Anindya mendorong tubuh Arkatama menjauh. Dia langsung berdiri dan menghindar. " Bagaimana bisa kamu berada di balkon?"
" Aku memanjatnya." jawab Arkatama.
" Kenapa kamu melakukan itu?"
" Bukankah kamu juga melakukan hal yang sama?" ucap Arkatama karena dia tahu apa yang dilakukan tunangannya selama ini.
" Tidak pernah, aku tidak pernah melakukan itu. Lagian juga ada pintu, untuk apa pula aku harus memanjat." sanggah Anindya.
" Oh ya! Jadi kamu berpura-pura tidak pernah melakukannya. Kamu pikir aku tidak tahu apa yang selama ini kamu lakukan di belakangku." ujar Arkatama berjalan mendekati Anindya.
Anindya terus berjalan mundur, hingga punggung menyentuh meja belajarnya. " Tapi setidaknya kamu jangan masuk begitu saja. Ini kamarku."
" Ini juga kamarku. Bukankah dulu kamu pernah jika kamarmu juga kamarku. Dan kamu sendiri yang bilang jika kamu ingin membaginya denganku." ujar Arkatama lebih dekat dengan Anindya.
" Aku tidak pernah mengatakannya." sanggah Anindya lagi.
" Kamu mengatakannya. Aku masih ingat itu."
" Tapi itu saat aku masih kecil. Itu tidak termasuk dalam hitungan." sanggah Anindya lagi.
" Jadi kamu ingin mengingkari apa yang telah kamu katakan kepadaku?"
Anindya terdiam, dia sudah terpojok sekarang. " Ya! karena aku sudah tidak mengingatnya lagi! Kamu lebih baik keluar sekarang!" Anindya mengusir Arkatama dari kamarnya. Kali ini dia membuat Arkatama berjalan mundur.
" Aku tidak akan keluar sebelum kamu ikut bersamaku. Jika tidak akan menginap disini bersamamu."
" Apa! Apa yang telah merasuki mu, hah! Bagaimana bisa kamu ingin tinggal disini bersamaku?" Anindya terkejut, Arkatama tidak seperti biasanya.
" Lagian aku sudah membatalkan pertunangan kita. Jadi kamu lebih baik keluar sekarang." ujar Anindya lagi.
" Tetapi aku tidak akan membatalkan pertunangan kita."
" Apa yang salah denganmu sih! Apa yang membuat mu tidak mengerti?"
" Justru kamu sendiri yang tidak mengerti. Kamu tidak hanya bisa memberikan keputusan sepihak untuk membatalkan pertunangan kita. Tetapi kamu harus membuatnya terlihat masuk akal. " ujar Arkatama kali ini Arkatama yang terus berjalan membuat Anindya kembali mundur hingga Anindya terduduk di kursi belajarnya.
Lebih dekat, bahkan salah satu tangan menahan tubuhnya agar tidak jauh menindih Anindya. Tatapan mata mereka bertemu. Anindya sungguh tidak mengerti dengan perubahan sikap dari tunangannya ini.
" Kamu kenapa sih! Apa salah jika berbicara tidak usah dekat-dekat begini!"
" Emangnya kenapa? Kamu tidak suka?" Arkatama lebih dekat, bahkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Anindya. Membuat Anindya menunduk tak ingin menatap mata Arkatama.
" Aah! Aku tidak suka melihat mu berbicara seperti ini!" Anindya mendorong tubuh Arkatama.
" Anindya, aku sudah membicarakannya kepada tante Cantika. Dan beliau sudah mengizinkannya." ujar Arkatama.
" Maksud kamu, ibu mengizinkan aku tinggal bersamamu. Kenapa ibu bisa segampang itu menyetujuinya?" Anindya tidak percaya jika ibunya menyetujui jika dirinya tinggal bersama Arkatama.
" Kamu pikir aku berbohong?"
" Tentu saja. Aku tidak percaya padamu."
" Ibumu menyetujuinya. Aku ingin kita tinggal bersama untuk lebih saling mengenal satu sama lain."
" Aku tidak percaya, aku akan hubungi ibuku." Anindya tetap tidak percaya jika ibunya berani setuju dirinya untuk tinggal berdua dengan Arkatama.
Arkatama tersenyum tangannya seolah mempersilahkan Anindya untuk menelpon ibunya. Anindya menatap Arkatama dengan kesalnya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi ibunya yang saat itu tidak berada di rumah.
Segera Anindya menghubungi ibunya yang berada di Singapura. Dia menanyakan kepada ibunya apakah yang dikatakan oleh Arkatama adalah benar. Ternyata benar adanya, ibu Anindya sangat menyetujui Anindya untuk tinggal bersama dengan Arkatama. Apalagi kedua orang tua Anindya terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka yang ada di Singapura. Dengan Anindya tinggal bersama Arkatama justru membuat rasa khawatir mereka berkurang.
Ibu Anindya juga mengatakan jika juga tahu selama ini anaknya itu bertindak nakal. Semua itu dia tahu dari pengasuh serta Arkatama sendiri. Meski ibu Anindya tidak tahu jika sebenarnya Anindya menjadi DJ dan penyanyi di sebuah bar.
" Nak, kamu harus tinggal bersama dengan arka. Dengan begitu ibu bisa tenang, karena arka bisa menjaga mu." ujar ibu Anindya melalui telepon.
" Tapi Bu..." Anindya ingin menolak namun tidak bisa.
" Tante, aku akan menjaga Anindya dengan baik. Jika Anindya nakal aku akan sampaikan pada Tante." ucap Arkatama merebut ponsel Anindya yang masih mengobrol dengan ibunya melalui telepon.
Anindya hanya bisa pasrah, ibunya justru menyetujui ide tersebut. Sedangkan Arkatama tersenyum senang.
" Sekarang, bawa barang-barang mu." ucap Arkatama.
" Kenapa kamu buat ide semacam ini sih! Kamu sengaja ya memintaku untuk tinggal bersamamu. Supaya aku tidak diberi kebebasan sama sekali." Anindya begitu kesal dengan Arkatama.
" Katakan saja apa yang ingin kamu lakukan. kenapa kamu marah, kamu menyembunyikan sesuatu?"
Anindya terdiam, dari kalimat yang dilontarkan Arkatama seperti sudah mengetahui jika selama ini Anindya berbohong padanya.
" Jadi, kamu sudah tahu?" ucap Anindya.
" Apa? Emangnya kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Arkatama tersenyum, sengaja menjebak Anindya perkataannya.
Anindya merasa kesal karena hampir terjebak. Beruntung dia belum mengungkapkan dirinya yang sebenarnya. Sedangkan Arkatama tersenyum senang, dia meminta Anindya segera mengemasi barang-barang untuk tinggal bersama dengannya.
" Baik, aku akan tinggal denganmu. Tapi ada satu persyaratan." ucap Anindya dengan kesalnya.
" Apa?"
" Berikan bar attaboy mu itu untukku." ujar Anindya.
Paginya, Anindya menangis memeluk motor sport kesayangannya. " Huaaa.... satriaku... Aku akan meninggalkan mu sendiri disini."
" Anin, kamu ini dramatis banget sih! Kamu itu hanya tinggal bersama dengan arka." ujar Rania yang menemani Anindya di rumah rahasia milik Anindya.
" Justru itu, aku akan jarang kesini dan menikmati waktu bersama satria. Jarak rumah Arka dengan rumah ini sangat jauh. Hiks.. Satriaku..." ujar Anindya menangis memeluk motor sport kesayangannya itu.
Rania hanya bisa diam, melihat adegan drama Anindya yang menangis tidak ingin jauh dari motor kesayangannya.
" Tapi Anin.. Kamu bisa mengendarainya semau mu." ucap Rania.
" Tinggal bersama Arkatama justru tidak akan bebas. Aku akan terus diawasi. Bagaimana bisa aku memiliki waktu untuk mengendarainya. Kalau ketahuan bagaimana?" ujar Anindya.
" Ani, mau sampai kapan kamu menangis sambil memeluk motormu itu." ucap Rania.
Anindya memeluk motor sportnya, seolah tidak ingin terpisahkan. " Rania, bagaimana jika hari ini kita ke arena? Aku ingin mengendarainya sebelum aku meninggalkannya dan tinggal bersama Arkatama." ujar Anindya.
" Kamu pergi saja sendiri. Aku tidak akan kesana karena Rakha ada disana. Aku yakin jika Arka akan mengizinkanmu keluar, tidak mungkin selama kamu tinggal kamu akan diawasi." ujar Rania.
" Aku tidak yakin akan hal itu. Padahal aku ingin mengendarainya sebagai bentuk perpisahan kamu." ujar Anindya merasa sedih melihat Satria.
" Kenapa kamu merasa tidak yakin?"
" Soalnya..."
Anindya teringat semalam dia memberikan persyaratan sebelum tinggal bersama dengan Arkatama. Dia meminta jika bisnis bar Arkatama menjadi miliknya. Arkatama justru tidak menolak hal itu, namu dia ingin Anindya bisa membaik ahli tugasnya untuk menjaga barnya. Dan memang bar itu sengaja dibuat untuk dijadikan hadiah pernikahan mereka nantinya. Namun, Anindya sudah memintanya, Arkatama tidak bisa menolaknya.
" Kamu yakin? Kalau begitu kamu harus bisa mengolahnya. Lagian rakha hanya membantu, namun dia akan fokus pada bisnis arena balapnya. Karena ada anak orang kaya yang sering menyewa arena balapnya itu." ujar Arkatama.
Anindya meragu, usianya yang masih dan minim pembelajaran tentang bisnis sangat tidak mungkin baginya untuk mengolah bar tersebut.
" Anin, kamu harus belajar bisnis dariku sebelum mengolah bar tersebut." ujar Arkatama.
Anindya hanya bisa pasrah, bagaimanapun dia tidak bisa mengelak lagi. Kini Anindya harus mengucapkan selamat tinggal dengan hal-hal yang dia sukai, sebelum menjadi Anindya yang diinginkan oleh Arkatama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments