Bab 2 Hari kencan

Anindya tidak hanya menyembunyikan indentitasnya sebagai Queen, namun dia juga sudah berbohong kepada kekasihnya tentang jurusan yang diambilnya. Dia berbohong kepada tunangannya dan juga keluarga jika dia mengambil jurusan sistem komputer, padahal jurusan yang sebenarnya dia ambil adalah jurusan teknik mesin. Semua itu dia lakukan agar keluarga tidak mengetahui jika dirinya adalah perempuan yang suka dengan otomotif karena itu sangat bertentangan dengan identitas dia sebagai seorang putri bangsawan. Dan juga dia berbohong kepada tunangannya, demi menjadi perempuan yang dicintai tunangannya.

Seperti yang diungkapkan Rania di bab berikutnya, jika hari minggu merupakan hari kencan untuk Anindya dan tunangannya, Arkatama. Namun dengan terpaksa kencannya ditunda malam hari karena Anindya harus mengikuti ujian praktek. Kali ini dosen meminta mereka untuk mengatik mobil.

Dosen meminta mahasiswa untuk bisa membuat kembali mesin mobil yang mati, menjadi menyala dalam kurun waktu beberapa detik. Giliran Anindya, waktu terus berjalan namun mesin yang dibuat belum bisa menyala. Teman-teman satu kelompok dengan terus menyemangati Anindya. Hingga di menit-menit terakhir Anindya berhasil menyelesaikan ujian tersebut.

" Makan malam yuk!" ajak Vania selalu teman dekat Anindya di kampus.

" Iya nih, kita sudah lama tidak makan malam bersama." ucap Denis.

" Sayangnya aku tidak bisa, kalian pasti tahulah." ucap Anindya.

" Aku lupa, hari ini hari kencanmu bersama tunanganmu itu, kan. Kalau begitu pergilah." ucap Bintang.

Anindya segera pergi bersama dengan mobil jemputannya, namun sebelum pergi dia harus pulang ke rumahnya, membersihkan diri serta menganti pakaiannya dengan gaun yang cantik. Dia melihat jam tangannya, waktu yang dijanjikan masih lama jadi masih ada waktu sedikit untuk perjalanan menuju rumah tunangannya.

Arkatama seorang yang selalu membuat janji dengan waktu yang tepat. Jika hadir telat sedikit saja dia akan marah, baginya waktu itu adalah uang. Maka dari itu, Anindya tidak ingin telat jika sampai di apartemen tunangannya itu, karena titik pertemuan mereka adalah di apartemen Arkatama.

Anindya sangat senang, karena malam ini dia akan bertemu dengan tunangannya. Sudah seminggu mereka tidak bertemu karena kesibukan tunangannya itu. Anindya sudah memaklumi, setiap ketemu Arkatama selalu membuat jadwal tersendiri. Makanya setiap hari minggu, menjadi hari kencan bagi mereka berdua.

" Pak arka, nona Anindya sudah menunggu anda di luar." ucap Bagas memberikan laporan akan kedatangan Anindya.

" Suruh dia masuk." ucap Arkatama yang sedang berada di ruangannya kerja sedang sibuk mengurus pekerjaannya.

" Baik pak." Bagas segera keluar meminta Anindya untuk masuk menemui Arkatama.

Anindya masuk ke ruangan kerja Arkatama dengan senyuman manis yang dia tujukan untuk tunangannya itu. " Selamat malam, Arka." ucapnya.

Arka melihat jam tangannya sambil berucap, " jam 7 lewat 11 menit."

" Maaf, tadi aku ada ujian praktek dan dosen tidak mengizinkan untuk pulang duluan. Jadi, aku terpaksa sampai jam waktu pulang." ujar Anindya.

Waktu yang dijanjikan untuk bertemu tepat pukul tujuh namun Anindya terlambat sepuluh menit sampai ke rumah Arkatama.

" Oh, aku tidak masalah. Tetapi sebaiknya kamu mengabari agar aku tidak khawatir, takutnya terjadi sesuatu dijalan." ujar Arkatama.

Anindya ngedumel dalam hati karena dia hanya terlambat sepuluh menit saja, untuk apa harus mengabari.

" Ayo kita pergi, aku sudah pesankan tempat di restoran korea, makanan kesukaanmu." ujar Arkatama berdiri meletakkan dokumen yang dia kerjakan.

Lagi-lagi Anindya ngedumel dalam hati, padahal tidak pernah mengatakan jika dia menyukai makanan korea. Dia hanya menuruti Arkatama karena selama berkencan Arkatama selalu mengajak makan makanan korea. Namun belum sempat pergi, Bagas tiba-tiba masuk dengan mengatakan jika ada malah di perusahaan. Terpaksa makan malam mereka harus tertunda sementara karena Arkatama harus mengerjakan pekerjaan itu sampai selesai.

" Kamu bisa menunggu sebentar. Aku harus menyelesaikan ini dulu." ucap Arkatama.

Anindya mengangguk dan tersenyum, dia harus tetap tersenyum di mata calon suaminya itu. Anindya duduk di sofa sementara Arkatama masih sibuk mengerjakan pekerjaan yang harus diselesaikan malam itu juga. Anindya merasa bosan, diam-diam dia mengambil earphone di tas kecilnya serta ponselnya. Memasang earphone di telinga sambil sesekali melirik Arkatama yang sedang bekerja. Anindya mulai memutar musik favorit, saking enaknya dia sampai menggoyangkan kepala serta kakinya menikmati alunan musik.

Tanpa Anindya sadari Arkatama terus memandanginya sedari tadi. Tidak senyuman yang ditunjukkan oleh laki-laki itu ketika melihat calon istrinya yang tengah menikmati lagu. Seketika itu pula, Anindya terkejut melihat Arkatama yang menatapnya. Anindya kembali menata cara duduknya dengan baik dan lagi-lagi tersenyum manis dihadapan tunangannya itu.

" Ini lagi yang sangat bagus, apa kamu ingin mendengarkannya?" tanya Anindya dengan penuh kecanggungan, hampir saja dia ketahuan oleh Arkatama.

Arkatama berdiri berjalan menghampiri Anindya yang duduk di sofa.

" Maafkan aku." ucap Anindya merasa bersalah karena sudah membuat keributan saat Arkatama tengah bekerja.

" Apa kamu merasa bosan?" tanya Arkatama.

Dalam hati Anindya ingin berteriak jika dirinya memang merasa sangat bosan, namun demi Arkatama, dia tersenyum lalu menjawab, "Tidak, aku masih bisa menunggu."

" Maafkan aku. Tapi pekerjaan ini harus aku selesaikan."

" Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa menunggu. Bukankah selama ini aku sudah menunggu mu seumur hidupku. Itu karena aku mencintaimu." ujar Anindya sambil tersenyum berdiri dihadapan tunangannya.

Arkatama tidak menjawab, justru berjalan keluar tanpa memperdulikan Anindya yang berjalan mengikuti dari belakang. Anindya menatap punggung tunangannya itu, " Apakah aku mengatakan hal yang salah?"

Anindya berjalan menghampiri Arkatama yang sedang membaca sebuah dokumen. " arka." ucapnya.

" Ada apa? kamu ingin pulang?"

" Belum, aku menghampiri mu karena ingin tahu apa yang kamu lakukan."

" Aku sedang membaca dokumen. Jika kamu bosan lebih baik kamu pulang, aku akan meminta Bagas mengantarkan mu pulang."

" Tidak perlu, aku masih belum ingin pulang ke rumah. Aku akan tetap menunggu."

" Tapi pekerjaan ku ini masih belum selesai. Aku tidak yakin kita bisa akan keluar malam ini."

" Tidak apa-apa. Aku masih bisa menunggu untuk mengantarkan ku pulang."

" Apa kamu lapar? Kalau begitu aku akan memesan makanan."

" Tidak perlu. Aku tidak ingin menganggu mu, biarkan aku tetap disini menunggu."

" Terserah kamu saja kalau begitu." ucap Arkatama dengan nada kesal karena Anindya selalu saja berkata ingin menunggunya.

" Arka, apa aku mengatakan hal yang salah? Apa aku terlalu berisik atau mungkin kamu tidak suka aku berada disini?"

" Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

" Kamu terlihat sangat kesal denganku. Apa kamu mengatakan hal yang salah?"

" Aku tidak merasa kesal sama sekali."

" Kamu tidak perlu berbohong. Setiap kali aku mengatakan kalimat itu kamu terlihat tidak menyukai."

" Apa maksudmu? Kalimat apa yang kamu maksud?"

" Setiap aku bilang aku mencintaimu, kamu tidak pernah mengatakan hal sebaliknya padaku. Apa kamu tidak mencintaiku?" tanya Anindya, karena selama ini setiap dia mengatakan cinta kepada Arkatama, Artama tidak pernah membalas malah justru pergi dan tidak memperdulikan Anindya.

Kali ini Anindya ingin mempertanyakan perasaan Arkatama padanya, karena selama ini hanya dirinya terlihat begitu mencintai Arkatama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!