalian berdua. Aku belum pernah melihatmu seperti tadi." ujar Rakhatama.

" Tiba-tiba saja... Anindya ingin membatalkan pertunangan kami." jawab Arkatama.

" Itu karena dia merasa diremehkan."

" Aku tahu."

" Lalu kamu ingin membatalkan pertunangan mu?"

" Aku tidak pernah membatalkan pertunangan ku dengan Anindya."

" Jangan bilang kamu serius dengan pertunangan yang sudah diatur oleh kakek Anindya serta keluarga kita. Asal kamu tahu pertunangan itu dilaksanakan karena terjalin kerjasama diantara keluarga kita dengan keluarga Anindya. Aku tidak mengerti dengan jalan pemikiran mu. Kamu sudah tahu pernikahan kalian itu dilaksanakan karena keterpaksaan dari keluarga saja. ini hanya masalah bisnis. Jika kalian mencintai bagiku itu tidak masalah untuk melanjutkan pertunangan itu sampai pernikahan." ujar Rakhatama.

" Kakak tidak mengerti. Bukan itu alasannya. Ada sesuatu yang lebih dari itu." ujar Arkatama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!