Di malam Arkatama menjemput Anindya untuk tinggal bersama dengannya. Anindya tidak ingin segera pergi bersama Arkatama. Dia membuat kesepakatan dengan Arkatama untuk memberikannya waktu untuk bersiap-siap sebelum dirinya tinggal bersama dengan Arkatama. Menurutnya, Arkatama terlalu cepat mengambil keputusan sehingga dia tidak bersiap-siap untuk itu.
Awalnya Anindya meminta waktu satu bulan, namun Arkatama menolak. Anindya memohon untuk satu minggu, namun Arkatama tetap menolak. Anindya meminta lagi lima hari, Arkatama malah justru minta satu hari. Tetapi Anindya tidak menerima, dia mohon untuk diberi waktu tiga hari untuk menikmati hidupnya selama tinggal di rumahnya. Arkatama menyetujui hal itu, namun sebelumnya Arkatama memberikan ancaman untuk Anindya agar tidak berencana untuk kabur.
Karena waktu yang diberikan hanya tiga hari, Anindya meluangkan waktunya bersama Rania di rumah rahasia mereka. Sekaligus ingin mengucapkan selamat tinggal kepada rumah rahasianya serta satria motor sport kesayangannya.
" Aku jadi bingung dengan sikap Arkatama akhir-akhir ini, dengan tiba-tiba dia meminta ku untuk tinggal bersamanya. Bahkan pembicaraan semalam seolah dia tahu apa yang aku lakukan tanpa sepengetahuannya." ujar Anindya duduk di sofa bersama Rania sambil mencurahkan isi hatinya, dan keluh kesahnya kepada sahabatnya itu.
" Eum.. Anin.. Ada haka yang belum sempat aku katakan padamu." ujar Rania.
" Apa?"
" Saat itu kamu memang sedang mabuk dan kamu tidak mengingat apa-apa. Saat aku pulang duluan, tiba-tiba Rakha sudah ada didepan bar. Entah siapa yang memberitahu Rakha tentang keberadaan kita. Aku curiga jika Arka juga ada di bar malam itu." ujar Rania.
"Benarkah! Jadi malam itu Rakha datang menjemput mu?" Anindya terkejut mendengarnya. Jika begitu apa yang jadi kecurigaan Rania ada benarnya.
" Aku hanya mencurigai saja. Soalnya tidak mungkin Rakha tahu jika kita ada di bar libra malam itu. Dan mungkin saja laki-laki yang kamu bilang mirip dengan Arka, bisa saja itu beneran Arka. Jika benar, berarti laki-laki yang menciummu, adalah arka." ujar Rania menebak kejadian saat Anindya mabuk.
" Tidak mungkin! Tidak mungkin Arka senekat itu. Tapi akhir-akhir sikap sungguh aneh. Dia terus memaksa untuk tinggal bersamanya, dan dia juga sampai meminta izin pada ibuku. aku merasa jika ada yang yang direncanakan oleh arka." Ujar Anindya yang mulai merasa curiga dengan Arkatama, tunangannya.
" Mungkin dia begitu karena dia mencintaimu." tebak Rania.
" Tidak, dia tidak seperti itu. Dia tidak pernah mengatakan padaku alasan dia meminta untuk tinggal bersamanya. Aku sangat yakin jika dia memiliki rencana tersendiri. Untuk itu aku mau tinggal bersamanya dan mencari tahu apa yang telah dia rencanakan. Setelah aku tahu, aku akan memutuskan untuk membatalkan pertunangan kami." ujar Anindya yang sudah mulai curiga dengan sikap Arkatama yang berubah padanya.
" Bisa jadi sih. Dia menyimpan rahasia dari mu."
" Makanya itu, aku tidak akan tinggal diam, dan harus mencari tahu. Untuk itu aku tidak ingin menjadi anindya yang arka inginkan selamanya. Namun, aku harus bertahan demi mencari tahu apa yang arka rencanakan tanpa sepengetahuan ku." ujar anindya dengan tatapan mata curiga seolah berpikir apa yang telah direncanakan tunangannya itu.
Arkatama mengunjungi sirkuit atau arena yang dimana pemiliknya adalah kakaknya sendiri. Kebetulan Arkatama sebagai sponsor dia mengunjungi sekaligus ingin tahu perkembangan sikuit tersebut. Akan ada perubahan logo untuk sirkuit tersebut, itu yang sudah direncakan oleh Rakhatama. Setelah menerima semua laporan, Arkatama dan Rakhatama berjalan berdua sekaligus membicarakan tentang kekasih mereka masing-masing.
" Aku tidak tahu bagaimana menyenangkan hati Anindya. Aku sudah mengatakan jika aku akan memberikan bar attaboy untuknya, tetapi dia tidak menerimanya." ujar Arkatama setelah kejadian malam itu, dimana dirinya sempat memberikan bar attaboy sebagai bentuk persyaratan agar Anindya mau tinggal bersamanya. Namun, dilihat dari raut wajah Anindya sepertinya Anindya tidak bisa menerima itu.
" Kamu serius akan memberikan attaboy untuknya?" tanya Rakhatama meski dia tahu sebagian bisnis adiknya ini juga berkat bantuan dari keluarga Anindya.
" iya, semuanya, baik attaboy bahkan merek perusahaan akan menjadi miliknya. Tapi untuk saat ini aku yakin dia hanya mengujiku, karena semalam dia sempat meminta attaboy sebagai bentuk persyaratan untuk tinggal bersamaku. Dia mungkin berpikir jika aku tidak akan memberikannya attaboy." ujar Arkatama.
" Apa kamu tahu jika belakang ini Rania dan Anindya beberapa kali kesini tanpa sepengetahuan mu?" ujar Rakhatama.
" Aku tahu itu, tapi kamu juga tidak memberitahu ku."
" Aku tidak memiliki waktu untuk mengatakan hal itu kepadamu. palingan kamu sudah mengetahuinya. Lagian jika aku mengatakannya, kamu tidak akan percaya. Dan lagi pula aku bukan orang ikut campur dalam kehidupan orang lain. Kamu seharusnya tidak menuduhnya menyimpan rahasia darimu. Aku pikir masalahnya adalah cara kamu berurusan dengannya." ujar Rakhatama.
" Apa ini berbicara tentangku atau dirimu sendiri?" tanya Arkatama mendengar ujaran dari kakaknya barusan.
" Aku ini orangnya santai tidak seperti dirimu yang tegas." ucap Rakhatama.
Hal itu memicu sebuah senyuman muncul di wajah Arkatama. Rasanya dia ingin menertawakan kakaknya sendiri. " Menurut mu dimana Rania sekarang?" tanya Arkatama.
Rakhatama menjadi bingung, karena dirinya memang tidak tahu keberadaan kekasihnya itu. "Aku tidak tahu." jawabnya sambil mengahlikan pandangannya.
Arkatama seolah tahu kakaknya, dia sangat yakin sebentar lagi kakaknya akan menghubungi Rania dan bertanya kemana kekasihnya itu pergi. " Kamu bilang jika kamu orangnya santai, apakah kamu masih santai meski tidak tahu kekasihmu dimana?"
Dan benar saja wajah Rakhatama berubah, seketika dia menjauh dan mengambil ponselnya didalam saku celananya. Mencoba untuk menghubungi kekasihnya itu, namun tidak ada jawaban. Hingga dia menghubungi karyawan di rumah untuk menanyakan apakah kekasihnya itu ada benarnya. Namun nyatanya Rania tidak ada di rumah, dan karyawan tidak tahu kemana Rania pergi.
" Kamu tidak menemukannya?" tanya Arkatama.
" Aku tidak menemukannya." jawab Rakhatama.
Rakhatama begitu khawatir dengan kekasihnya yang tidak tahu kemana. Membuatnya harus beranjak pergi tanpa berpamitan dengan Arkatama hanya untuk mencari tahu kemana kekasihnya itu pergi. Sedangkan Arkatama hanya bisa tersenyum. Dia tahu akan kelemahan kakaknya.
Di kampus, Anindya tengah mengikuti kegiatan olahraga. Kali ini mereka diajarkan cara menenangkan bola agar bisa masuk ke gawang. Anindya saat itu tengah dalam masalah, dan masih kepikiran akan ajakan Arkatama untuk tinggal bersama, membuatnya menjadi kurang fokus saat latihan. Namun nyatanya latihan saat itu justru membawa keberuntungan bagi Anindya, karena dia berhasil mencetak gol dengan baik meski sepatunya harus ikutkan masuk ke gawang.
Saat tengah istirahat, Anindya termenung sendirian. Pikirannya terus melayang, memikirkan jika tiga hari lagi dia akan menetap bersama Arkatama. Bintang yang berada didekatnya menyadari jika temannya itu tengah dalam masalah.
" Kamu kenapa?" tanya bintang kepada Anindya yang duduk disampingnya.
" Tidak apa-apa." jawab Anindya namun raut wajahnya tidak bisa menipu.
" Aku tahu kamu sedang dalam masalah. Sebagai seorang teman aku hanya memberikan saran aku kamu sering berdoa, dan beribadah kepada Tuhan. Tuhan maha mendengar, dia bisa membantumu dalam menyelesaikan masalah." ujar bintang selalu teman Anindya yang paling alim.
" Makasih atas nasihatnya." ucap Anindya.
Meski sudah mendapatkan nasihat dari temannya, namun Anindya masih memikirkannya. Rasanya dia sudah tidak punya solusi lagi. Mau bagaimanapun dia harus terima untuk tinggal bersama dengan Arkatama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments