Tidak disadari ternyata dirinya tertidur dengan keadaan duduk di dekat jendela dan menatap luar. Malam semakin larut, tetapi dirinya terbangun. Karena udara yang menusuk tubuhnya.
"Ngehh! Jam berapa ya ini?" Ia bangkit dan berjalan untuk melihat jam di ponsel nya.
krukk krukk
Suara dari cacing-cacing di dalam perut yang berdemo. Dirinya tertidur dalam keadaan perut kosong, alhasil saat ini dirinya kelaparan.
"Sabar ya perut, kamu pasti sangat kelaparan, Sekarang mari kita lihat di dapur ada makanan apa" Olivia mengusap perutnya yang rata, berbicara seolah perutnya mampu mendengar ucapannya.
Dirinya memutuskan ke dapur untuk melihat apa saja yang dapat mengandalkan perut nya yang keroncongan.
Seluruh rumah sudah sepi, hanya terdengar suara detak jarum jam yang memecah keheningan. Biasanya di jam-jam segini, kakaknya keluar kencan dengan kekasihnya atau main dengan teman-teman nya.
Mengingat kekasih Kakaknya itu. Dadanya sangat sesak, hampir saja dirinya kehilangan kehormatan yang selalu ia jaga. Mungkin saja takdir masih bersikap baik padanya, sehingga bisa melepaskan diri.
Air mata nya kembali menetes. Menatap sendu pada air yang ada dalam gelas itu.
'Kenapa aku selalu menangis, sebenarnya seberapa banyak air mata ku, kenapa tidak pernah kering' Dirinya mengusap wajah nya yang kembali basah.
Semakin di usap, maka semakin deras pula air mata nya mengalir. pundak nya bergetar, memperlihatkan betapa pelik nya takdir yang ia jalani.
"Hiks...ayolah bekerja sama dengan ku, kenapa kamu selalu menangis, hiks... aku nggak mau terlihat lemah hiks..." Ia mencuci wajahnya dengan harapan air matanya berhenti mengalir.
Setelah mencuci wajah nya, dirinya mulai membuka lemari penyimpan makanan. Tetapi disana hanya ada nasi yang sudah dingin, dan tidak adalagi yang tersisa selain itu.
Padahal dirinya selalu memasak lebih. Tapi selalu seperti ini, kalau tidak habis ya sisa an yang berantakan. Mereka melahap masakan itu, tanpa berpikir kalau Olivia belum makan.
Sangat egois bukan? mereka seperti keluarga yang rapih dan tersusun. Tapi tak banyak yang tau, kalau Olivia mengalami kehidupan yang berat.
Tangan itu kembali meracik segala macam jenis pertumbuhan dengan lihai. Kali ini, dirinya hanya akan masak nasi goreng batter.
Setelah selesai meracik bumbu. Dirinya memasukkan dalam pan yang sudah panas dan memasukkan nasi yang hanya tersisa sayu piring saja.
Beberapa menit aroma dari masakan nya menyeruak masuk ke dalam indra penciuman. Membuat perut nya kembali bergejolak, sepertinya sudah tidak sabar untuk dan melahap masakan itu.
"Nah jadi! dan siap di santap, Hemm wangi nya" Dirinya meletakkan nasi goreng dengan warna yang menggoda itu ke dalam piring dan meletakkan sendok di sampingnya.
Duduk di meja makan sendirian dan mulai menyantap nasi goreng buatannya sendiri. Selama ini, dirinya memang selalu makan dan apa-apa sendiri.
Mandiri? Bukan seperti itu, tetapi memang dirinya selalu dipaksa oleh keadaan untuk melakukan apapun sendiri. Mungkin tujuan dirinya hidup adalah menjadi manusia yang se mandiri mungkin.
Capek nggak sih? Kalau di jawab jujur ya capek. Tapi mau bagaimana lagi, dirinya juga tidak bisa memberontak dan mengatakan apapun itu. Hidupnya penuh dengan larangan dan paksaan.
Di pertengahan menikmati makanan, dirinya terbesit sesuatu yang membuat dirinya menghentikan suapan itu.
'Sebenarnya kak Alicia mengadukan soal apa? kenapa Papa sampai marah dengan ku, padahal aku tidak pernah melakukan apa pun, apa kak Alic tau soal kejadian itu?'
'Udah lah, kenapa juga aku mikirin itu, bukan kah mereka selalu menghukum ku tanpa aku tau kesalahan ku apa'
Ia kembali melahap sisa nasi goreng di atas piring itu. setelah selesai, ia meneguk air putih itu sampai tandas.
"Ahh! Akhirnya perut ku kenyang, jadi aku bisa melanjutkan kegiatan ku tanpa harus menahan lapar" Olivia mencuci piring dan peralatan yang dirinya gunakan tadi.
Setelah memastikan, kalau semua sudah dalam keadaan bersih dan rapih. dirinya berjalan masuk ke kamar. tetapi sebelum masuk, ia mendengar kakaknya itu pulang.
"Mama! Haha, bahagianya hidup ku, dimana semua orang?" Wanita itu berjalan sempoyongan. sepertinya dia mabuk, itu terlihat dari asrama alkohol yang memenuhi ruangan dan baju nya yang terlihat berantakan.
Olivia duduk, bersembunyi di balik meja set dapur yang cukup tinggi.
"Mama! Hah, dimana sih"
"Mabuk lahir kamu Alicia? Mama kan sudah bilang, berhenti lah mabuk-mabukan! Papa mu bisa marah sama kamu" wanita itu muncul dari salah satu kamar.
"Ayolah ma, Alicia kan masih muda ya masa nya buat seneng-seneng" Wanita itu duduk di sofa panjang.
"Kamu ini memang sangat sulit di nasehati! Awas saja, kalau papa mu tau mama nggak akan bantu kamu lagi" Wanita itu, ikut duduk di depan anak nya. Aroma alkohol yang menusuk hidung membuat nya menutup hidung nya.
"Mama, tenang saja! Papa itu nggak akan percaya sama si anak sialan itu! lihat saja bagaimana tadi sore dia dihukum, bahkan papa juga nggak bakal takut kalau anak sialan itu mati! haha" Jelas Alicia dengan tertawa tidak jelas.
Setiap ucapan dari wanita itu, terdengar jelas di telinga Olivia sehingga membuat air matanya kembali menetes. Dirinya tau kalau papa nya tidak takut dirinya mati. Tapi mengingat itu membuat nya merasa sesak.
"Sebenarnya, apa yang kamu adukan pada lelaki itu, sampai dia marah besar dengan oliv!"
"Hustt! mama, jangan sebut nama itu si depan ku, membuat muak saja! Mama tau apa yang aku adukan ke lelaki itu?"
"Cepatlah, jangan berbelit-belit!"
"Jadi... Haha, aku mengarang cerita soal dirinya yang mabuk-mabukan, dan ciuman dengan laki-laki lain dengan pakaian yang hampir telanjang, haha jenius sekali putri mu ini mama" Wanita itu tertawa bangga. Seperti mendapatkan sebongkah emas dalam sewaktu.
prok prok prok
"Wah, wah! memang benar kamu ini anak ku, sangat pintar! mama bangga padamu" Wanita itu tersenyum puas.
"Haha siapa dulu dong, Alicia" Ujarnya penuh kebanggaan.
"Tapi, bukannya anak itu, tidak pernah melakukan hal itu? Dari mana kamu dapat bukti?"
"Dari internet dan tinggal di edit dengan wajah wanita sialan itu, dan beres" wanita itu menaikkan alisnya. menatap penuh kelicikan.
"Bagus, Kita buat hidupnya seperti dineraka" Ujar wanita itu penuh dendam.
Dibalik meja itu, Olivia menangis tanpa suara. Pantas saja papa nya marah hingga seperti itu. Ternyata kakaknya mengarang cerita seolah-olah dirinya wanita murahan.
'Hiks...sebegitu bahagianya kalian membuat ku di siksa oleh papa, hiks.. padahal oliv tidak pernah membalas apa pun, kenapa kalian memperlakukan ku seperti orang lain hiks...' Hati nya berkecamuk, mendengarkan semua penuturan sang kakak yang begitu tega.
"Sebaiknya bersihkan tubuh mu dan tidur lah, jangan sampai papa tau kelakuan mu di luar, atau semua kebohongan mama akan terbongkar" Wanita itu beranjak pergi meninggalkan putrinya yang masih kacau.
"Iyaa! mama ku sayang, hufhh indah nya hidup ini haha" Ia berjalan dengan linglung. Bahkan tidak sengaja menabrak pinggiran meja dan dinding penyangga.
Olivia masih duduk dengan tangis yang semakin deras. pundak nya bergetar merasakan sakit yang tidak dapat dijelaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Haris Saputra
Wah, chapter sebelumnya keren banget, sekarang buruan update lagi biar gak ada putus asa.
2023-11-09
2