Bab 18 : Letta ngambek

Dengan mata memanas Letta melihat foto itu sekali lagi, dadanya turun naik menahan sesuatu yang ingin meledak.

Letta membasuh mukanya untuk menghilangkan sisa air matanya dan setelah jejak-jejak tangisan tak terlihat, Letta keluar kamar dan mencari mama mertuanya.

"Maaaa, aku pulang ya." Letta melihat Gelsey sedang berkutat di dapur.

"Nggak ma, ditunggu Devano di rumah," jawab Letta dengan bibir tersenyum.

"Tuh anak kenapa sih malah istrinya disuruh nganter supir, bukannya ngejemput, dasar anaknya Satria suka aneh!" gerutu Gelsey membuat Letta terkekeh.

"Ya udah aku pulang ya ma." Letta mencium pipi Gelsey dan beranjak ke depan, sudah ada pak supir yang menunggu Letta.

Letta masuk ke dalam mobil, sebelum pak supir menjalankan mobil, Letta meminta mobil itu mengantarnya ke mall bukan ke rumah.

"Kata mas Devano disuruh langsung pulang mbak." Pak supir melihat Letta dari kaca tengah.

"Nggak papa pak, ada yang mau aku beli dulu di mall, nanti bapak nggak usah nungguin, aku pulang sendiri, gampang."

"Baik mbak." Pak Supir mengangguk patuh, memang dia siapa yang berani menolak perintah majikan.

Letta turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih lalu melenggang memasuki mall tersebut.

Letta berencana membeli baju untuk mengganti bajunya yang sudah dua kali ia pakai.

Lagi marah begini, semua yang ada di etalase menarik di mata Letta, alhasil ia beli beberapa baju, tas dan sepatu, meski tadi sempat ingin menggesek kartu hitam milik Devano yang ia pegang, tapi Letta sadar diri, dia tak mau dibilang aji mumpung.

Menjelajahi mall sebesar ini selama hampir tiga jam membuat Letta jadi kelaparan, apalagi tadi ia memang melewatkan sarapannya karena asyik berbincang dengan papa mertuanya.

Bunyi ponsel yang terus berdering meminta atensinya membuat Letta mendengus, apalagi ada nama Devano yang tertera di layar itu semakin membuat Letta ingin meledakkan amarahnya.

Tapi dering ponsel yang tak kunjung berhenti itu membuat Letta mau tak mau menerima panggilan itu juga.

"Apa?!" tanya Letta judes.

"Kamu dimana sih mbak, dari tadi kok nggak nyampai-nyampai?" tanya Devano santai.

"Kenapa?!" Dengan suara ketus Letta menjawab pertanyaan Devano.

"Aku khawatir tahu, kata pak Toni kamu mampir ke mall yang deket rumah, tapi kok udah hampir empat jam belum pulang juga."

"Emang kenapa?!"

"Gimana sih nih bini, dikhawatirin malah nadanya ketus banget," goda Devano sambil terkekeh.

Ini cowok lagi tidak sadar kalau istrinya sedang marah terhadapnya, dasar cowok tidak peka hahaha.

"Ngapain kamu khawatirin aku segala, nggak perlu segitunya kali!" Lalu Letta memutuskan sambungan telepon mereka, dan kembali melahap nasi gorengnya yang terlihat tak menarik lagi.

Letta tak bisa bertahan di tempat ini lebih lama lagi, dirinya tetap harus pulang ke rumah juga pada akhirnya.

Dengan mengendarai taksi online, Letta kembali menuju rumahnya, ingin mampir sebentar ke rumah Helen di sebelah, sayangnya rumah itu kembali gelap.

'Sialan emang si Helen, giliran kita tetanggaan justru susah ketemunya, dulu aja sampai curi-curi waktu dari kantor buat ketemu!' Letta mengomel dalam hati, sebal melihat Helen yang sering keluar rumah itu.

"Maaf mbak udah sampai," tegur pak supir melihat Letta yang tak kunjung turun dari dalam mobil.

"Eh iya pak." Letta tergagap lalu menyerahkan uang seratus ribuan sebagai ongkos.

"Kembaliannya mbak." Si bapak mengeluarkan kembalian untuk Letta.

"Buat bapak aja, makasih ya pak." Lalu Letta turun dan melangkah memasuki pagar rumah yang dibiarkan terbuka itu.

Devano berdiri sambil berkacak pinggang di depan pintu, menatap Letta dengan wajah dingin.

Letta melengos melihat wajah Devano terdapat beberapa lebam, dalam otak Letta menyimpulkan bahwa Devano berantem demi membela Freya.

"Wah wah istriku pinter banget sekarang ya, ngelayap tanpa ijin suami," tegur Devano dengan muka masam, apalagi melihat Letta berjalan sengaja tak menggubrisnya.

"Kamu marah gara-gara nggak aku jemput mbak?" tanya Devano sambil membuntuti Letta yang berjalan acuh tanpa mempedulikannya.

Letta tetap diam, masuk ke dalam kamar dan merapikan belanjaannya tanpa mempedulikan Devano.

"Ini suami lagi ngomong lho mbak, masak dicuekin aja sih." Devano sengaja melingkarkan tangan ke pinggang Letta.

"Apaan sih Dev, nggak jelas banget!" Letta memberontak dan mencoba melepaskan diri dari belitan tangan besar Devano.

"Aku minta maaf mbak, bukan niatnya buat nggak jemput, tapi aku males denger papa ngoceh kalo mukaku begini."

"Gue nggak nanya!" sahut Letta dengan wajah judes.

"Iya ini aku lagi jelasin biar kamu nggak marah," ucap Devano lembut.

"Gue nggak peduli mau muka lo bonyok kek, penyok kek, nggak ada urusannya ama gue, lagian muka lo begitu kan buat ngebela cewek lo." Habis mengucapkan itu Letta keluar dari kamar, dia butuh air putih, tiba-tiba tenggorokannya kering dan serak.

"Maksud kamu apa coba?" tanya Devano tak mengerti dengan perkataan Letta.

"Muka lo bonyok kan karena jadi pahlawan buat Freya kan, sangking khawatirnya sampai dipeluk lho tuh cewek," ledek Letta sambil mencibir.

Bibirnya boleh mengeluarkan rentetan kalimat itu seakan-akan ia baik-baik saja, tapi hati Letta sih terlanjur sakit, sudah bener deh kalau dia memutuskan untuk jatuh cinta kepada suami berondongnya yang masih labil ini.

Devano menarik tangan Letta lalu menghadapkan tubuh itu untuk menghadap dirinya.

"Aku nggak meluk Freya mbak, beneran." Devano mengangkat kedua jarinya untuk membentuk huruf V untuk menyakinkan Letta.

Letta melengos dalam hati memaki laki-laki di muka bumi ini yang tak bisa dipercaya.

Dengan gemas Devano menarik dagu Letta agar melihat ke arahnya.

"Tadi aku lari pagi ama temen-temen terus ngeliat Freya ditarik-tarik ama anak sekolah lain, Jason langsung lari nendang tuh cowok, kita emang berantem dan Freya lari meluk aku mbak, tapi aku nggak respon, dia juga minta aku anterin dia pulang, aku juga nggak mau, akhirnya Freya dianter Jason karena Jason memang naksir dia, sumpah aku nggak ada rasa ama dia, pelan-pelan kasih tahu ke Freya nya ya, aku yakin dia bakal ngerti kok dengan hubungan ini." Dengan lembut Devano menjelaskan kejadian yang sebenarnya, tak lupa tangannya membelai wajah Letta dengan pelan.

Letta menundukkan kepala dalam, rasanya dalam dada sana masih sakit teringat momen mesra mereka tadi.

Letta merasa bahwa dia yang merusak hubungan Devano dengan Freya, jujur Letta tak begitu percaya dengan apa yang diucapkan oleh Devano.

Dua kali dia melihat kemesraan Devano dengan Freya, tidak semudah itu kan ia percaya bahwa mereka hanya berteman tanpa ada rasa cinta di dalamnya.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

YANG LBH TUA MLH YG CEMBURU & GK PRCAYA...😁😁😁😁😁

2024-02-18

0

Rien

Rien

letta cemburu mungkin dah bucin sm devano

2023-11-01

4

Rien

Rien

letta cemburu.mungkin dah bucin sm devano

2023-11-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Putus Cinta berjuta rasanya
2 Bab 2 : Tawuran
3 Bab 3 : Rencana Perjodohan
4 Bab 4 : Status baru Devano
5 Bab 5 : Siapa dia?
6 Bab 6 : Gue sumpahin lo....
7 Bab 7 : Ketangkap Basah
8 Bab 8 : Tiba-tiba Menikah
9 Bab 9 : Pasutri baru
10 Bab 10 : Di rumah mertua
11 Bab 11 : Ternyata dia punya pacar
12 Bab 12 : Dinner berdua ala Devano
13 Bab 13 : Gosipan Ibu-ibu komplek
14 Bab 14 : Romantisme pengantin baru
15 Bab 15 : Freya oh Freya
16 Bab 16 : Cinta juga butuh logika.
17 Bab 17 : Obrolan Letta dan papa mertua.
18 Bab 18 : Letta ngambek
19 Bab 19 : Devano pusing
20 Bab 20 : Gue hancurin lo seperti rengginang
21 Bab 21 : Tak bisa membohongi perasaan
22 Bab 22 : Goncangan di perusahaan papa
23 Bab 23 : Meneruskan yang tertunda
24 Bab 24 : Kehilangan kabar papa.
25 Bab 25 : Usaha Letta
26 Bab 26 : Kehilangan jejak
27 Bab 27 : Peperangan dimulai
28 Bab 28 : Bramenda turun tangan
29 Bab 29 : Ada yang belum selesai.
30 Bab 30 : Devano - Febian
31 Bab 31 : Cemburunya Devano
32 Bab 32 : Ulang Tahun Bramenda
33 Bab 33 : Menyusun Rencana.
34 Bab 34 : Jatuhnya Atmaja corp.
35 Bab 35 : Manisnya masa putih abu itu.
36 Bab 36 : Versi kita
37 Bab 37 : Obrolan di meja makan.
38 Bab 38 : Ujian Akhir Sekolah
39 Bab 39 : Masa sebelum dewasa datang
40 Bab 40 : Kunjungan sahabat
41 Bab 41 : Ujian itu datang
42 Bab 42 : Milik aku
43 Bab 43 : Tak Mengerti
44 Bab 44 : Sedih
45 Bab 45 : Usaha memisahkan mereka
46 Bab 46 : Ngadu
47 Bab 46 : Tamu untuk Letta
48 Bab 48 : Mulai ada titik terang
49 Bab 49 : Ujian dari masa lalu
50 Bab 50 : Kehilangan Dia.
51 Bab 51 : Dipecat dengan tidak hormat
52 Bab 52 : Home Sweet Home
53 Bab 53 : Aktifitas Baru
54 Bab 54 : Ngintilin Suami
55 Bab 55 : Markas baru?
56 Bab 56 : Wanita penggoda
57 Bab 57 : Mencari pengganti
58 Bab 58
59 Bab 59 : Terpaksa memburu Claudia
60 Bab 60 : Pria beristri
61 Bab 61 : Levelnya Jauh di bawah Letta
62 Bab 62 : Usaha sendiri.
63 Bab 63 : Mengundurkan diri
64 Bab 64 : Tak di hargai!
65 Bab 65 : Menyakitkan
66 Bab 66 : Banyak yang ingin di posisi lo
67 Bab 67 : Berlarutnya kesalahpahaman
68 Bab 68 : Pura-pura
69 Bab 69 : Terpaksa
70 Bab 70 : Terlalu Serakah
71 Bab 71 : Tak cukup hanya itu
72 Bab 72 : Si tegas
73 Bab 73 : Nyungsep!
74 Bab 74 : Intimate Wedding.
75 Bab 75 : Bulan Madu
76 Bab 76 : Masih Bulan Madu
77 Bab 77 : Hamil?
78 Bab 78 : Bumil Perkasa
79 Bab 79 : His name is...
80 Bab 80 : Kebahagiaan sejati
81 Bab 81 : Persaingan
82 Bab 82 : Waktu yang mendewasakannya.
83 Bab 83 : Namanya juga anak cowok
84 Bab 84 : Tentang Kenzo dan Kanaka
85 Bab 85 : Berantem lagi
86 Bab 86 : Garangnya Kenzo
87 Bab 86 : Surat cinta dari guru BK.
88 Bab 88 : Mimo ngamuk
89 Bab 89 : Mempertahankan harga diri
90 Bab 90 : Bersitegang
91 Bab 91 : Tamu??
92 Bab 92 : Vetsa membuyarkan impian semua orang
93 Bab 93 : Sedewasa itu
94 Bab 94 : Two Most Wanted
95 Bab 95 : Ending
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Bab 1 : Putus Cinta berjuta rasanya
2
Bab 2 : Tawuran
3
Bab 3 : Rencana Perjodohan
4
Bab 4 : Status baru Devano
5
Bab 5 : Siapa dia?
6
Bab 6 : Gue sumpahin lo....
7
Bab 7 : Ketangkap Basah
8
Bab 8 : Tiba-tiba Menikah
9
Bab 9 : Pasutri baru
10
Bab 10 : Di rumah mertua
11
Bab 11 : Ternyata dia punya pacar
12
Bab 12 : Dinner berdua ala Devano
13
Bab 13 : Gosipan Ibu-ibu komplek
14
Bab 14 : Romantisme pengantin baru
15
Bab 15 : Freya oh Freya
16
Bab 16 : Cinta juga butuh logika.
17
Bab 17 : Obrolan Letta dan papa mertua.
18
Bab 18 : Letta ngambek
19
Bab 19 : Devano pusing
20
Bab 20 : Gue hancurin lo seperti rengginang
21
Bab 21 : Tak bisa membohongi perasaan
22
Bab 22 : Goncangan di perusahaan papa
23
Bab 23 : Meneruskan yang tertunda
24
Bab 24 : Kehilangan kabar papa.
25
Bab 25 : Usaha Letta
26
Bab 26 : Kehilangan jejak
27
Bab 27 : Peperangan dimulai
28
Bab 28 : Bramenda turun tangan
29
Bab 29 : Ada yang belum selesai.
30
Bab 30 : Devano - Febian
31
Bab 31 : Cemburunya Devano
32
Bab 32 : Ulang Tahun Bramenda
33
Bab 33 : Menyusun Rencana.
34
Bab 34 : Jatuhnya Atmaja corp.
35
Bab 35 : Manisnya masa putih abu itu.
36
Bab 36 : Versi kita
37
Bab 37 : Obrolan di meja makan.
38
Bab 38 : Ujian Akhir Sekolah
39
Bab 39 : Masa sebelum dewasa datang
40
Bab 40 : Kunjungan sahabat
41
Bab 41 : Ujian itu datang
42
Bab 42 : Milik aku
43
Bab 43 : Tak Mengerti
44
Bab 44 : Sedih
45
Bab 45 : Usaha memisahkan mereka
46
Bab 46 : Ngadu
47
Bab 46 : Tamu untuk Letta
48
Bab 48 : Mulai ada titik terang
49
Bab 49 : Ujian dari masa lalu
50
Bab 50 : Kehilangan Dia.
51
Bab 51 : Dipecat dengan tidak hormat
52
Bab 52 : Home Sweet Home
53
Bab 53 : Aktifitas Baru
54
Bab 54 : Ngintilin Suami
55
Bab 55 : Markas baru?
56
Bab 56 : Wanita penggoda
57
Bab 57 : Mencari pengganti
58
Bab 58
59
Bab 59 : Terpaksa memburu Claudia
60
Bab 60 : Pria beristri
61
Bab 61 : Levelnya Jauh di bawah Letta
62
Bab 62 : Usaha sendiri.
63
Bab 63 : Mengundurkan diri
64
Bab 64 : Tak di hargai!
65
Bab 65 : Menyakitkan
66
Bab 66 : Banyak yang ingin di posisi lo
67
Bab 67 : Berlarutnya kesalahpahaman
68
Bab 68 : Pura-pura
69
Bab 69 : Terpaksa
70
Bab 70 : Terlalu Serakah
71
Bab 71 : Tak cukup hanya itu
72
Bab 72 : Si tegas
73
Bab 73 : Nyungsep!
74
Bab 74 : Intimate Wedding.
75
Bab 75 : Bulan Madu
76
Bab 76 : Masih Bulan Madu
77
Bab 77 : Hamil?
78
Bab 78 : Bumil Perkasa
79
Bab 79 : His name is...
80
Bab 80 : Kebahagiaan sejati
81
Bab 81 : Persaingan
82
Bab 82 : Waktu yang mendewasakannya.
83
Bab 83 : Namanya juga anak cowok
84
Bab 84 : Tentang Kenzo dan Kanaka
85
Bab 85 : Berantem lagi
86
Bab 86 : Garangnya Kenzo
87
Bab 86 : Surat cinta dari guru BK.
88
Bab 88 : Mimo ngamuk
89
Bab 89 : Mempertahankan harga diri
90
Bab 90 : Bersitegang
91
Bab 91 : Tamu??
92
Bab 92 : Vetsa membuyarkan impian semua orang
93
Bab 93 : Sedewasa itu
94
Bab 94 : Two Most Wanted
95
Bab 95 : Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!