Kehujanan

Dirinya mulai membersihkan segala sudut rumah. Memastikan ulang kalau tidak ada yang tertinggal. Hari ini dirinya tidak memasak, karena semua orang sudah pergi sedari tadi.

Olivia membuka lemari pendingin dan mengambil 2 potong roti dan selai coklat. Duduk di meja yang tampak sepi. Mulai melahap potongan roti itu dengan tenang.

Ia menghabiskan sarapan nya sekitar 15 menit. Tangannya sibuk berselancar di dunia maya, mencari toko ponsel yang dapat di bayar secara angsuran.

"Kayak nya ini toko, nggak jauh deh dari rumah? Bisa nih ke sini dan pulang sebelum papa pulang" Ia bergumam dengan memandangi ponsel itu.

Setelah dirasa selesai, Olivia kembali membereskan alat makan yang dia gunakan. Berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan bersiap.

"Cuaca nya sangat terik sekali, pasti di luar sangat panas dan penuh debu, kapan ya hujan?" Dirinya menatap luar dari jendela kamarnya.

"Aku harus segera mandi, dengan air dingin pasti sangat menyegarkan" Dirinya membawa handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, dirinya bernyanyi riang dengan menggunakan botol shampo sebagai mic. Serasa ia tengah melakukan konser pribadi.

'Kalau di pikir-pikir, suara ku sangat bagus hihihi'

Sekitar setengah jam berlalu, dirinya keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melekat pada nya. Berjalan menuju lemari pakaian yang berada di ujung. Sebelum sampai di depan lemari, dirinya menatap dalam pantulan wajahnya yang ada di cermin itu.

"Olivia, Olivia kamu itu harus nya jangan gampang nangis! masa iya ngaku nya wanita kuat tapi nangis! Dasar cengeng!" dirinya seakan merutuki diri sendiri karena terlalu lemah.

Tetapi anak mana yang tidak menangis, jika diperlakukan buruk. Seolah-olah dirinya bukan bagian dari mereka. Sekuat apapun sosok anak itu, pasti akan menangis dan manusia kuat bukan berarti tidak menangis bukan?.

Setelah puas melihat wajahnya dalam cermin. Dirinya pergi ke lemari pakaian, begitu terbuka terpampang tumpukan baju yang sangat rapih dan jauh dari segala brand ternama.

"Karena hari ini sangat terik, aku harus menghindari warna hitam, atau aku kan terpanggang seperti ikan asin " Dirinya mengambil salah satu baju yang ada di sana.

Pilihannya tertuju pada baju blouse putih Gading dengan berpadukan celana dengan potongan cut bray berwarna denim.

Sungguh pilihan yang bagus, meskipun tidak ada unsur kemewahan. tetapi sangat pas di tubuh nya yang bagus dan elegan.

Beberapa menit berlalu, saat ini dirinya duduk di meja rias dengan kaca berukuran besar. Mulai memoles wajahnya dengan skincare dan beberapa riasan tipis. Bahkan karena terlalu tipis, membuat nya seperti tidak mengenakan make up.

"Nah, gini kan cakep hehe, Udah deh oliv jangan mulai sok kamu!" Dirinya menepuk pelan wajahnya. Seakan mengingatkan dirinya agar sadar diri dengan apa yang ada.

Sadar diri itu, memang sangat diperlukan. Agar tidak terjatuh dengan harapan yang di semai diri sendiri. Seni sadar diri, saat ini sangat di anggap sepele oleh manusia lain. padahal sadar diri mampu menyelamatkan kita dari rasa sakit.

"Sebaiknya aku ke bank terlebih dulu, takut nya di toko itu tidak menerima kartu, nanti jadi bolak balik dan memakan waktu" Ia mengambil tas dan ATM tabungannya selama ini.

'Hari ini, semua tabungan ku akan hangus, padahal itu untuk berjaga-jaga, hufhh! nggak papa Oliv nanti kita cari lagi ya' Dirinya memandang kartu debit dengan sedikit tersenyum. Meyakinkan diri sendiri kalau nanti akan kembali lagi.

Selama ini, dirinya juga selalu menyisihkan uang dari Joki tugas nya. Memiliki kapasitas otak yang besar memang sangat menguntungkan dirinya.

Karena kalau hanya modal cantik doang pasti tidak berguna. Ini kenapa dirinya sangat rajin belajar dimasa sekolah. Karena pada jaman sekarang kalau hanya modal cantik, akan berakhir di tempat sampah.

Dirinya berjalan dengan damai keluar dari kamarnya. Sesekali dirinya tersenyum untuk nya, karena yang butuh di senyumin bukan hanya orang lai , tetapi juga diri sendiri.

"Mau kemana kamu, anak sialan?" Wanita itu masuk dengan pakaian yang bermerk dan gonjreng.

Seperti nya mama nya itu habis dari arisan dengan teman sosialita nya itu. Terbukti dengan membawa beberapa paper bag yang jelas isi nya barang dengan harga fantastis.

"E...e itu ma, Oliv Mau cari ponsel untuk ganti ponsel nya kak Alic" Ujarnya dengan sedikit menunduk. Karena dirinya tau kalau mama nya itu sedang menatap tajam padanya.

"Bagus lah, Sana pergi dan jangan lupa ponsel yang sama!" Ujar wanita itu. Berjalan meninggalkan oliv yang berdiri kaku.

Setelah mama nya masuk ke dalam kamar. Dirinya kembali melangkah pergi, tujuannya saat ini di bank terdekat dan datang ke toko ponsel.

Dirinya berjalan keluar dari jalan sekitar rumah nya. Karena jalan itu, tidak akan di lewati oleh transportasi umum. Setelah cukup jauh melangkah, dirinya berhenti di halte.

Beberapa menit berlalu, tetapi belum ada transportasi umum yang lewat.

"Maaf pak, ini nanti masih ada transportasi umum nggak ya pak?" Tanya Olivia pada bapak-bapak yang memang duduk di ujung kursi.

"Nanti masih ada satu lagi, nah itu dia nona" Ujar bapak itu menunjuk ke ujung jalan.

"Baik pak terima kasih "

Olivia berdiri menunggu bis itu. Ia menatap langit yang mendung dan beberapa kitalan muncul di balik awan gelap.

'Seperti nya akan turun hujan, wah! apa ucapan ku sudah tertawa haha' Dirinya tersenyum bangga.

Bis itu berhenti tepat di depannya. Ia masuk dan duduk dengan nyaman. Belum juga jauh, hujan turun dengan cukup deras. Aroma khas hujan menyeruak masuk, memberikan ketenangan.

'Kenapa kalau hujan vibes nya kayak lahir patah hati ya, haha oliv, oliv memangnya kamu pernah patah hati, pacaran aja nggak pernah' Dirinya mulai menertawakan dirinya yang sangat aneh itu.

Setelah sampai di halte dekat dengan bank. Dirinya turun, hujan sedari tadi belum berhenti. Bahkan terlihat nyaman dan sepertinya enggan berlalu.

"Bagaimana ini, hujan-hujan kapan kamu mau berhenti, kan aku jadi susah" Gerutunya dengan menatap nanar.

Setelah beberapa lama duduk di halte sendiri an. akhirnya dirinya bangkit.

"Udah lah, mau sampai kapan nunggu, lebih baik di terabas aja, kehujanan dikit nggak ngaruh!" Dirinya berlari menerjang hujan yang cukup lebat.

Alhasil sampai di bank dalam keadaan basah kuyup. Banyak orang yang menatap nya aneh, tetapi dirinya hanya acuh saja.

Masuk ke dalam kotak penarikan uang dan memasukkan kartu berwarna abu-abu itu. Menekan beberapa tombol dan tidak lama mesin itu mengeluarkan uang.

'Yah, huaa! uang ku habis!'

"Sabar, sabar atm ku tersayang Nanti pasti bakal ke isi lagi"

Dirinya kembali berlari menerjang hujan yang tidak kunjung reda. menerjang hujan dengan segala keyakinan yang tersisa.

'Seru juga ya, lari di tengah hujan angin ribut, haha'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!