NovelToon NovelToon

A Bond Of Destiny

1. Anak Sialan

"Bangun! Sialan!" teriak wanita itu.

Dengan riasan yang sedikit tebal disertai lipstik merah menyala. siap untuk menyemprotkan ribuan kalimat.

"M..aaf, ma. Olivia kesingan" wanita itu langsung berdiri dengan rambut yang berantakan dan wajah khas orang bangun tidur.

"Maaf? Kau tau, kamu itu anak tidak tau di untung di dunia ini! Seharusnya lebih tau diri, kamu itu numpang disini gadis sialan!" Wanita itu menatap tajam.

Jam menunjukkan pukul 05.00 pagi. namun mamanya itu sudah menganggap terlambat. sungguh keterlaluan bukan.

Setiap hari dirinya harus bangun pagi-pagi buta untuk membereskan rumah dan memasak untuk semua orang.

"Segera kamu bereskan rumah! dan satu lagi, anak ku tersayang saat ini, sedang ingin makan Pasta jamur! dengar itu?" wanita itu menatap remeh.

"Bukan kah, Olivia juga anak mama?" Ia berbicara dengan lirih. entah keberanian dari mana, yang membuat dirinya menanyakan hal itu. padahal dirinya tau persis jawaban apa yang akan di dapatkan.

"Haha, kamu itu hanya anak sialan! jadi jangan berharap menjadi anak kesayangan! karena itu tidak akan mungkin! paham!" Wanita itu menatap garang.

kalimat yang terlontar, memang terlihat biasa saja. tapi bagi Olivia itu adalah kilatan guntur yang mengerikan dan menyakitkan.

berulang kali dirinya harus paham. Entah hal apa yang membuat dirinya diperlakukan sangat berbeda dengan kakaknya.

Sakit? tentu saja, siapa yang tidak sakit. Mendapatkan perlakuan yang tidak adil, dirinya juga manusia yang bisa merasakan sakit. Apalagi, sedari kecil dirinya ingin sekali mendapatkan apa yang di dapatkan oleh kakaknya.

"Sekarang, Cepetan! bereskan rumah dan masak buat kami!" Wanita yang di panggil mama itu pergi keluar dari kamar. berjalan pergi tanpa menghiraukan bagaimana perasaan anaknya.

"Iya mah" Ia kembali menunduk menutupi air matanya yang berderai. Setiap hari, dirinya harus menguatkan hati. dan meyakinkan diri kalau suatu saat ibunya akan berubah sayang dengan dirinya.

'Hufhh, semangat Olivia! semua akan berakhir indah! tenang saja!' ujarnya dalam diri sembari mengenggam erat jari jari tangan nya.

Setelah iya, dirinya mulai memberesakan rumah mulai dari ruang tamu, lalu ke dapur hingga halaman belakang.

" Rasanya tulang ku, ingin patah" Olivia menegangkan otot-otot nya yang terasa kaku.

"Mama! ini kenapa Pasta Jamur ku mana" suara melengking memecah sunyi. suara itu dari dapur.

"Aduh, Mana aku belum masak lagi" Olivia berlari menuju dapur. dirinya belum sempat minum air sudah ada teriakan yang akan membangunkan keributan.

"Ma...maaf kak, Oliv belum sempat masak, tunggu sebentar ya, Olivia masak dulu" Olivia berbicara pelan. menetraliris rasa takutnya.

"Maaf? kamu bilang maaf! Tau kalau ini sudah jam 07.00? itu artinya sebentar lagi aku akan berangkat kuliah! Argh! bisa telat aku" wanita itu merentetetkan kalimat dalam sekali nafas.

Olivia sudah biasa mendengar rentetan kalimat. masih untung mamanya juga nggak ikut mengomeli dirinya.

"Cepet masak! Kenapa diam saja? hah!"

"I...iya kak" Olivia mulai menggerakkan tangannya dengan lihai. membuat makanan yang diminta oleh kakaknya dengan cepat.

setelah beberapa menit akhirnya hidangan itu sudah matang. ia pun meletakkan ke dalam piring dengan ditemani air putih.

meletakkan makanan itu di depan kakaknya yang sedang berselancar di dunia maya.

"Ini ya kak, Oliv ke kamar dulu" ujar oliv.

"Hemm"

setelah mendapatkan jawaban dari sang kakak. Olivia menuju kamar untuk bersiap untuk berangkat kuliah.

langkah nya berjalan terburu-buru. jarak antara rumah nya dengan kuliah cukup jauh. jadi harus berangkat lebih awal atau dirinya tidak akan masuk di jam pertama.

setelah selesai mandi dan bersiap dengan pakaian yang lebih rapih. dirinya menatap di kaca berukuran sedang. memoles dirinya dengan lipcream berwarna calm agar terlihat tidak pucat. Meskipun dirinya menggunakan Lipcream, tapi tidak sampai suka dengan make up.

"Nah, sekarang tinggal berangkat" Ia tersenyum lembut. senyumnya itu sangat cantik, tapi dirinya selalu menunduk. sehingga tidak pernah terlihat oleh orang lain.

Olivia menuruni tangga. disekitar rumah sudah sangat sepi. itu menandakan ibu nya sudah pergi dengan geng sosiolita nya. sedangkan papa nya sudah berangkat ke perusahaan tempatnya bekerja. lalu Kakaknya jelas sudah pergi ke kampus, biasanya dijemput oleh pacarnya atau naik mobil sendiri.

Olivia tidak pernah di izinkan untuk mengendarai mobil, katanya nanti banyak kuman, rusak, dan sebagainya. sehingga dirinya lebih memilih naik transportasi umum atau taxi. Itu pun harus berjalan kaki terlebih dulu.

Olivia menatap jam tangan, yang menunjukkan pukul 08.10. menandakan perkuliahan di jam pertama akan segera dimulai.

"Nggak papa lah, izin lagi" Ia bergumam dengan langkah terus berjalan cepat.

setelah mendapatkan taxi. Olivia bernafas lega, setiap hari dirinya selalu bergulat dengan waktu yang terus berjalan dengan cepat.

kenapa? Pertanyaan itu selalu mengahnyui langkahnya, ada banyak tanya tapi dirinya terlalu malas. karena dirinya tau akhir dari pertanyaan itu hanyalah makan yang tidak layak di terima.

Bahkan ketika dirinya mendapatkan amukan dari sang mama dan kakak. tidak ada yang akan membelanya sekalipun itu papa nya.

"Terima kasih Pak" Setelah menyadarkan beberapa lembar uang. Olivia berjalan dengan sedikit berlari.tidak pernah memperhatikan penampilannya seperti apa. yang terpenting sekarang ialah dirinya tidak lagi terlambat.

Brakk

"Maaf, maaf saya benar-benar tidak sengaja" Olive menundukkan sedikit badannya. kembali berlari menuju ruangannya. Menghiraukan orang yang siap meraung itu.

"Ya!! Kurang ajar, Dasar gadis sialan!!" suaranya menggemari di seluruh kampus. wanita itu memungut kembali kertas yang berserakan ulah si Olivia.

Disisi lain Olivia memasuki ruangan yang terlihat sangat ramai. tetapi di depan belum ada dosen yang datang.

"Kenapa dosen belum ada?" Olivia beranya pada anak laki-laki yang berdiri dekat jendela.

"Kamu tidak buka grup kelas kah? Hari ini, dosen datang sedikit terlambat" ujar lelaki itu sinis.

"Ya biasa aja lah" Olivia sudah biasa mendapatkan jawaban yang seperti itu. karena lelaki di kelas nya hanya akan menjawab dengan wanita cantik saja.

Tapi dirinya tidak pernah ambil pusing. Toh mau bagaimana pun jawabnya, iya tetap mendapatkan jawaban. Meskipun dengan cara yang berbeda.

Setelah itu dirinya duduk di kursi yang ada di belakang. tidak berapa lama Dosen laki-laki yang cukup berumur itu pun muncul.

"Tumben, kamu nggak izin lagi Olivia" Ucap Dosen itu. Menatap wanita yang sedang duduk tenang.

"Hehe, iya pak, kali ini Oliv nggak telat dan nggak izin pak" Olivia menampilkan deretan gigi putih yang menambah senyum nya.

"Terus seperti ini. kasian mama mu, susah-susah cari uang" Nasehat dosen itu.

'Tidak tau saja pak, mereka bahkan tidak perduli dengan ku, bahkan mereka menganggap aku ini anak sialan! Olivia masih mempertahankan. senyumnya.

Hukuman

Kegiatan pembelajaran itu berlangsung dengan baik. Olivia duduk di belakang dengan penampilan yang sangat sederhana. sangat berbeda dengan teman-teman satu kelas nya.

Dirinya tidak pernah memperhatikan seperti apa penampilannya. Baginya kemampuan dan atitude merupakan hal penting. Hal itu, membuat dirinya tidak memiliki teman di kelas nya. Karena memiliki gaya hidup yang sangat berbeda dengan Olivia.

Setelah dosen keluar dari ruangan. Olivia bergegas menuju perpustakaan. Bukan karena dirinya tidak memiliki uang, karena dirinya selalu menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan bersama dengan tumpukan buku.

Sesampainya di perpustakaan. Olivia melihat sekeliling yang nampak sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang di sana. Saat ini Olivia merupakan mahasiswa tingkat akhir, sehingga lebih sering meluangkan waktu nya di perpustakaan.

'Ada dimana ya buku yang kemarin?'

Sekian lama akhirnya buku yang ia cari ketemu juga. Mulai duduk di salah satu ruang baca dan membuka setiap lembaran dalam buku itu. Memahami setiap kata dan kalimat, untuk menemukan pertanyaan dari dirinya.

Tidak terasa waktu istirahat berlalu begitu saja. Seakan-akan waktu berlalu begitu cepat, sampai Olivia tidak menyadari itu.

"Maaf ibu, Oliv mau meminjam buku ini, bisa?" Tanya Olivia dengan petugas perpus.

"Jangan sampai rusak dan waktu pengembaliannya satu minggu terhitung hari ini!" Ujar wanita berkaca mata itu.

"Baik ibu, terima kasih" Olivia tersenyum lembut. langkah nya kembali menjauh dari perpus, otaknya merepotkan untuk segera kembali ke ruangan.

Karena dirinya berjalan dengan menatap bawah. Ia tidak sengaja menabrak kakaknya yang sedang berjalan dengan para geng nya itu.

Brukk

"Oh May God! Ya! kalau jalan lihat-lihat! Lihat baju ku jadi kotor, aaaa Tas kesayangan ku juga ketimpahan Coffee!" Wanita itu menatap sedih ke arab baju dan tas kesayangan nya itu. seketika kemudian menatap wanita yang sudah membuat nya kotor dan bau ini.

"M...maaf kak, s...saya tidak sengaja" Olivia menunduk.

"Maaf? Heh, Gadis sialan! Kamu itu memang pembawa sial! Huuh! Terkontaminasi mata ku!" Ujar wanita itu dengan raut kemarahan yang begitu kental.

"Denger ya Oliv, pembahasan akan dimulai " Wanitanitu mendekat dan membisikkan kalimat dengan penuh penekanan.

Dirinya sudah tau pasti akan apa yang terjadi nanti. Kakaknya ini akan mengarang cerita, agar dirinya mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Maaf kak, Oliv tidak sengaja " ujar nya dengan wajah yang terus menunduk.

"Udah lah sayang, kamu kan bisa beli lagi dengan yang lebih banyak" lelaki itu menengahi.

"Iya Alic, bener kata pacar mu itu, dari pada buang-buang tenaga, apalagi yang kamu hadapi gadis nerd" Ujar temannya dengan gaya yang nggak kalah hedon.

"Huh! minggir! dasar sialan!" Maki nya dengan mendorong kuat tubuh Olivia. karena tidak ada persiapan, alhasil Olivia terdorong dengan tubuhnya membentuk dinding pembatas.

Olivia masih menunduk sampai rombongan kakaknya perhi menjauh. seluruh kampus tidak tau kalau Olivia merupakan adik dari Alicia.

'Semangat Olivia! semua pasti bisa dilewati seperti sebelumnya'

Memberikan kekuatan pada dirinya sendiri adalah hal yang selalu ia lakukan, di saat dirinya tau akan berakhir seperti apa.

***

"Lihat ma, baju dan tas kesayangan ku ini rusak! ini semua gara-gara Olivia!" gadis itu mengadu dengan melebih-lebih kan.

"Kurang ajar! anak tidak tau diri, berani-beraninya dia merusak tas mu seperti ini!"

"Hiks... Iya mah, tadi Olivia tiba-tiba nabrak Alicia, dan ternyata dia bawa pisau lipat dan tas kesayangan ku jadi seperti ini" wanita itu merengek dengan penuh keyakinan. agar apa yang dilakonkan terlihat menjiwai.

"Udah ya, kamu besok bisa beli lagi, dan untuk anak sialan itu, biar mama yang kasih pelajaran. enak saja dia berani melakukan itu!" Wanita setengah baya itu menenangkan putri kesayangannya.

"Kalau gitu, Alicia masuk ke kamar dulu ya ma, capek mau istirahat" ujar wanita itu dengan senyum penuh arti.

"Iya sayang, mama mau nunggu anak itu pulang"

Alicia melangkah masuk kamar dengan raut wajah bahagianya. Bagaimana tidak, sekali tepuk dua nyamuk mati.

'Hanya dengan sekali bumbu dapat enak banyak, haha besok belanja tas baru dan rasain kamu oliv, tunggu saja pembalasan yang setimpal!'

wanita setengah baya itu duduk di kursi tunggal yang ada di ruang tamu. Sorotan matanya siap untuk menghukum siapa saja yang melintas di depannya.

Setelah sekian lama menunggu. akhirnya pintu itu terbuka dengan munculnya wanita muda dengan pakaian lusuh.

Olivia begitu masuk sudah melihat aura kemarahan sang mama. ia meneguk ludah kasar, ia sangat tau akan situasi ini.

"Kemana saja kamu, kaparat!" Teriak wanita itu.

"Maaf ma, Oliv tadi mengerjakan tugas dulu sebelum pulang" Olivia berdiri tidak jauh dari pintu dengann perasaan yang tidak karuan.

"Kesini kamu sialan! Kamu kira saya tidak tau, kelakuan kamu selama di kampus! dasar wanita sialan!" Teriak wanita itu.

"Kamu tau kesalahan apa yang telah kamu perbuat?" Wanita itu berjalan mendekati Olivia yang sedang menunduk.

"Jawab! kamu bisu?" wanita itu mencengkram dagu Olivia dengan kuat.

"Au! s...sakit ma"

"Denger baik-baik Olivia! kamu itu jangan pernah betingkah seolah kamu itu wanita yang paling tersakiti " wanita itu masih mengeratkan cengkraman nya dengan tatapan tajam yang menhujam.

"Jawab!"

"Oliv, nggak sengaja ma, maaf kan oliv" Air matanya kembali turun. membasahi pipi mulus yang terlihat pucat itu.

"Maaf! Sini kamu, ikut aku! anak sialan, memang harus di beri hukuman yang setimpal, Ayo!" Wanita itu menarik lengan Olivia dengan langkah yang cepat.

Mau tidak mau, Olivia mengembangkan langkah mamanya dengan idak tangis yang mengiringi . Sebenarnya dirinya ingin sekali tidak menangis, tapi matanya sangat lah lemah.

"Nggak usah cengeng! kamu itu harus mendapatkan hukuman yang setimpal! " Wanita itu membawa Olivia ke dalam gudang. gudang itu biasa di jadikan tempat untuk menghukum Olivia.

"Ma, Oliv nggak sepenuh nya salah, Oliv nggak sengaja Ma, hiks Ma maafin Oliv hiks hiks" ujar Olivia penuh dengan air mata.

Tetapi wanita itu seakan menuli kan pendengaran nya. terus menyeret wanita itu sampai di dalam gudang yang pengap dan gelap.

Brukk

wanita itu mendorong dan menyiram nya dengan air dingin. Seakan-akan Olivia adalah kuman uang harus dibasmi.

"Rasakan itu sialan! Sampai dengan besok, jangan harap kamu dapat makan!" Masih menyemprotkan air ke tubuh Olivia yang sudah mengigil.

"M..ma, to...long ampuni oliv ma hiks...hiks...hiks, ma..ma" Olivia rebus meminta ampun atas kesalahan yang tidak sepenuh nya ia lakukan.

Wanita itu menyudahi hukuman. meninggal kan Olivia tanpa sepatah kata pun. Mengunci gudang itu tanpa merasakan iba pada gadis di dalam.

"Ma!... hiks buka! ma, Oliv nggak mau disini! mama buka!" Olivia terus menggelar pintu itu. namun tidak ada jawaban dari luar.

Hukuman ini termasuk masih ringan. karena biasanya dia akan disuruh membersihkan seluruh rumah dalam waktu 1 jam. Jika tidak bisa maka akan mendapatkan hukuman lain dan tidak boleh istirahat. Tetapi tetap saja, dirinya juga takut dan dingin berada di ruangan pengap itu dalam kondisi basah kutip.

Dilecehkan

Langit sudah berubah warna menjadi gelap. Tapi di dalam ruangan itu Olivia hanya melihat kegelapan. Badan nya kian mengigil, tetapi hati nya lebih sakit. Meskipun sudah sering kali mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Tapi hati nya tak pernah kebal.

"M..ma, To...long" Lirih nya. Tenaganya seakan hilang.

Ribuan kali Olivia meminta tolong dan menangis pilu. Tetapi tidak pernah ada yang menolongnya.

'Kenapa semesta sangat kejam padaku, kesalahan apa yang Olivia buat tuhan, hiks... Oliv takut'

Bibirnya rasanya kelu, tidak lagi kuat menguntaikan kalimat apapun. Hanya air mata yang mewakili isi hati nya saat ini.

Malam berlalu dengan begitu lama. Hingga sinar surya menembus jendela lusuh itu. Perlahan bola mata berwarna almond itu mengerjap perlahan. Terbuka, menatap langit-langit yang dipenuhi debu.

"Ngehh, badan ku rasanya sakit semua, jam berapa ini ya?" Ia duduk dan melihat sekeliling. tubuhnya seperti ingin lepas dari tempatnya.

krekk

Wanita itu, muncul dari balik pintu dengan wajah yang penuh kemarahan.

"Ouh, sudah bangun rupa nya? Ke enak kan iya? bagus ya, sudah siang tapi baru bangun! kamu tau gara-gara kamu anak sialan! kami semua kelaparan!" Wanita itu menatap tajam.

"Sekarang, kamu masak dan beresin semua sisi rumah! paham!"

"T...tapi ma, Oliv laper" Dirinya menatap mamanya dengan penuh permohonan. Berharap kali ini, mama nya akan memberi keringanan.

"Enak saja! makan, makan! Tau diri kamu, sekarang bereskan seluruh rumah dan masak, setelah itu pergi kamu!" Wanita itu beranjak keluar meninggalkan Olivia yang terlihat pucat.

Di dalam Olivia berdiri dengan perlahan. Kepala nya terasa sangat pusing, tapi dirinya harus membereskan seluruh rumah.

"Jalannya lele banget sih! nggak usah alay deh!" Wanita itu menoleh ke belakang dengan tatapan tajam.

Olivia mempercepat langkahnya agar mama nya tidak lagi marah-marah pada nya. Dirinya mulai membereskan bagian ruang tamu yang cukup luas.

Dirinya merenggangkan tubuh nya yang sangat lelah. Setelah membereskan ruang tamu, dirinya melanjutkan beberapa ruangan lagi. peluh nya membasahi tubuh pucat nya.

"Oliv! ini mana, kenapa meja makan masih kosong! nggak usah males-malesan ya kamu!" teriak wanita itu dengan tangan bertumpu pada pinggang.

"Iya ma, ini oliv masih mau masak" Dirinya berjalan ke dapur, disana sudah ada mama nya yang duduk di salah satu kursi.

Dirinya dengan cekatan membuat makanan untuk mama nya. Jari-jemari nya sangat lincah berselancar memotong sayuran.

Menghiraukan rasa pusing dan sakit di setuju tubuh nya. saat ini yang ada di pikirannya hanya menyelesaikan segala tugas dan merebahkan tubuhnya di kasur.

"Itsh, hstt au" dirinya meringis pelan, saat tangan nya tidak sengaja terkena goresan pisau.

Mencuci tangan yang berdarah itu, berharap darah nya berhenti mengalir. setelah selesai dirinya mulai melanjutkan kegiatan masak nya.

"Lama!"

"Iya, ma ini sebentar lagi selesai" Olivia meletakkan masakan yang sudah matang ke dalam piring putih. Meletakkan nya di depan sang mama.

"Pergi kamu! merusak mood saja!"

Dirinya berjalan menuju kamar nya. dengan segera merebahkan tubuhnya yang terasa lengket dan sakit.

"Aku harus segera mandi, dan bersiap ke kampus, atau aku akan mengulang di semester depan" dirinya bangun dan beranjak menuju kamar mandi.

Mengguyur dengan air dingin, memberikan kesegaran yang mampu meredakan rasa sakit dalam dirinya. Tubuhnya sampai saat ini, sangat bisa di ajak kerja sama. Terbukti dirinya tidak pernah sakit parah hanya karena kerja keras dan selalu menerima hukuman.

Setelah beberapa menit akhirnya dirinya keluar dengan wajah yang kembali segar. Meskipun masih pucat dan sayu.

dirinya bergegas keluar kamar. suasana rumah sudah sangat sepi hanya terdengar suara siaran televisi dari dalam kamar mama nya.

Menempuh perjalanan dengan transportasi umum. dirinya saat ini sampai di kampus dan bergegas menuju ruangannya.

"Maaf ibu, Oliv terlambat" Olivia menunduk.

"Hemm, silahkan duduk " Ujar dosen wanita itu, mempersilahkan masuk.

"Terima kasih bu" Olivia berjalan duduk di bangku yang paling belakang. Meskipun dirinya selalu duduk di belakang, tapi bukan berarti tidak memperhatikan semua materi yang di sampaikan.

Pembelajaran itu berjalan dengan cukup baik. Hanya saja, karena rasa pusing nya dirinya sulit menerima pembelajaran hari ini.

Kali ini, dirinya tidak pergi ke perpustakaan. Merebahkan kepalanya di meja nya dan perlahan matanya terpejam.

Dari pada raga nya yang sakit, hati nya lebih sakit lagi. Tapi Olivia selalu mampu bertahan dengan baik, tanpa mengeluh dengan orang lain.

Rumah nya seperti tempat kerja yang sangat menyiksa dirinya. Tidak ada keamanan dan kenyamanan.

Dirinya mengerjap perlahan membuka matanya. suasana sekeliling sudah sangat sepi, karena memang jam berakhir sedari dirinya tidur.

Ia menatap lurus ke depan, menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 02.45. Yang artinya, dirinya sudah tidur sekitar 3 jam kurang.

'Wah, ternyata aku sudah sangat lama tertidur, aku harus segera pulang dan beristirahat di rumah'

Langkah nya bergegas meninggalkan ruang kelas. Berjalan menyusuri koridor kampus yang masih ada beberapa mahasiswa berlalu lalang dengan segala kesibukan masing-masing.

"Kamu Olivia kan? Boleh minta tolong sebentar tidak?" Ujar lelaki itu tersenyum ke arah nya.

"Maaf, tapi saya sedang buru-buru" ujar Olivia menatap sekilas. lelaki itu adalah kekasih Kakaknya Alicia.

"Tolong lah dulu, sebentar ini sangat urgent , hanya sebentar" pinta lelaki itu.

"Baik kak, hanya sebentar" Olivia menanggapi dan berniat membantu lelaki itu.

Lelaki itu berjalan lebih dulu. diikuti oleh Olivia, dirinya tidak sadar kalau berjalan mengarah ke gudang samping toilet.

Sesampainya di sana dirinya di buat bingung. kenapa di ajak ke sini, hal apa yang perlu ia bantu.

"M...maaf kak, hal apa ya yang perlu saya bantu, kenapa kita ke sini?" Tanya Olivia yang sudah was-was.

"Ayolah, Olivia tidak mungkin kamu tidak tau kan?" ujar lelaki itu mendekati Olivia dengan senyum devil.

Dirinyabyang ada dalam bahaya pun seketika melangkah mundur. tangan nya merasa sekeliling untuk mencari perlindungan.

"Ma...maaf kak, tapi saya tidak tau apa yang dimaksud" otaknya seakan membunyikan alarm bahaya.

"Haha, kalau dilihat-lihat wajah mu juga tidak kalah cantik, hemm kenapa menunduk Olivia" Lelaki itu dengan lancang mengangkat wajahnya.

Dirinya dengan spontan mendorong lelaki itu agar menjauh. tetapi tenaganya tidak ada apa-apa nya. Lelaki itu memeluk Olivia dengan meraba bagian terlarang.

"Lepas! Tolong, kurang ajar kamu!" Air matanya lolos begitu saja dengan dirinya terus memberontak. rasanya sangat sesak dan sakit.

"Diam lah, nikmati saja sentuhan ku Sayang" Lelaki itu mengeratkan cengkraman dan berniat mencium dirinya.

Olivia menendang bagian pribadi lelaki itu. seketika lelaki itu mundur dan kesempatan itu ai jadikan untuk melarikan diri.

Air matanya mengalir deras seiring hujan yang turun ke bumi. Batin nya berteriak, merutuki segala tindak kebodohannya.

Dilecahkan oleh lelaki yang berkemungkinan menjadi kakak iparnya adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan.

Wanita mana, yang kuat jika mendapatkan pelecehan. Semua orang akan menganggap dirinya yang salah tanpa mendengar pembelaan darinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!