Hukuman

Lelaki itu terus saja memukul Olivia yang sudah lemas tak berdaya. Bahkan air mata pun sudah kering tak lagi mengalir. Seakan dirinya sudah pasrah dengan takdir hidup nya.

Wanita setengah abad itu masuk ke dalam gudang. Menatap puas, akan perlakuan sang suami.

'Selamanya kamu akan terus menderita oliv!'

"Pa, sudah lah kasian oliv kalau kamu menghukumnya terus menerus, dia bisa mati pa! bagaimana pun oliv tetap anak kita" wanita itu memasang wajah yang kasihan dan seperti seorang ibu yang mampu merasakan iba.

Tapi tidak ada yang tahu dibalik wajah itu. Selama ini memang dirinya juga tidak lebih kejam dari suaminya. Selalu menghukum tanpa pernah mendengarkan pembelaan.

"Ma, anak seperti dia tidak perlu dikasihani! Kalau mama apa-apa kasihan, anak ini bisa makin ngelunjak!" Lelaki itu menatap Olivia yang tergeletak tak berdaya.

Banyak luka dan memar dalam wajahnya. rambut nya yang berantakan dan sorotan mata nya yang sendu. Namun hal itu, tidak membuat lelaki itu bersikap kasihan padanya.

"Tapi bagaimana kalau dia kenapa-kenapa! nanti kamu bisa menyesal pa" wanita itu tersenyum lembut. penuh dengan kasih sayang dan perhatian.

"Mati pun aku jauh lebih senang ma!, hah, sebaiknya mama urus anak tidak tau diri ini" Lelaki itu perhi menjauh. meninggalkan semua luka yang nyaman di peluk.

'Kalau tidak mengingat, kamu masih berguna di rumah ini, sudah aku biarkan suami ku tercinta itu, membuat mu memasuki alam yang baru' Tanpa dilihat wanita itu tersenyum kecil dengan sorot yang tidak bersahabat.

"Bangun! segera bersihkan tubuh kotor ini, terus jangan lupa, masak buat makan malam kami!DENGER!" Wanita itu segera pergi menjauh. Baginya sungguh memuakkan ketika harus satu ruangan dengan dirinya.

Perlahan Olivia duduk bersandar pada dinding lusuh. menatap nanar lurus kedepan, Hati nya seperti sudah mati. Hanya diam dan perlahan berdiri menggerakkan tubuhnya yang penuh luka.

Dirinya seakan lupa, apa saja yang sudah dilakukan papa nya itu. Kepalanya sangat berat seperti ingin pecah menjadi ribuan keping.

Tangan rapuh nya terus mencari pegangan untuk menguatkan langkahnya. Sekarang dirinya hanya perlu kembali ke kamar nya.

Langkah nya sampai di halaman belakang, perlahan kepalanya mendongak menatap ke langit-langit yang nampak gelap dengan semburat jingga.

'Senja memang tidak selalu merekah jingga, tapi tidak pernah ada yang membenci nya, Tuhan cara mu memberi perpisahan pada siang, sangat lah mengesankan' Perlahan dirinya berjalan menuju rumah.

Rumah? Pantas kah disebut rumah, kalau di dalam nya penuh pisau. pisau yang dapat kapan saja menikam, tanpa aba-aba.

Sesampainya di dalam dirinya terus berjalan menghiraukan kedua wanita yang sedang tertawa. Seakan puas dengan apa yang menimpa dirinya.

"Nggak usah deh, ngerasa sok tersakiti, udah kayak mau sekarat aja" ujar Alicia dengan tatapn sinis.

"Udah biarin aja, bahkan papa aja bahagia kalau dia beneran sekarat! dasar anak sialan, enyah kamu dari hadapan kami!" Wanita itu teriak. Menatap jijik seakan Olivia adalah kuman.

Olivia kembali melangkah dengan tertatih-tatih. Sekacau apapun dirinya, dia harus bisa bertahan agar semua sabar nya berakhir memuaskan.

'Semua pasti akan berakhir indah oliv! mereka suatu saat akan menyadari kesalahan nya dan menerima mu dengan baik' Harapannya kembali melambung tinggi. tanpa ia tau kalau harapan itu lah yang nanti akan menghancurkan dirinya.

Setelah sampai kamar yang tidak terlalu luas. Tapi cukup hangat dan nyaman bagi dirinya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur berukuran sedang. Menatap luar jendela yang nampak suram.

Perlahan Ia pun bangkit menuju kamar mandi. Membersihkan segala luka yang menempel padanya. Di dalam Ia perlahan melepaskan pakaiannya dan mengguyur dengan air dingin.

"Aishh, Sehhh!" Dirinya hanya mampu menahan setiap rasa perih.

Setelah beberapa lama, ia pun keluar dengan handuk yang melilit tubuhnya. Kulit putih tulang yang dipenuhi lebam dan luka. Seakan nyaman disana, tidak pernah ingin pergi.

Dirinya berjalan menuju kaca besar dan mengoleskan luka-luka yang tidak terjangkau oleh mata.

Dor Dor Dor

"Hee! anak sialan, Cepetan masak! Jangan-jangan kamu malah asik-asik kan tidur ya!"

"Iya kak, Sebentar!" Olivia bergegas memakai baju biasa yang terlihat sederhana sangat jauh dari kemewahan.

Setelah selesai, tanpa memoles muka dirinya keluar dari kamar dan bersiap menuju dapur. Walaupun dirinya baru saja mendapatkan hukuman, tetapi dirinya masih tetap memasak dan mengurus rumah.

Dengan cekatan tangan yang penuh lebam itu menarik bumbu dan bahan yang akan di masak. Tidak membutuhkan waktu lama dirinya menyelesaikan hidangan yang pertama. Keluarga nya selalu meminta nya memasak dengan tiga hidangan. Lauk sayur dan pelengkap selalu menjadi hal wajib.

"Lelet banget sih! mama, Alic sudah lapar" wanita itu mengerucutkan Bibirnya dengan nada seolah sedih.

"Kamu dengar itu Oliv!"

"De...dengar ma" Dirinya menoleh sekilas. lalu melanjutkan kegiatan memasak nya dengan segera atau dirinya akan mendapatkan hukuman.

Sebenarnya dirinya juga sangat lapar. Berulang kali perut nya bunyi, namun suaranya tertutup oleh pergerakan alat masak.

Setelah beberapa lama akhirnya semua hidangan sudah selesai. Dirinya meletakkan semua makanan di meja, disana sudah ada papa nya yang sibuk dengan dunia nya sendiri.

Olivia menggeser kursi untuk dirinya duduk dan makan bersama.

"Eh! mau apa kamu?" Tanya wanita itu.

"Oliv... b...boleh ikut ma...makan bersa...ma ya?" ujar oliv gugup.

"Hilang selera aku ma, kalau ini anak makan sama kita"

"Pergi kamu dari sini!" bentak papa nya. tanpa menatap dirinya.

'Segitu benci nya papa sama oliv ya'

Perlahan langkahnya menjauh. Selalu seperti ini, dirinya akan makan setelah mereka semua selesai makan. Tidak jarang dirinya hanya kebagian sisa makanan yang sudah berantakan.

"Tuhan, tolong beri kesempatan oliv buat bahagia tuhan, Kalau bisa milih Oliv pengen pulang" wanita itu menatap langit yang mulai gelap.

Remang-remanng lampu jalan mulai menyala satu per satu. Pemandangan alam seperti ini dengan aroma hujan adalah hal yang mampu memberi kekuatan baginya.

Pulang? Satu kata yang entah makna nya apa. Padahal dirinya sudah berada pada kata pulang, tetapi dirinya masih menginginkan pulang yang lebih dalam.

Pulang yang tidak akan kembali atau pulang pada rumah yang baru dan lebih memberikan kenyamanan dan rasa aman.

'Kemana lagi takdir ku kau bawa tuhan? aku ikut saja, tapi aku sangat lelah. Boleh kah aku menyerah ketika lelah ku sudah tak mampu ku tahan?' Sorot mata nya sangat dalam. warna almond yang sangat jarang dimiliki oleh orang lain itu bersinar dikala gelap.

Olivia merupakan wanita yang sangat cantik. Bahkan kecantikan nya melebihi kakaknya. postur wajah yang sangat berbeda dari semua orang yang ada di rumah. terkadang membuat nya berfikir. Siapa dirinya sebenarnya, karena tidak ada wajah yang mirip dengannya. Hanya bentuk hidung yang mirip dengan sang papa. Selebihnya tidak!

Terpopuler

Comments

Elyn Bvz

Elyn Bvz

Suka banget sama karakternya, aku jadi bisa relate sama ceritanya.

2023-11-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!