Kambing Hitam

Rasanya tubuhnya sangat ringan. Tapi hati nya benar-benar berat. Tidak tau lagi, dirinya harus bersikap seperti apa. Perlakuan kakak dan mama nya yang begitu tega padanya.

'Sebenarnya, siapa aku? kenapa aku seperti anak dari orang lain. tak pernah ku temui kasih sayang dalam tatapan mereka, hiks... tuhan beri aku kekuatan atau tolong jemput aku pulang' Dirinya menatap langit yang hitam pekat.

Bintang menari dalam angkasa. Menghibur para penghuni yang terluka. Olivia tersenyum kecil, melihat salah satu bintang yang terlihat berjalan.

"Takdir seperti apa, yang membuat aku memilih menjalani hidup di muka bumi? hufhh! Oliv, Oliv mau sampai kapan kamu seperti ini" Dirinya beranjak menuju meja rias juga meja belajar.

Tumpukan buku dan beberapa kosmetik bertengger dengan rapi. Dirinya mulai membuka laptop dan berselancar di sana.

"Mendingan cari-cari tempat kerja yang bisa part time , biar bisa langsung kerja nanti pas udah wisuda" Gumamnya dengan terus mencari informasi perusahaan yang membuka lowongan.

Olivia sebenarnya sudah lulus. Hanya menunggu di sah kan dan perayaan wisuda. Kepintaran dan ketelitian nya, dalam melakukan sesuatu membantunya sehingga cepat lulus.

Sedangkan Alicia, merupakan mahasiswa sem. 10 yang entah sampai kapan akan menjadi donatur kampus nya. Olivia kuliah di kampus ternama karena mengikuti beasiswa yang di tanggung selama 8 semester.

Hal itu lah, yang membuat dirinya nekat kuliah dengan segala ketidak setuju an di awal nya. Namun karena tekat dan niat nya yang besar, akhirnya dirinya bisa kuliah.

Dirinya tidak pernah mendapatkan uang saku dan bantuan biaya dari kedua orang tua nya. Selama ini dirinya sering melakukan jasa joki tugas, sehingga bisa membiayai kebutuhan sehari-hari.

"Tunggu! ini kayaknya cocok deh untuk aku, apa lagi sekarang jarang banget ke kampus udahan, tinggal nunggu pengesahan aja" Tangannya dengan cekatan memasukkan surat lamaran pekerjaan dengan beberapa dokumen pendukung.

'Semoga setelah aku bisa menghasilkan uang sendiri, Papa sama mama bisa bangga sama aku, huuh! nggak sabar nya' Dirinya tersenyum kecil.

Setelah berhasil mengirimkan surat lamaran kerja pada email yang tertera. Dirinya menyadarkan punggungnya pada kursi itu. Menatap dirinya dalam cermin besar di depannya.

"Olivia, Olivia kamu itu seperti kaca yang sangat mudah pecah, tapi kamu juga berharga dan tajam, tuhan aku masih percaya akan ada hal baik nantinya" Dirinya tersenyum yang begitu cantik. Bahkan senyum itu, tidak pernah dirinya tampilkan di depan umum.

Banyak yang mengira Olivia itu gadis kumuh, jelek dan tidak pandai merawat wajah. Namun, nyatanya dirinya bahkan lebih cantik dari siapa pun. Dirinya selalu menunduk kan wajah, karena tidak mau hidup nya akan terganggu.

Namun bukan hanya itu, dirinya juga lebih fokus dengan kemampuannya dari pada menunjukkan wajahnya.

"Sebaik nya, aku tidur agar besok bangun telat waktu. Huh! rasanya tubuh ku sangat kaku dan ingin lepas!" Dirinya merenggangkan otot-otot dalam tubuhnya. Berjalan menuju kasur berukuran sedang itu.

"Hai kasur tersayang, kamu pasti sudah sangat merindukan ku bukan? Haha aku sangat menyayangimu kasur dan selimut" Dengan gila nya dirinya mengecup dan mengelus kasur dan selimut itu. Seakan kedua benda itu mampu merasakan sentuhannya.

"Aa! nyaman sekali! Selamat malam Olivia semoga tidur mu nyenyak dan mimpi yang indah" Perlahan kelopak matanya mulai tertutup. Tandanya sebentar lagi, dirinya akan menuju alam mimpi.

Malam semakin kelam. Hawa dingin menusuk dinding-dinding pembatas. Tak jarang di luar an sana masih banyak orang yang masih beraktivitas.

Hidup akan terus berjalan seperti selayaknya. Tidak ada yang bisa menghentikan atau kembali ke masa lampau. kalau memang ada. pasti itu hanya drama dalam layar kaca.

"Wahh! dimana ini, hemm sejuk sekali" Dirinya berjalan menyusuri taman bunga yang bermekaran.

Dirinya berlari kesana kemari dan bermain air yang sangat dingin menyentuh kulit. Tidak ada lagi air mata yang menetes, hanya tawa riang menyelimuti seluruh penjuru.

'Aku ingin disini, rasanya sangat ringan seperti tubuhku tanpa beban, dan lihat kenapa banyak makanan di sini' Dirinya sudah tidak lagi mampu mengatakan apapun. Mulutnya penuh dengan berbagai macam makanan yang dirinya suka.

Selama ini, dirinya selalu menahan diri untuk memakan makanan yang ia suka. Karena mama nya akan marah besar kalau dirinya mengolah makanan untuk dirinya.

Lembut dari kue coklat dengan dipadukan rasa manis sedikit pahit. Membuat nikmat itu terasa sangat nyata dalam mulutnya.

Karena terlalu asih makan, dirinya tidak menyadari kalau ada seseorang dibelakangnya. Sosok itu tersenyum lembut dan bahagia.

"Olivia!"

'Tunggu! kenapa ada suara papa di sini? tapi dimana' Dirinya menoleh ke sekeliling. Namun tidak ada siapapun disana.

"Olivia! dasar anak sialan!"

"Huh!" Dirinya terkejut dan bangun dengan nafas yang terengah-engah. Menatap sekeliling kamar nya yang sudah ada semua orang di sana.

'Lah, ternyata cuman mimpi, pantes nikmat banget' Dirinya menatap semua orang dengan perasaan penuh tanya.

Semua orang menatap dengan tajam dan mengi timidasi. Sedangkan di dekat pintu ada kakaknya dengan wajah pura-pura sedih.

'Hal apa lagi kal, yang kamu buat'

"Ini semua karena Olivia pa, jadi begini kan hiks...hiks kenapa kamu jahat banget sih? padahal aku selalu ngasih dan diam saja" Ujar wanita itu dengan nada yang dibuat-buat.

"M...maaf pa, tapi ini oliv nggak tau apa-apa " Dirinya menatap semua dengan bingung.

"Halah alasan, bilang saja kamu kan yang membuat ponsel Alicia rusak, seperti ini" sang mama menunjukkan sebuah ponsel keluaran terbaru dalam keadaan remuk, pecahan di segala sudut.

"Tunggu deh, tapi Oliv nggak ada megang-megang ponsel kak Alic, beneran pa, tolong percaya sama oliv" Dirinya mendekat memohon pada papa nya.

"Aku liat sendiri kok, kamu injek ponselkh berkali-kali, kamu dendam kan sama aku, hiks...hiks salah apa aku?" Air matanya menetes, memberikan pernyataan seolah-olah dirinya lah korban.

"Papa nggak mau tau! Sekarang kamu harus mengganti ponsel kakak mu yang kamu rusak dan satu lagi kamu tidak boleh makan sebelum ada itu ponsel!" Papa nya menatap tajam. Membuat nya mendadak bergetar, mau bagaimana pun dirinya akan tetap rapuh.

"Ta...tapi pa, Oliv mana ada uang segitu banyak pa, tolong ampuni Oliv pa, ini beneran bukan salah oliv, oliv bersumpah atas itu" Air matanya mengalir. dirinya memang memiliki tabungan, tetapi tidak sebanyak itu.

"Papa nggak mau tau, sekarang kamu bangun dan bereskan seluruh bagian rumah, Papa minta sebelum papa pulang ponsel itu harus ada!" Lelaki itu berjalan keluar dengan aura yang begitu dingin.

"Dengar itu anak sialan?" wanita itu meninggalkan kamar Olivia dengan perasaan puas.

"Selamat adik ku yang paling manis, semoga kamu tidak lagi mendapat hukuman" Ujar Alicia dengan mata yang dibuat buat dan bibir cemberut.

"Hiks...kenapa aku jadi kambing hitam dari tu ponsel hiks...hiks... tuhan bagaimana ini, aku tidak punya cukup uang hiks...apa yang harus aku lakukan' Dirinya masih duduk di atas kasur nya.

Baru saja mendapatkan mimpi yang paling bahagia. Tapi di bangunan dengan realita dirinya di jadikan kambing hitam. Seperti nya takdir nya hanya berpihak pada dirinya dalam mimpi saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!