"Mama, ada apa? kenapa Malam-malam begini nangis?" lelaki itu berjalan mendekati sang istri yang tengah terisak memeluk figura.
"Hiks...mama hanya sedih pa, mengingat kenangan mama sama Rania...hiks" wanita itu memeluk pinggang suaminya yang sangat kokoh.
"Sudah lah ma, pasti nanti akan membuahkan hasil. jadi sekarang mama tidur ya, kan sudah ada orang-orang yang ditugaskan mencari sahabat mama itu" ujar lelaki itu.
"Hiks...i...iya pa" wanita itu bangkit dan berjalan bersama suami nya menuju ranjang berukuran King size.
"Mama harus yakin, kalau nanti mama akan bertemu dengan sahabat mama itu"
cup
lelaki itu mengecup kening istrinya dan membantu membenarkan selimut itu untuk menutupi tubuh sang istri.
Disusul dirinya yang merebahkan di samping wanita itu. Mulai terlelap dan merawat mimpi nya yang ter potong.
Malam kian berlalu. Berganti sinar surya yang menembus dinding-dinding mimpi manusia.
Kelopak mata dengan bulu hitam lentik terbuka perlahan. mengerjap pelan, seraya mengumpulkan nyawanya.
"Ngehh!" Meregangkan otot-otot nya yang terasa sangat kaku. kulit nya terasa dingin, ini membuktikan bahwa semalam dirinya kedinginan.
Olivia menatap pintu kayu itu yang masih tertutup rapat. Tidak lama pintu itu terbuka, muncul mama nya dengan tatapan tajam.
"Cepet bereskan rumah, nggak usah sok tersakiti!" Wanita itu berbalik.
Padahal baru saja meregangkan otot-otot nya. Tetapi sudah harus segera beberes, memang sungguh mengejutkan.
Olivia dengan segera masuk ke dalam rumah. Kali ini, dirinya melangkah ke dalam kamar nya yang terlihat gelap. Setelah nya mencuci wajah dan tubuh nya dengan segera.
Setelah beberapa menit, dirinya berjalan ke dapur untuk menyiapkan makanan. Kali ini Olivia memasak terlebih dahulu, karena sudah agak siangan.
"Alic mau chiken chiess, dengar itu oliv!" Ujar alicia dengan seenaknya sendiri.
Olivia hanya mengangguk kan kepalanya. Mengatakan bahwa dirinya dengar dan setuju dengan permintaan sang kakak.
Beberapa lama berlalu. Olivia sudah memasak beberapa makanan yang sudah di pinta ibu dan kakaknya itu. Kali ini, dirinya melakukan semua dengan hati-hati, karena tidak mau pagi-pagi mendapat hukuman dan amukan.
Semua hidangan sudah lengkap di atas meja dengan aroma yang mengubah selera. Membuat siapa saja yang melintas akan merasa lapar.
"Udah sana bereskan seluruh rumah!" Mama nya duduk di salah satu meja makan.
"B...baik ma" Olivia menunduk. Bahkan mata nya terlihat sangat kurang tidur dan kelelahan. tetapi mulut nya seakan tidak pernah mengeluh akan itu.
"Hemm, enak nya. good morning ma!" Kakak nya itu mendekat dan duduk di samping mama nya.
"Morning sayang, gimana tidur mu?"
"Sangat nyenyak haha, ouh! iya, papa mana kok belum ada di meja makan?" Alicia menoleh kanan kiri.
"Entah, mungkin masih di ruang kerja nya" ujar mama nya.
Tidak lama, lelaki itu keluar dengan stelan jas yang rapi menandakan kalau dirinya sudah siap berangkat kerja.
"Eh! morning pa" sapa Alicia.
"Morning sayang" Jawab lelaki itu.
Interaksi hangat itu tidak lepas dari pandangan Olivia yang berada cukup dekat dengan mereka. Terlihat sangat harmonis dan menyenangkan.
Di dalam hati nya, dirinya juga menginginkan mendapat panggilan sayang dan perhatian kecil yang nyatanya sedari dulu tidak pernah ia dapatkan.
"Ma, makan dulu ya?" Sahut istrinya.
"Papa, langsung saja ma. Papa nanti bisa sarapan di kantor, hari ini ada rapat dan kemungkinan papa akan di tugaskan di luar negeri. Soalnya ada proyek baru" Jelas lelaki itu.
"Berapa lama pa?" Tanya Alicia.
"Bisa jadi sekitar satu minggu an, tergantung bos papa nak"
"Baiklah, papa hati-hati jangan sampai telat makan" Sahut istrinya.
Mendengar penjelasan padanya Olivia mengingat kalau dirinya akan melakukan tes wawancara di perusahaan ternama.
Dengan segera dirinya, membereskan semuanya. Agar nantinya dirinya tidak terlambat, karena ini fist time yang menguntungkan.
Terlihat papa nya sudah tidak ada di meja makan. Mungkin saja papa nya sudah berangkat bekerja.
"Anak sialan! bereskan semuanya" ujar mama nya.
"Ma...maaf ma, semua sudah selesai"
"Ruang kerja papa mu itu, dibersihkan sekalian!" Ujar mama nya. wanita itu langsung saja berjalan menjauh.
"Hufhh!, baru aja mau cepet-cepet, tapi ada aja. udah oliv ayo segera biar nggak telat!" gumamnya.
Dengan segera wanita itu memasukki ruang kerja papa nya. Ruangan itu tampak gelap dengan aroma lavender.
tangannya meraba sekring listrik sehingga berubah terang. Selama ini yang selalu membereskan ruangan itu papa nya sendiri. Karena tidak akan ada orang yang boleh masuk sekalipun istrinya.
'Tumben, papa nyuruh aku beresin ini, biasanya aja kalau ada yang masuk langsung kena marah' Dirinya langsung mebereskan debu dengan kemoceng.
Mulai dari meja sampai tumpukan buku dan beberapa berkas ia bersihkan.
prankk!
suara yang nyaring memekak telinga. membuat nya seketika menutup telinga.
Dirinya tidak sengaja menjatuhkan beberapa buku di meja itu. Olivia melihat sekeliling, takut nya mama nya melihat itu. dan akan berakhir di amukan.
"Hufhh, syukurlah jangan sampai ada yang tau kalau aku jatuhnya barang di sini " dengan segera oliv membereskan buku-buku yang jatuh itu.
Tangannya tidak sengaja membuka salah satu buku dengan judul RANIA dengan ukiran yang sangat cantik.
'Siapa ya rania? apa mungkin cinta pertama papa atau adiknya kah, atau mamanya?' Batin Olivia di penuhi tanda tanya besar soal Rania.
Karena rasa penasaran yang cukup besar, dirinya membuka perlahan buku itu. Di dalam nya banyak tulisan yang rapih dan bagus.
"Bagus juga tulisannya, eh! bagus banget deng" wanita itu memuji tulisan.
"Olivia!! Segera bereskan itu!" suara mama nya yang melengking.
"lah, hampir aja aku lupa. tapi aku penasaran sama isi buku ini, apa aku bawa aja ya" Dirinya menimang-nimang sesuatu.
"Tapi nggak mungkin kan, papa tau kan mama sama kak Alic nggak tau soal ini" Dirinya tersenyum puas.
Lalu memasukkan buku yang tampak rapuh itu ke dalam baju nya. Dengan harapan tidak akan ada yang paham.
Lalu Olivia kembali membereskan ruangan itu dengan gesit. mulai dari menyapu dan mengepel lantai iti dengan beberapa pengharum ruangan.
Setelah memastikan semua beres dan berada di tempatnya. Olivia keluar dengan mematikan lampu terlebih dulu, lalu meninggalkan ruangan itu dengan segera.
Dirinya tidak mau sampai terlambat melakukan tes wawancara. Seluruh bagian rumah sudah sepi, jadi dirinya bisa leluasa pergi sari rumah tanpa di tanya.
Karena belum ada yang tau kalau dirinya akan melakukan res wawancara pekerjaan. Olivia juga berniat untuk menyembunyikan hal itu.
Bukan nya apa? tapi dirinya hanya ingin membuat kejutan dengan mereka. kalau dirinya sudah bisa menghasilkan uang sendiri. ya walaupun selama ini memang mendapatkan uang sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments