Hari ini masih hari Minggu, Devano masih nemplok di bantal, tadi pagi sampai rumah jam tiga dini hari, langsung masuk rumah dan menyelinap ke kamar tanpa terdengar siapapun, hanya pak Satpam yang tahu kedatangannya, sengaja banget mesin motor dimatikan di depan gerbang, biar tak kepergok sama papa kalau pulang dini hari.
Masih asyik molor tapi ponsel Devano terus berkedip meminta atensinya untuk segera mengangkatnya.
Dengan terpaksa Devano menggeser tombol hijau tanpa melihat nama peneloponnya.
"Hallo." sapa Devano dengan suara serak dan mata masih terpejam.
"Dev... " panggil Ali dari seberang sana.
"Anj*** lo pagi-pagi ngapain sih *** telpon gue, masih ngantuk woiiii!" maki Devano kesal.
Bukannya marah Ali justru terkekeh mendengar makian Devano, pasalnya bukan hanya Devano yang merasakan dibangunkan dari tidurnya padahal mata masih ingin merem.
Sumpah serapah yang sama tadi Ali lontarkan kepada Zayn ketika cowok itu memberikan tantangan balap motor dari Ray untuk Devano.
"Lo ditantangin balapan boss, ntar sore, terima nggak?" tanya Ali akhirnya.
"Jam? Berapa?" tanya Devano pelan.
"lima sore, dua puluh juta."
"Ambil!" ucap Devano lalu tanpa berkata apapun Devano mematikan telepon mereka dan melanjutkan tidurnya.
Belum juga merem sempurna ponselnya kembali berdering, dengan wajah menahan emosi Devano mengangkat panggilan tersebut.
"Apaan lagi sih ***!" maki Devano keras.
"Kak Dev.... " suara lembut di seberang sana memaksa Devano membuka mata melihat siapa yang meneleponnya.
"Ada apa Fre?" tanya Devano pelan mengusap matanya yang lengket.
"Kak Dev masih tidur ya?" tanya Freya pelan.
"Iya gue ngantuk banget Fre tadi pulang subuh."
"Oh ya udah kalo gitu kirain bisa nganter aku beli buku."
"Harus sekarang?" tanya Devano akhirnya, dia tentu tak akan tega membiarkan Freya pergi sendirian, gadis ini kan tak pernah kemana-mana sendiri, mereka telah berteman sejak kecil karena kebetulan rumah lama Devano bersebelahan dengan rumah Freya, meski sekarang Devano pindah ke rumah baru, mereka masih berteman, apalagi sekarang mereka satu sekolah juga.
"Kalo kak Dev nggak bisa, besok aja nggak papa kak," jawab Freya akhirnya.
"Besok aja ya Fre, gue ngantuk banget, apalagi nanti sore gue ada balapan."
"Balapan? Aku boleh ikut nggak kak?"
"Eh!"
Sore harinya dengan membonceng Devano, Freya benar-benar turut hadir dalam acara balapan kali ini.
Balapan semi resmi itu diselenggarakan di sirkuit yang dibangun oleh orang tua Ali sebagai wadah untuk muda mudi yang ingin menjajal dunia otomotif ini, makanya Devano berani membawa Freya kesini.
"Hai Dev." Ali, Monty dan Jason berjabat tangan dengan Devano ala mereka, tak lupa tersenyum kepada Freya, jujur ketiganya merasa kaku dengan gadis itu.
"Brandon mana?" tanya Devano ketika tak menemukan sepupunya diantara ketiga temannya.
"Tuh ngejajalin motor baru rakitan anak buah bokap gue," jawab Ali sambil menunjuk Brandon yang melaju kencang dengan motor warna biru itu.
"Wah saudara gue ternyata keren juga," puji Devano.
Freya yang baru pertama kali melihat orang berkendara dengan motor dalam. kecepatan tinggi hanya menatap takjub orang-orang itu, sesekali ia bertepuk tangan.
"Boss.... yakin lo nggak demen ama cewek cakep begini?" tanya Jason pelan.
"Lo suka?" Devano balik bertanya dengan alis menaut.
"Njir.... di skak mat, mampus, hahahaha!" Monty ketawa lepas.
"Kalo lo suka, pepet aja, asal bukan Monty gue oke oke aja!" lanjut Devano santai.
"Gue kenapa emang?" Monty yang disebut namanya oleh Devano tak iklhas banget dibedain oleh cowok itu.
"Nggak tega gue ama temen gue kalo lo mau mainin doang," jawab Devano sarkas.
"Dev.... Ray udah dateng!" Dari arah sana Ali datang menghampiri.
"Oke gue siap-siap, Jas titip Freya ya jangan sampai ular sawah itu matuk gadis polos kayak gitu." Selepas mengucapkan kalimat itu, Devano mengusap kepala Freya lembut lalu menuju ke garasi untuk mengambil motornya.
Devano memakai perlengkapan standar pembalap lalu memutar gas motornya hingga meraung dan melajukannya pelan menuju garis start.
Freya menatap semua tingkah laku Devano dengan tatapan memuja.
"Lo suka banget ya sama Devano?" tanya Jason.
Freya menoleh dengan cepat karena mendengar tebakan Jason yang tepat sasaran itu.
"Semoga lo kuat menghadapi dia," ucap Jason lagi.
"Kenapa?" tanya Freya dengan alis bertaut.
'Ya karena lo bakalan sakit hati karena fans Devano itu banyak dan anarkis, cewek menye-menye kayak lo nggak bakalan bertahan disisinya' ucap Jason tapi hanya berani dalam hati saja.
Dikejauhan sana Devano bersiap di garis start dengan Ray di sampingnya, keduanya bersiap memacu motornya yang siap meraung dan dipacu untuk jadi yang terdepan sampai di garis finish sana.
Cewek dengan celana pendek dan kaos crop top itu siap di depan keduanya dengan mengangkat bendera untuk memimpin acara balapan itu.
Satu....
Dua....
Tiga....
Wuss.... kedua motor itu meraung dan melaju kencang membelah jalanan sirkuit, hingga beberapa menit kemudian motor Devano menyentuh garis finish sebagai yang terdepan, ya.... lagi-lagi Devano menang, uang dua puluh juta itu jadi miliknya.
Freya dan ke empat teman Devano bersorak gembira menyambut kemenangan sang legend.
Ray menatap sengit ke arah Devano, tiga kali nantangin adu kecepatan tapi tak sekali pun Ray menang.... sial memang.
Ali melempar uang taruhan yang dimenangkan Devano, dengan sigap cowok jangkung itu menangkap lalu melemparkannya ke arah Jason.
"Simpen buat kita party," ucapnya kepada Jason.
"Ayo kita pulang Fre, udah sore, nanti lo dicariin," ucap Devano kepada Freya yang langsung dianggukin cewek itu.
Tanpa malu Freya menggamit lengan Devano dengan posesif, sengaja menunjukkan kepada siapapun bahwa ia adalah pacar Devano.
Devano mengantar Freya terlebih dahulu lalu memutuskan pulang ke rumah.
"Dari mana Dev?" tanya Satria dingin menatap anak lelaki satu-satunya yang pulang dengan pakaian kotor dan rambut acak-acakan.
"Biasa pa," jawab Devano asal.
"Kamu udah besar, udah jadi wakil papa di perusahaan, kamu harus mulai fokus. Balapan, tawuran, kamu tahu nggak itu taruhannya nyawa kamu," nasihat Satria setelah sebelumnya menghela nafas panjang.
"Iya ngerti pa, papa udah seribu kali ngasih tahu Devano. Aku tahu kok kewajiban aku apa," ucap Devano dengan santai sambil menyandarkan tubuhnya di tembok pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga.
Habis diomelin seperti itu, setelah membersihkan diri, Devano lalu keluar lagi dari rumah menuju ke rumah pribadinya untuk istirahat, sempat pamit sih sama mamanya lewat chat karena takut mamanya kepikiran.
Lagi kesel, lagi pengen sendiri, tapi mobil mini berwarna merah itu kembali nangkring di depan gerbang rumahnya.
Dengan kesal Devano membunyikan klakson berulang-ulang agar si pemilik mobil itu keluar.
Seorang wanita berambut pendek keluar dari rumah di sebelah, diikuti dengan gadis cantik di belakangnya.
Devano baru ingat kalau perempuan yang dilihatnya di club waktu itu adalah tetangganya dan kesalnya lagi ternyata perempuan yang menarik atensinya waktu itu adalah pemilik mobil yang ingin ia 'bejek' karena parkir sembarangan terus di depan rumahnya.
"Nggak sopan banget sih bunyiin klakson kayak gitu!" ketus Letta dengan wajah kesal.
"Lo atau gue yang nggak sopan? Parkir di depan rumah orang dengan sembarangan!" sahut Devano dengan muka asem.
Rasa kagumnya akan perempuan ini tiba-tiba luntur berubah menjadi kesal.
"Um.... dek, maaf ya temen aku ngehalangin gerbang kamu," Helen mencoba meredakan emosi kedua orang di depannya ini.
"Bilangin temennya dong mbak, kalo parkir jangan sembarangan, rumah ini kan ada penghuninya, ya kali setiap saya mau masuk saya harus putar lagi kemana dulu nunggu sampai dia pergi dulu." Suara Devano masih terdengar ketus, mood nya belum kembali setelah di tegur papanya lagi.
"Heh berondong! Gue parkir disini kan tahunya ini rumah kosong!" balas Letta tak mau kalah.
"Udah Let, udah, malu diliatin orang berantem gini!" tegur Helen pelan, dia tahu emosi Letta sedang tak stabil saat ini.
"Songong banget jadi cowok, gue rasa nggak ada cewek yang mau sama cowok songong kayak dia!" ucap Letta judes.
"Gue sumpahin lo yang pertama termehek-mehek ama gue!" sahut Devano santai.
'Duarrrrrr!'
Tiba-tiba petir menyambar seakan mendengar sumpah Devano barusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sri Peni
wah.. mulai naik tensi
2024-03-24
0
Sulaiman Efendy
NAHHH, DIRESTUI ALAM TUHH😂😂😂😂😂😂
2024-02-18
0
Keho
auto ngakak dah
2024-02-13
1