Lelah? Siapa yang tidak lelah, hati seperti apa yang mampu bertahan dengan segala rasa sakit yang dirawat.
Tidak akan ada yang mampu, tetapi mau bagaimana pun dirinya tidak dapat memilih. Seakan semuanya memaksa menjadi takdir yang tidak di beri pilihan lain.
Dengan sisa-sisa isak tangis Olivia melangkah memeluk dirinya dalam delapan selimut. Yang bahkan tak mampu mengusir rasa sesak dan dingin.
Karena terlalu lelah matanya tertutup dengan jejak tangis yang mengakar kuat dalam pipi mulus nya.
***
"Tuan, ini beberapa dokumen yang harus di cek dan di tanda tangani, dan besok pagi perkuliahan masuk jam 08.10" Jelas lelaki yang jauh lebih tua dari nya.
"Selesai?"
"Selesai jam 12.00 lalu jam 13.00 ada rapat dengan pemegang saham, untuk membahas kelanjutan proyek" Jelas lelaki itu. dengan menunduk hormat.
"Perekrutan?"
"Ada beberapa yang sudah mengirim surat lamaran pekerjaan, besok setelah rapat saya akan letakkan di meja tuan muda"
"Hemm"
"Baiklah, saya siapkan mobil terlebih dulu"
"Hmm"
Setelah mendapatkan jawaban dari tuan muda nya. lelaki itu beranjak keluar dari ruangan yang terasa dingin itu.
Bukan hanya sekedar pendingin ruangan, tetapi juga aura yang di ciptakan tuan muda nya itu terlalu mencekam.
Lelaki muda itu merupakan anak terakhir dari pasangan yang cukup terkenal di dunia bisnis. Keharmonisan dan kesederhanaan yang membuat banyak orang berlomba-lomba menjodohkan putri mereka.
Menjadi anak terakhir dari kelima bersaudara, tidak membuat dirinya hidup dengan tenang dan suka berfoya-foya.
Didikkan sang papa, membuat dirinya menjadi anak yang tidak pernah bangga dengan pencapaian orang tuanya. Dirinya juga anak yang paling diam dan ambis dari pada kakak-kakak nya yang lain.
Hujan tidak lagi menyeruak, hanya rintik gerimis yang meneguhkan segala aktivitas.
'Siapa sebenarnya wanita itu?'
Dirinya membenarkan kacamata dengan tenang. Tidak lama pintu ruangan nya terbuka kembali. Muncullah lelaki dari balik pintu kebesaran itu.
"Tuan, mobil sudah siap" Ujarnya.
Dirinya bangkit dengan penuh wibawa dan aura yang mendominasi. Berjalan lebih dulu dari lelaki itu dengan sorot yang begitu tajam.
Disusul lelaki itu yang bekerja sebagai sopir dan asisten pribadi nya. Lelaki itu merupakan pekerja yang di percaya sang papa, untuk mengikuti dirinya.
Suasana kantor sudah sepi, hanya beberapa karyawan yang memang lembur dan satpam yang akan kembali akhiran.
"Silahkan tuan" Lelaki itu dengan gagah membuka pintu mobil hitam dan mempersilahkan tuan nya masuk.
Sepanjang perjalanan tidak, ada interaksi dari keduanya. Karena tuan muda nya itu memiliki karakter yang dingin, cuek dan enggan basa-basi.
Mobil mewah itu memecah kegelapan malam. Melesat menusuk setiap jalan yang senggang.
***
Di waktu yang sama di tempat yang sama. wanita itu merengek kesakitan, luka bakar yang terlihat sudah di perban dengan sempurna.
"Hiks... Papa ini sangat sakit, ini semua karena ulah Olivia" Air matanya terus mengalir.
Entah keadaan sebenarnya atau di ada-ada kan, untuk kembali menyakiti sang adik.
"Sabar ya sayang, memang anak itu minta dikasih pelajaran lagi, agar jera! berani-beraninya melakukan ini padamu!" Mamanya menatap tembok putih dengan aroma obat yang menyengat.
"Benar, apa yang dikatakan mama mu, jadi tahan lah sebentar nanti pasti baikan Alic" Lelaki itu memeluk tubuh putrinya.
"Nanti gimana tangan Alic kalau luka nya tidak bisa hilang pa? Alic malu sama temen-temen, hiks...hiks" Alicia mendongak menatap papa nya yang terlihat khawatir.
"Dengar ya sayang, papa akan memastikan sendiri kalau lengan mu akan kembali seperti semula" Ujarnya menenangkan.
"Alicia sayang papa"
"Papa juga sayang nak, tidur ya biar kondisi mu semakin pulih"
"Iya pa, good nigh"
Muachh
Alicia mengecup pipi papa nya dengan senang. tidak ada lagi tangis yang menghiasi suaranya.
Lelaki itu, membenarkan selimut untuk memberikan kehangatan untuk putri nya.
Sedangkan Olivia di biarkan saja walaupun terluka. Lelaki itu seakan hanya memiliki satu putri yaitu Alicia.
Malam semakin larut. kali ini, tidak ada bintang yang bernyanyi riang. Hanya mendung yang tak kunjung hilang.
Tidak terasa jam dinding menunjuk angka 06.00 pagi. Karena terbiasa bangun pagi, Olivia bersiap membereskan ranjang nya dan berganti ke sebagian rumah.
Tidak ada lagi keluh kesah yang mengiringi pekerjaan nya. Hari ini, adalah hari pengumuman tes keberkasan, kalau kali ini berhasil Olivia akan masuk sesi wawancara.
Sekitar jam 08.30 Olivia menyelesaikan segala tugas rumah, mulai dari menyapu, ngepel, masak dan nyuci.
"Huh! apa lagi ya, sebaiknya aku ke kampus untuk meminta beberapa surat-surat, sekalian ngumpul buat yudisium lah" Dirinya meregangkan otot-otot yang kaku.
"Aduh!" Karena terlalu bersemangat, lengan yang terkena luka bakar itu tertatap oleh dinding penyangga rumah.
"Siapa sih yang narok tiang di sini? kamu juga seneng banget mukul-mukul aku!" Ujarnya memakai dinding yang diam itu.
"Huh! sakit tau" Dirinya kembali melangkah ke kamarnya. bersiap untuk ke kampus.
'Semoga nanti di kampus tidak ketemu manusia biadab itu!'
Brughh
Pantai nya menyapa lantai yang terasa dingin bercampur ngilu. Karena tidak melihat, dirinya melewati lantai yang belum sepenuhnya kering.
"Aduh!!, Kan jatuh lagi, beneran aku kena sial Udah kena luka bakar, kena tampar, kepentok tiang, jatuh di lantai, ini apa lagi ini!" Celetuknya dengan mengusap-ngusap pantat nya.
Kali ini, dirinya berjalan hati-hati masuk ke dalam kamar mandi. Menguyur tubuh nya dengan di bubuhi sabun dengan aroma yang rileks.
Setelah beberapa menit. Sesi mandinya usai dilanjutkan kegiatan sejalnjutnya menatap dirinya dalam kaca dan berganti pakaian.
Setelah semua selesai dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Olivia keluar kamar dengan sat set.
"Lah! ponsel nya ketinggalan! huaaa, capek!" Dengan terpaksa dirinya kembali ke kamar. Mengambil ponsel nya yang bertengger di tempat pengisian daya.
Berjalan menuju halte tempat biasa dirinya menunggu transportasi. Setelah beberapa saat, bis itu lewat dengan tenang.
"Kali ini nggak ada kesiapan, haha" Dirinya bergumam lirih.
Olivia masuk ke dalam mobil dan duduk dengan aman, setelah beberapa menit melaju. Bis itu menunjukkan ketidakberesan.
Tiba-tiba bis itu berhenti dan tidak bisa di nyalakan.
"Nah kan, kenapa lagi ini. Tuhan aku hanya ingin ke kampus dengan aman dan nyaman, kenapa hari ini di penuhi kesialan!" Dirinya bersandar pada kursi belakang. Sudah habis tenaganya untuk menghadapi segalanya.
"Kepada semua penumpang, diharapkan turun sebentar, karena seperti nya bis nya ada sedikit masalah" ujar sopir itu.
"Huu!" Sorak seluruh penumpang.
"Ini mah bukan sedikit pak, tapi banyak" ujar Olivia yang sudah bad mood.
Matahari siang ini, juga sangat terik. Membuat peluh membasahi tubuh menambah kelencuan hari nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments