"Ma... " panggil Devano membuat Gelsey yang sedang duduk sambil membaca majalah itu menoleh.
"Ya sayang," jawab Gelsey tanpa beranjak dari duduknya.
"Papa mana ma?" tanya Devano celingukan mencari sang papa yang biasanya menempel ke mamanya saat weekend begini.
"Main golf bareng opa sama om Gino," jawab Gelsey sambil mengelus rambut Devano yang merebahkan kepalanya di pangkuan sang mama.
"Mama nggak pengen punya anak lagi ya?"
"Uhuk.... uhuk.... " Gelsey tersedak air liurnya sendiri mendengar pertanyaan sang anak.
Bergegas Devano bangun dari rebahannya dan mengambilkan air minum untuk mamanya.
Gelsey meneguk air itu lalu dengan gemas memukul lengan Devano karena kesal dengan kalimatnya.
"Kamu tuh kalo ngomong bikin orang tua jantungan aja sih Dev!"
"Serius ma, Devano pengen punya adik." Devano sedikit merengek, bocah tengil yang diluar rumah sangar itu merengek untuk membujuk mamanya untuk punya anak lagi, tahu kan tujuannya apa? Agar ia terbebas dari perintah papanya yang semena-mena itu.
"Mama kan udah tua Dev, resiko kalo punya anak lagi, emangnya kenapa kamu pengen punya adek?" Gelsey menelisik wajah sang putra yang kelihatan lagi bete banget itu.
Devano terdiam lama, otaknya berfikir keras, tak mungkin juga ia tega memaksa mamanya hamil lagi kalau ada resiko besar yang harus mamanya hadapi untuk memiliki anak lagi.
"Kemarin papa masukin namaku sebagai wakil CEO ma..... " Gelsey mendengarkan anak gantengnya bercerita, sudah tahu kan seberapa dekat ibu dan anak itu, Gelsey ibarat sekutu terkuat Devano di rumah ini, menurut Devano mungkin mamanya bisa membujuk papanya untuk membatalkan semuanya.
"Aku masih muda ma, baru juga naik kelas dua belas, masak udah disuruh kerja?" curhat Devano dengan wajah teraniaya.
"Sayang..... kamu itu anak satu-satunya mama papa lho, kalo bukan kamu yang nerusin usaha papa siapa lagi? Lagian kamu cuman disuruh belajar dulu kok bukannya langsung take over kerjaan papa." Agaknya kali ini mamanya tak bisa membantu Devano seperti yang sudah-sudah.
Gelsey sebenarnya tahu rencana Satria, dia juga sudah berusaha meminta sang suami untuk menunda keinginannya itu, tapi Satria justru mengomel dan menasehati dirinya sepanjang malam.... cckk Gelsey juga kesal kalau Satria sudah mulai menggerutu seperti itu.
"Cckk.... papa nggak asyik, hidupnya terlalu kaku!" Devano emosi meski tertahan karena ada mamanya.
"Sabar nak, semua juga buat kamu kok."
"Aku cari bini yang bisa ngelola perusahaan aja deh ma, biar dia yang nerusin perusahaan papa, aku mau jadi pembalap."
Dengan kesal Gelsey menabok lengan Devano."Ngaco! Kamu kan laki, masak istrinya yang suruh kerja sih!"
Devano tertawa melihat sang mama mengomel dan cemberut, jujur dalam hati Devano berharap nanti memiliki istri seperti mamanya ini, asyik dan menyenangkan orangnya.
"Ya udah ma, aku mau jalan ketemu Brandon dulu," pamit Devano lalu mencium pipi Gelsey.
"Ingat ya Dev, nggak boleh bonyok lagi."
"Iya ma, janji," ucap Devano mantap.
Disini sekarang Devano berada bersama beberapa temannya, nongkrong di club seperti ini setiap malam minggu adalah hal yang wajar untuk anak-anak seusia mereka.
"Lo nggak apel ke tempat Freya Dev?" tanya Jason memulai obrolan mereka.
"Cckk.... ngapain?! Pacar bukan, gebetan bukan, mau ngapain gue apelin!" ketus Devano.
"Lah si boss, bukannya tuh cewek termehek-mehek ama lo, kalo gue mah sikat aja mumpung gratis," celutuk Monty asal.
"Goblok lo! Otak nggak jauh-jauh dari selangk**gan!" Ali menabok kepala Monty dengan kesal.
Ya Monty si anak hilang yang hidup di Jakarta sendirian ini memang bisa dibilang yang paling brengsek diantara teman yang lain, se** bebas bukanlah hal aneh untuk kehidupannya yang terlalu bebas itu.
"Asal jangan sampai kena penyakit aja lo, gue sih ogah deket elo kalo lo terjangkit itu." Ini Brandon yang bicara, meski ia nakal tapi dia tak akan mengambil jalur kenakalan yang ini, bisa-bisa papa dan opanya mencoret namanya dari daftar pewaris mereka.
"Bacot lo!" teriak Monty tak terima didoakan kena sakit kela***.
Mata Devano tampak awas menatap ke meja di depannya, ada dua perempuan yang duduk disana, perempuan yang berambut pendek itu terasa tak asing di matanya.
Devano terus menatapnya sambil memperhatikan perempuan yang satunya lagi, rambut hitam se punggung dengan mata bulat dan wajah cubby, itu tipe perempuan yang disukai Devano.
"Matanya kedip Dev!" tegur Jason sambil cekakakan.
"Inget Freya."
"Cckk.... dibilang dia bukan pacar gue!" tegas Devano masih memperhatikan perempuan yang tak lain adalah Letta.
Di meja itu Helen tampak marah-marah kepada Letta, malam minggu nya harus dihabiskan di club dengan sahabat satu-satunya itu.
"Makanya buruan cari pacar, jangan ajakin bini orang buat keluyuran kayak gini." Dari tadi Helen mengomel terus, pasalnya meski suaminya yang berprofesi sebagai pilot itu sedang ada jadwal terbang, dia malah diajakin keluar oleh Letta, padahal nih ya badannya lagi capek luar biasa efek dari kerja rodi sebagai budak korporasi di tempatnya bekerja.
"Berisik lo, gue pengeng denger emak gue ngoceh mulu!" maki Letta kesal mendengar omelan Helen dari tadi.
"Lagian Let, kenapa sih lo nggak terima dijodohin sama Raja , keren loh orangnya, udah gitu orangnya juga baik banget, dan yang terpenting kita sama-sama punya suami pilot," bujuk Helen pelan, pasalnya ia tahu dan kenal dengan baik Raja Jonathan Krisna anak dari dokter Samuel Krisna dan Kanaya Thalia yang terkenal dengan kedermawanannya.
"Kenapa nggak lo aja yang kawin ama dia?!" tegur Letta tak terima didorong-dorong terus oleh orang-orang terdekatnya untuk segera menikah.
"Ya kalo gue ketemu dia sebelum ketemu Peter pasti udah gue embat dia," sahut Helen dengan wajah tanpa dosa.
"Dasar bego!" ucap Letta sambil tertawa terpingkal.
Sementara sejak tadi mata Devano tetap awas memperhatikan Letta yang terlihat begitu cantik itu meski dengan make up tipis.
"Udah Dev liatnya, ntar mbak yang disana bolong lo liatin terus, nggak mungkin juga dia mau ama lo, kita masih piyik sementara dia udah mateng gitu." Brandon yang mengenal sepupunya dengan baik itu tahu bahwa cewek itu adalah tipenya Devano banget, cantik, putih, natural dengan wajah cubby.
"Lo kira dia buah jambu, pakai mateng segala!" ketus Ali sewot.
Ya pada akhirnya Devano menyadari meski dia tertarik, perempuan di depan sana terlihat lebih dewasa dari dirinya, mungkin jarak usia mereka berbeda dua atau tiga tahun, jadi tak mungkin juga Devano berani mepet buat kenalan kan.
Ya sudah memang saat ini waktunya buat senang-senang dan menghabiskan masa muda dengan hal-hal yang menyenangkan dan tak perlu dipusingkan dengan masalah perempuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺ❣️Angela🍁
hhhhhhh dave tertarik dengan leta seperti ny
2024-08-16
0
Keho
piyik? baby merpati?
2024-02-13
2
Rien
Devano devano
2023-10-20
1