Bab 6

Keesokan harinya

Soraya melihat ke arah cermin yang tergantung di mobilnya, memastikan wajahnya sudah  rapih dan tidak pucat, saat ini Soraya sedang berada di basement apartemen dan kliennya, karena  klien Soraya meminta meeting di laksanakan di apartemen hingga Soraya pun datang ke apartemen ini.

Setelah memastikan tampilannya rapih, Soraya langsung turun kemudian dia langsung berjalan ke arah lift untuk naik ke apartemen klientnya.

Setelah berada di depan pintu, Soraya langsung menekan bel hingga tak lama pintu terbuka, dan muncullah lelaki yang paling Soraya  hindar, siapa  lagi jika bukan Mario, rupanya Mario yang akan mengunakan jasa Soraya untuk membangun rumah.

"Silahkan masuk, kita bicara di dalam" Setelah 8 tahun berlalu, bisa d bilang untuk pertama kalinya lagi Mario berbicara pada Soraya, dan tentu saja ucapan Mario barusan begitu membuat Soraya sesak, karena Mario berbicara formal seolah tidak mengenalnya.

''Silahkan masuk," ucap Mario ketika Soraya tidak kunjung masuk hingga Soraya tersadar dan dia pun langsung masuk kedalam. Saat masuk ke dalam, Soraya di landa sesak yang luar biasa ketika melihat ke dinding di mana di dinding itu tergantung foto keluarga Mario,   foto keluarga itu sangat indah di mata Soraya, tapi tentu sangat menyakitkan.

" Silahkan duduk," ucap Mario ketika sedang berada diruang tamu, hingga Soraya mengangguk dan Mario pun langsung pergi dan sepertinya lelaki itu  sedang memanggil Regina, istrinya.

''Hallo Nona Soraya,"  ucap Regina, wanita itu tersenyum pada Soraya, hingga Soraya langsung  bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya. Jujur, walaupun dia masih mencintai Mario, tapi dia tidak pernah menyesal dengan keputusannya dulu, walaupun sekarang dia melihat Mario sangat mencintai keluarganya, tapi dia sama sekali tidak merasa iri, mungkin karena Soraya sudah merasa iklash dengan hidupnya hingga dia merasa lapang dengan apa pun yang terjadi.

Dan pada akhirnya, Mario dan Regina pun mengutarakan keinginan mereka tentang rumah impian mereka , dan selama pembicraaan berlangsung, Soraya berusaha profesional,  padahal hatinya teramat nyeri karena ternyata Mario dan Regina, menginginkan design rumah yang pernah Soraya impikan.

Dulu ketika dia masih berpacaran dengan Mario, Soraya pernah mengatakan bahwa dia ingin design rumah dengan design klasik dan di padukan dengan nuansa retro, dan sekarang ternyata Mario membangunkan itu untuk Regina.

"Baik, Tuan Mario, nona Regina, aku akan meninjau tanahnya besok dan akan menyuruh tim untuk bersiap, kalau begitu meeting kita tutup." Soraya bangkit dari duduknya, dia mengulurkan tangannya pada Regina untuk berjabat tangan begitupun dengan Regina yang menerima uluran tangan Soraya.

Namun saat Soraya berjabat tangan dengan Mario, Mario malah bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja mengabaikan Soraya, hingga Soraya langsung menarik tangannya kembali dan pamit pada Regina.

Setelah masuk kedalam mobil, Soraya tidak langsung pergi, dia melihat sketch di tangannya lalu tersenyum getir, "Aku ingin sekali rumah seperi ini, tapi sayangnya ini bukan untukku," lirih Soraya saat melihat sketch rumah yang akan dia rancang untuk Mario dan untuk Regina.

Sebenarnya mungkin Soraya bisa saja membangun rumah yang dia mau, tapi Soraya berpikir, dia hanya tinggal berdua dengan Kirea dan tinggal di apartemen saja sepertinya sudah cukup, terlebih lagI Soraya sedang bermimpi ingn mempunyai kantor sendiri dan dia hasus menabung lebih keras lagi.

***

Soraya masuk kedalam apartemen, wanita itu mengerutkan keningnya kala dapurnya tampak berantakan, "Kau sudah pulang?" tanya Cio dari arah belakang, membuat Soraya langsung memegang dadanya, karena terkejut.

"Cio, kau mengagetkanku," ucap Soraya ketika Cio berbicara dari arah belakang.

"Ak pikir kau sudah pulang," ucap Soraya, karna terasa aneh jika Cio berada dengan waktu yang lama di apartemennya, tadi setelah dia keluar dari rumah sakit dia lagsung pergi ke apartemen Mario dia pikir, Cio sudah pulang dan Kirea menunggu di apartemen seorang diri, tapi ternyata Cio masih di sini.

"Mana mungkin aku tega membiarkan Kirea menunggu sendiri di apartemen," jawab Cio.

"Maafkan aku merepotkanmu, Cio. Tapi kau tidak perlu khawatir, kIrea sudah biasa sendiri di sini.”

Soraya tersenyum di akhir kalimatnya, tapi Cio tau bahwa itu adalah senyum kegetiran. 

"Mommy!'' panggil Kirea dari arah dalam, membuat Soraya tersenyum, wanita itu langsung berjalan ke arah putrinya yang sudah memakai seragam sekolah.

“Kau  sudah menyiapkan semua bukumu?”  tanya Soraya, Kirea  menggangguk.

“Daddy  membantuku untuk menyiapkan buku.”

Ketika  mendengar itu, rasa sakit langsung menancap di hati Soraya,  bukan karena ucapan putrinya, tapi melainkan ekspresi Kirea  yang tampak bahagia. Padahal, ini hanya hal sederhana tapi mampu membuat mata putrinya berbinar.

“Mommy, mommy tidak apa-apa?” tanya  Kirea ketika melihat mata Soraya mengembun, hingga Soraya langsung menggeleng.

“Mommy, tidak  apa-apa. Ya sudah, Mommy  harus mengganti pakaian dulu," ucap Soraya hingga akhirnya Kirea pun mengangguk lalu berbalik untuk mengambil tasnya.

“Soraya Kau lelah?” tanya Cio,  dan ketika Cio  bertanya seperti itu, bulir bening langsung terjatuh dari pelupuk mata Soraya, pertanyaan ini begitu sederhana. Tapi tidak pernah ada yang menanyakan padanya . Mungkin orang berpikir Soraya  berlebihan, menjauh pada semua keluarga yang sangat menyayanginya.

Tapi tentu saja Soraya punya alasan tersendiri dia tidak ingin dekat dengan keluarga angkatnya, Karena dulu Ibu angkatnya pernah menuduh Soraya ingin menggoda Ayah angkatnya, dan tentu saja sampai detik ini ucapan Helmia masih menancap di di hati Soraya.

Sedangkan untuk dekat dengan keluarga kandungnya dia terlalu takut, dia terlalu takut semuanya terbongkar, dan Kaka kandungnya akan menyelamatkannya.

Dan tentu saja ketika ada yang bertanya hal sederhana itu mampu menyentuh hati Soraya.

“ Soraya kau tidak apa-apa?”  tanya cio yang langsung berjalan kemudian dia memegang bahu Soraya, dan ketika tangan Cio  bersentuhan dengan Soraya, Cio merasakan perasaan yang aneh.

“Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Soraya sambil menghapus air matanya.

“Jika kau lelah, biar aku yang mengantar Kirea  ke sekolah.”

Soraya  mengangkat kepalanya. “Kau mau mengantar Kirea?”  tanya Soraya yang terkejut.

“Hmm,  aku akan mengantarnya,  kebetulan aku  tidak bekerja.”

“Lalu bagaimana dengan Marry?"  tanya Soraya,  beberapa kali Soraya bertemu dengan kekasih Cio,  dan responnya terlihat biasa saja, tapi Soraya tau, Merry tidak menyukainya dan tidak menyukai Kirea, bahkan ketika Cio berada di apartemennya pun Merry selalu menyuruh Cio untuk pulang.

Itu  sebabnya jika tidak terlalu urgent, Soraya tidak pernah menelepon Cio, karena dia menghormati kekasih suaminya.

“Merry sedang berlibur bersama teman-temannya, jadi aku bisa  menjemput Kirea ke sekolah, kau  istirahatlah apalagi kau baru saja keluar dari rumah sakit."

  Soraya yang sudah tidak sanggup untuk menahan tangisnya menggangguk,  kemudian dia berbalik lalu masuk ke dalam kamar.

Terpopuler

Comments

SRI HANDAYANI

SRI HANDAYANI

nyesek soraya mungkin hari esok ada kebahagiaan yg datang menghampirimu 💪💪💪💪💪

2024-06-11

1

Andri

Andri

marry tak tahu diri

2024-02-03

2

Qorie Izraini

Qorie Izraini

cibta emang gak bisa di paksa kan.
tapi cinta juga akan terasa sangat menyakit kan,pabika ia jatuh pada tempat yeg tdk tepat

2024-01-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!