A Bond Of Destiny
"Bangun! Sialan!" teriak wanita itu.
Dengan riasan yang sedikit tebal disertai lipstik merah menyala. siap untuk menyemprotkan ribuan kalimat.
"M..aaf, ma. Olivia kesingan" wanita itu langsung berdiri dengan rambut yang berantakan dan wajah khas orang bangun tidur.
"Maaf? Kau tau, kamu itu anak tidak tau di untung di dunia ini! Seharusnya lebih tau diri, kamu itu numpang disini gadis sialan!" Wanita itu menatap tajam.
Jam menunjukkan pukul 05.00 pagi. namun mamanya itu sudah menganggap terlambat. sungguh keterlaluan bukan.
Setiap hari dirinya harus bangun pagi-pagi buta untuk membereskan rumah dan memasak untuk semua orang.
"Segera kamu bereskan rumah! dan satu lagi, anak ku tersayang saat ini, sedang ingin makan Pasta jamur! dengar itu?" wanita itu menatap remeh.
"Bukan kah, Olivia juga anak mama?" Ia berbicara dengan lirih. entah keberanian dari mana, yang membuat dirinya menanyakan hal itu. padahal dirinya tau persis jawaban apa yang akan di dapatkan.
"Haha, kamu itu hanya anak sialan! jadi jangan berharap menjadi anak kesayangan! karena itu tidak akan mungkin! paham!" Wanita itu menatap garang.
kalimat yang terlontar, memang terlihat biasa saja. tapi bagi Olivia itu adalah kilatan guntur yang mengerikan dan menyakitkan.
berulang kali dirinya harus paham. Entah hal apa yang membuat dirinya diperlakukan sangat berbeda dengan kakaknya.
Sakit? tentu saja, siapa yang tidak sakit. Mendapatkan perlakuan yang tidak adil, dirinya juga manusia yang bisa merasakan sakit. Apalagi, sedari kecil dirinya ingin sekali mendapatkan apa yang di dapatkan oleh kakaknya.
"Sekarang, Cepetan! bereskan rumah dan masak buat kami!" Wanita yang di panggil mama itu pergi keluar dari kamar. berjalan pergi tanpa menghiraukan bagaimana perasaan anaknya.
"Iya mah" Ia kembali menunduk menutupi air matanya yang berderai. Setiap hari, dirinya harus menguatkan hati. dan meyakinkan diri kalau suatu saat ibunya akan berubah sayang dengan dirinya.
'Hufhh, semangat Olivia! semua akan berakhir indah! tenang saja!' ujarnya dalam diri sembari mengenggam erat jari jari tangan nya.
Setelah iya, dirinya mulai memberesakan rumah mulai dari ruang tamu, lalu ke dapur hingga halaman belakang.
" Rasanya tulang ku, ingin patah" Olivia menegangkan otot-otot nya yang terasa kaku.
"Mama! ini kenapa Pasta Jamur ku mana" suara melengking memecah sunyi. suara itu dari dapur.
"Aduh, Mana aku belum masak lagi" Olivia berlari menuju dapur. dirinya belum sempat minum air sudah ada teriakan yang akan membangunkan keributan.
"Ma...maaf kak, Oliv belum sempat masak, tunggu sebentar ya, Olivia masak dulu" Olivia berbicara pelan. menetraliris rasa takutnya.
"Maaf? kamu bilang maaf! Tau kalau ini sudah jam 07.00? itu artinya sebentar lagi aku akan berangkat kuliah! Argh! bisa telat aku" wanita itu merentetetkan kalimat dalam sekali nafas.
Olivia sudah biasa mendengar rentetan kalimat. masih untung mamanya juga nggak ikut mengomeli dirinya.
"Cepet masak! Kenapa diam saja? hah!"
"I...iya kak" Olivia mulai menggerakkan tangannya dengan lihai. membuat makanan yang diminta oleh kakaknya dengan cepat.
setelah beberapa menit akhirnya hidangan itu sudah matang. ia pun meletakkan ke dalam piring dengan ditemani air putih.
meletakkan makanan itu di depan kakaknya yang sedang berselancar di dunia maya.
"Ini ya kak, Oliv ke kamar dulu" ujar oliv.
"Hemm"
setelah mendapatkan jawaban dari sang kakak. Olivia menuju kamar untuk bersiap untuk berangkat kuliah.
langkah nya berjalan terburu-buru. jarak antara rumah nya dengan kuliah cukup jauh. jadi harus berangkat lebih awal atau dirinya tidak akan masuk di jam pertama.
setelah selesai mandi dan bersiap dengan pakaian yang lebih rapih. dirinya menatap di kaca berukuran sedang. memoles dirinya dengan lipcream berwarna calm agar terlihat tidak pucat. Meskipun dirinya menggunakan Lipcream, tapi tidak sampai suka dengan make up.
"Nah, sekarang tinggal berangkat" Ia tersenyum lembut. senyumnya itu sangat cantik, tapi dirinya selalu menunduk. sehingga tidak pernah terlihat oleh orang lain.
Olivia menuruni tangga. disekitar rumah sudah sangat sepi. itu menandakan ibu nya sudah pergi dengan geng sosiolita nya. sedangkan papa nya sudah berangkat ke perusahaan tempatnya bekerja. lalu Kakaknya jelas sudah pergi ke kampus, biasanya dijemput oleh pacarnya atau naik mobil sendiri.
Olivia tidak pernah di izinkan untuk mengendarai mobil, katanya nanti banyak kuman, rusak, dan sebagainya. sehingga dirinya lebih memilih naik transportasi umum atau taxi. Itu pun harus berjalan kaki terlebih dulu.
Olivia menatap jam tangan, yang menunjukkan pukul 08.10. menandakan perkuliahan di jam pertama akan segera dimulai.
"Nggak papa lah, izin lagi" Ia bergumam dengan langkah terus berjalan cepat.
setelah mendapatkan taxi. Olivia bernafas lega, setiap hari dirinya selalu bergulat dengan waktu yang terus berjalan dengan cepat.
kenapa? Pertanyaan itu selalu mengahnyui langkahnya, ada banyak tanya tapi dirinya terlalu malas. karena dirinya tau akhir dari pertanyaan itu hanyalah makan yang tidak layak di terima.
Bahkan ketika dirinya mendapatkan amukan dari sang mama dan kakak. tidak ada yang akan membelanya sekalipun itu papa nya.
"Terima kasih Pak" Setelah menyadarkan beberapa lembar uang. Olivia berjalan dengan sedikit berlari.tidak pernah memperhatikan penampilannya seperti apa. yang terpenting sekarang ialah dirinya tidak lagi terlambat.
Brakk
"Maaf, maaf saya benar-benar tidak sengaja" Olive menundukkan sedikit badannya. kembali berlari menuju ruangannya. Menghiraukan orang yang siap meraung itu.
"Ya!! Kurang ajar, Dasar gadis sialan!!" suaranya menggemari di seluruh kampus. wanita itu memungut kembali kertas yang berserakan ulah si Olivia.
Disisi lain Olivia memasuki ruangan yang terlihat sangat ramai. tetapi di depan belum ada dosen yang datang.
"Kenapa dosen belum ada?" Olivia beranya pada anak laki-laki yang berdiri dekat jendela.
"Kamu tidak buka grup kelas kah? Hari ini, dosen datang sedikit terlambat" ujar lelaki itu sinis.
"Ya biasa aja lah" Olivia sudah biasa mendapatkan jawaban yang seperti itu. karena lelaki di kelas nya hanya akan menjawab dengan wanita cantik saja.
Tapi dirinya tidak pernah ambil pusing. Toh mau bagaimana pun jawabnya, iya tetap mendapatkan jawaban. Meskipun dengan cara yang berbeda.
Setelah itu dirinya duduk di kursi yang ada di belakang. tidak berapa lama Dosen laki-laki yang cukup berumur itu pun muncul.
"Tumben, kamu nggak izin lagi Olivia" Ucap Dosen itu. Menatap wanita yang sedang duduk tenang.
"Hehe, iya pak, kali ini Oliv nggak telat dan nggak izin pak" Olivia menampilkan deretan gigi putih yang menambah senyum nya.
"Terus seperti ini. kasian mama mu, susah-susah cari uang" Nasehat dosen itu.
'Tidak tau saja pak, mereka bahkan tidak perduli dengan ku, bahkan mereka menganggap aku ini anak sialan! Olivia masih mempertahankan. senyumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments