Penolong

Deru alarm ponsel memekik senyap. Membuat wanita cantik yang tengah bergelut dengan mimpinya itu santai terbangun. Mengerjap perlahan hingga kelopak mata berwarna coklat almod itu terbuka sempurna.

Tangan nya meraba ponselnya. Mematikan bunyi alarm selanjutnya dan beranjak ke kamar mandi. Kali ini, dirinya mandi terlebih dulu sebelum memasak dan membereskan yang lain.

Demi berangkat tepat waktu, Olivia mengsiasati dengan bangun lebih awal dan mandi terlebih dulu. Sehingga nanti, hanya tinggal membersihkan diri lalu ganti baju.

Setelah beberapa menit bertarung dengan hawa dingin kamar mandi. Olivia keluar dengan wajah yang fress.

"Huuh! dingin nya nggak ngotak asli, buat mengigil" Dirinya bergegas menggunakan baju biasa.

"Na na....na na....na na na...na na na!..." Setiap langkah nya di ikuti senandung bahagia. Wajah nya tampak bersinar dari biasanya.

"Duh! jadi nggak sabar mau kerja hi hi hi...apa aku berangkat sekarang aja ya? " dengan konyol nya Olivia tersenyum lebar.

"Ini pasti udah gila! ini parah ini! memang nya mau buka gerbang jam segini berangkat, langit aja masih gelap" celoteh nya. Bertanya sendiri dan menjawab sendiri. Gila memang, tapi ini lah kebahagiaan seseorang.

Selesai sudah membereskan kamar, dirinya beranjak keluar untuk membereskan yang lain. Semua orang tampak masih terlelap dari mimpinya. tetapi dirinya sudah berkutat dengan urusan rumah.

Padahal dirinya belum memiliki suami. Tetapi sangat sibuk seperti seorang istri. Ya, mungkin ini di jadikan simulasi. Sehingga sedari dulu, Olivia tidak pernah mengeluh.

Emosi? tentu saja kalau itu, ya pikir aja sendiri alasannya. Semua orang juga emosi, apalagi pembaca.

"Ruang tamu sudah, bagian sana sudah, Sana juga udah. Yee! akhirnya tinggal bagian itu" Tunjuk nya pada bagian yang belum di bereskan.

Debu-debu bertentangan, menari penuh bahagia. Seperti nya debu yang amat mungil itu, merasakan aura kebahagiaan Olivia.

Lebai memang, tapi ini lah standar hidup seseorang. Cukup nikmati dan tonton tanpa harus mengomentari.

Sinar surya menembus langsung ke dalam kelopak mata cantik itu. Membuat matanya seolah bersinar kejinggan. Siapapun yang melihat itu, pasti akan terpukau.

"Aww! silau nya" Dirinya menutupi matanya.

Meskipun, sunar surya sudah datang. Tetapi mama nya belum ada tanda-tanda untuk bangun.

'Mama ini, mau bangun nggak ya?... tapi bukannya bagus ya, jadi aku bisa leluasa bersiap-siap. Aku harus membawa bekal, biar hemat xixi' Olivia mulai mengeluarkan bahan-bahan yang akan dimasak.

Seperti biasa, dirinya akan terlihat sangat serius. Kalau berurusan dengan memasak, karena hal itu baginya sangat menyenangkan.

Dua jam berlalu dengan tenang. Beberapa masakan susah siap di santap, bahkan hampir semua.

"Nah, udah selesai! sebaiknya aku menyisihkan untuk ku bawa" Olivia kembali menyiapkan bekal nya.

Di isi mulai dari nasi merah, chiken katsu, dan beberapa potong buah. Tidak lupa mengisikan air minum dan menutup menutupnya.

"Gini kan enak! dah lah, sebaik nya aku bersiap. biar nggak terlambat" Olivia berlalu menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, dirinya meletakkan bekal nya di atas meja rias nya. Belum juga, pantat nya duduk, suara menggelegar memekik telinga.

"Anak sialan! dimana kamu!"

Dor Dor Dor

Suara ketukan pintu menggema.

Olivia dengan segera, membuka pintu itu.

"Bangun kamu! anak..." tangan wanita itu melayang di udara. Ketika ucapannya terpotong oleh muncul nya Olivia.

"A...ada apa..a ya ma" ujar Olivia.

"Kamu nggak kupa buat masak kan! denger ya, nggak usah manja dan nggak usah males!" Tunjuk wanita itu.

"Sebaik nya mama lihat dapur dan seluruh bagian ruangan, semua nya sudah bersih ma. bahkan gorden pun sudah oliv buka" Jelas Olivia sopan.

Wanita itu melihat sekeliling dan benar saja. Semua nampak rapih dan bersih. wanita itu langsung saja meninggalkan kamar Olivia. Berlaku seakan tak melakukan kesalahan apapun.

"Ini aku nggak di hukum lagi kan?" gumam nya.

Olivia kembali masuk ke dalam kamar. membersihkan diri dan menggunakan skincare di lanjut dengan make up tipis.

Meskipun begitu, wajahnya sudah terlihat cantik tanpa disadari.

ting ting

Notifikasi ponsel nya memecahkan konsentrasi nya. Dengan segera tangannya meraih benda popih itu. Membuka laman nya dan berselancar si sana.

^^^Livyaaa cantik!:^^^

^^^'Pagi Via! jangan bilang kamu baru bangun, ingat kita fist time kerja loh!'^^^

Anda:

'Iya, aku udah bangun dari tadi kok, udah siap tinggal otw'

^^^Livyaaa cantik!;^^^

^^^Bagus, bagus. tunggu aku! aku mau mandi dulu bay😘'^^^

Anda:

'Huu! bilang nya jangan telat!'

Pesan itu pun hanya cek lis satu. Menandakan kalau orang di seberang sedang tidak membuka ponsel nya.

"Emang dasar aneh! dirinya sendiri bilang jangan telat, tapi dia belum mandi" Olivia menggelengkan pelan kepalanya. Sangat tidak habis fikir.

Olivia bersiap membawa bekal dan tas nya. Dirinya melihat luar jendela, di mana cuaca sangat mendukung. Tidak panas juga tidak hujan, seperti nya ini musim semi.

"Musim semi memang Penyelamat hidup, he he he" Ujarnya.

kembali melangkah perlahan keluar. melihat sekeliling yang tampak sepi. Seperti nya, mama nya sudah kembali ke kamar dan kalau kakak nya sudah dapat dipastikan belum bangun.

Dirinya berjalan mengendap-endap. sesampainya di luar rumah dirinya bisa bernafas lega. Dengan cepat dirinya menjauh dari rumah. kali ini, seperti biasa Olivia akan berjalan kaki untuk menaiki bis.

"Permisi, nona perlu tumpangan?" ujar lelaki tua dengan motor nya. Berhenti rapat di samping Olivia.

Jiwa-jiwa antisipasi nya keluar. ketika dirinya ada yang ingin menumpangi nya.

"Tenang nona, Saya itu bukan orang jahat. tadi saya baru ke rumah cucu saya dan sekalian mau pulang" pak tua itu seolah tau apa yang dipikirkan Olivia.

"Hehe... nggak usah deh pak, saya bisa sendiri kok" tolak Olivia.

"Heh! anak muda ini, apa susah nya sih, tinggal duduk dan sampai di depan sana" gerutu lelaki itu.

"Iya...pak saya jadi ikut kok heheh..." dengan perlahan Olivia naik motor itu duduk dengan tenang.

'Maksa banget sih pak! tapi nggak papa lah, setidaknya masih ada orang yang mau nolong aku'

Setelah beberapa menit. motor itu berhenti tepat di depan kursi halte. Olivia yang sadar pun turun, tidak lupa tersenyum ramah.

"Terima kasih banyak pak, untuk tumpangannya" Ujarnya.

"Lihat kan, sampai dengan selamat. Dengar ya nak, tidak semua orang yang berniat membantu itu ada maksud lain, tetapi kamu juga jangan mudah percaya begitu saja" Jelas lelaki itu. Lalu menancap gas meninggalkan Olivia.

"Benar juga sih, atau aku aja yang parno an. secara keluarga ku bukannya menjadi penolong tapi pemotong. dan akhirnya aku nggak gampang percaya sama orang yang memang berniat menolong " gumam nya.

"Nona kenapa? sakit ya?" ujar ibu-ibu itu menatap Olivia aneh. Karena tanpa sadar Olivia seperti berbicara sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!