"Ngapain masih diri disitu mbak? Nggak capek emang?" tanya Devano sambil menatap Letta yang masih berdiri dengan bersandar pada tembok di kamar tersebut.
Orang tua mereka sudah pulang ke rumah masing-masing, begitu juga dengan warga kampung yang memaksa mereka menikah juga sudah membubarkan diri.
Tinggal Letta dan Devano yang sudah sah menjadi suaminya itu yang tersisa di rumah ini.
Badan Letta begitu capek, ditambah dengan keadaan badan yang terasa demam akibat terlalu lama kehujanan dan juga baju dalam** yang menempel ini pun masih dalam keadaan basah.
Ingin tidur, tapi dimana? Masa harus tidur satu ranjang dengan suami berondongnya itu.
"Ngapain masih disitu aja sih, sini tidur sini, gue capek, tapi kalo lo masih berdiri disitu aja gimana gue bisa merem," tegur Devano lagi.
"Baju gue basah Dev," ucap Letta pelan dengan wajah menunduk.
"Bukannya tadi udah ganti pakai baju gue?" tanya Devano mengernyitkan kening.
"Underwe** basah gue masih gue pakai," jawab Letta pelan dengan wajah semakin tertunduk, menyesal kenapa tadi tidak meminta mommy nya membawakannya sekalian, cckk tapi mana bisa begitu, bisa-bisa mommy nya semakin kepikiran.
"Ya udin sih lepas aja semua, toh kita juga udah suami istri," ucap Devano santai.
Letta melotot mendengar perkataan Devano yang absurd seperti ini, rasanya tangan Letta begitu gatal ingin menabok wajah tengil berondong satu ini, yang sayangnya terlihat ganteng dan keren di mata Letta.
"Udah nggak usah mikir aneh-aneh mbak, ambil baju ganti di lemari sekalian double in pakai hoodie biar nggak becetak jelas, gue capek banget beneran pengen tidur."
Akhirnya Letta mengambil baju lagi di dalam lemari dan menemukan selimut tipis di tumpukan paling bawah, ia melepas semua bajunya tanpa terkecuali, menggunakan baju Devano lagi dan membebat tubuhnya dengan selimut, lalu membaringkan tubuhnya di samping Devano yang mulai terlelap.
Tak berapa lama Letta menyusul Devano yang telah lebih dulu terlelap, kejadian hari ini yang betul-betul menguras energi dan emosi Letta, membuat diapun terlelap di samping sang suami.
***
Pagi menyapa, Devano menatap Letta yang tidur memeluk tubuhnya dengan posesif.
Wajah mulus dengn kulit putih bersih itu menempel di lengan Devano yang terekspos karena cowok itu tidur hanya memakai kaos singlet.
Dasarnya cowok tengil, Devano mencuri sebuah ciuman di kening Letta, tak ingin menyesali diri karena harus menikah di usia dini, dengan cara dipaksa pula oleh warga karena kepergok berduaan dengan Letta.
Benda kenyal yang tak memakai penghalang itu pun menempel di tangan Devano, si empunya tak sadar kalau selimut tipis yang membalutnya terlepas dan terlempar ke lantai.
Cukup lama Devano menatap wajah cantik yang masih terlelap itu, sampai akhirnya Letta mengerjapkan mata pelan.
Dengan reflek Letta menendang Devano hingga pria itu terjatuh ke lantai, sama persis seperti selimut yang teronggok disana.
"Anjirr.... panta* gue tepos!" sungut Devano sambil mengusap panta*nya yang sakit.
"Lo ambil kesempatan ya!" tuduh Letta sambil menunjuk wajah Devano, Letta tak sadar kaos tipis yang ia pakai mencetak keduanya dadanya dengan jelas.
"Heh.... lo yang nempel-nempel, meluk-meluk gue, main tuduh aja sembarangan!" Devano bangun dari lantai menepis kotoran di belakang celananya.
Mata Devano awas menatap ke arah dada yang tegak menantang itu, belum pernah melihat benda itu dalam keadaan dekat hingga sesuatu yang dibawah sana menggeliat karena terangs***.
Letta menyadari arah tatapan Devano, Letta bangun dari tempat tidur dan berlari ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut sambil berteriak, "Devano mesum!"
Devano bukannya marah mendengar makian Letta, justru cowok itu terkekeh, sambil mengelus sesuatu yang mengeras di bawah sana.
"Sabar ya, masih pedekate, belum boleh macem-macem."
Letta keluar dari dalam kamar mandi sudah fresh karena sudah membasuh diri, pakaian dala**anya pun sudah kering, tapi ia masih memakai kaos dan celana Devano yang semalam ia pakai.
"Di dapur ada apa Dev? gue mau bikin sarapan," ucap Letta ketika melihat Devano kembali bersandar pada papan ranjang sambil memainkan ponselnya.
"Gue udah pesen makanan di aplikasi online, lo suka bubur?" tanya Devano.
"Um.... aku suka makan apa aja sih," jawab Letta.
Tak lama mang ojek datang mengantar makanan pesanan Devano.
Kini keduanya duduk di meja makan saling berhadapan menikmati sarapan mereka.
"Dev.... gue minta maaf atas kejadian kemarin ya, gue, gue.... kalo lo keberatan karena harus nikahin gue kayak kemarin, lo boleh kok nyeraiin gue nanti," ucap Letta pelan sambil mengaduk bubur ayamnya.
"Lo nggak suka nikah ama gue?" tanya Devano.
"Hah?!" jawab Letta kaget.
"Gue suka kok nikah ama lo, tenang aja," ucap Devano selanjutnya membuat Letta ketap-ketip tak mengerti.
Bagi Letta pernikahan ini mungkin merupakan jalan keluar dari tekanan yang diberikan sang mommy untuknya, paling tidak Letta bisa sedikit bernafas lega, kalau nantinya mereka akan bercerai tidak masalah juga, apalagi pernikahan ini belum tercatat di negara.
Bagi Devano pun pernikahan ini bisa memberikan ruang gerak agar terlepas dari tekanan sang papa yang belakangan hari juga terasa mencekik lehernya.
Devano melihat ponselnya yang berkedip."Bentar, temen gue dateng, mau bukain pintu mobil lo, habis ini gue anter pulang ambil baju-baju lo."
Letta kembali mengerjapkan mata bingung dengan pola pikir Devano yang terlihat tak ada beban dengan pernikahan mereka.
Akhirnya Letta hanya mengedikkan bahu santai, mereka bisa hidup masing-masing di rumah ini tanpa saling menganggu.
Apalagi rumah ini ada dua kamar, nanti Letta bisa meminta ijin kepada Devano untuk menempati kamar yang satunya, mengeluarkan sedikit uang untuk membeli perabot untuk kamar sebelah tak masalah bagi Letta.
"Mobil siapa tuh Dev?" tanya Ali yang membawa montir untuk membuka pintu mobil dari luar.
"Mobil bini gue," jawab Devano santai tanpa perlu menutupi status pernikahannya itu.
Ali menoleh cepat, lalu tertawa lepas."Becanda lo nggak lucu!"
"Dibilangin nggak percaya!" sahut Devano.
"Kapan lo nikah bro?" tanya Ali kesal karena dikiranya ucapan Devano hanya sebuah lelucon saja.
"Semalem, gegara digerebek warga." Jawaban Devano membuat Ali membelalakan mata.
Dari mereka berlima bisa dibilang hanya Devano yang minim pengalaman tentang cewek, mereka hanya kenal Freya yang dekat dengan Devano, itu pun mereka tahunya mereka tidak pacaran, bagaimana bisa Devano digerebek sama warga.
"Dev.... sampahnya dibuang di mana?" tanya Letta dari dalam rumah.
Ali terbengong mendengar suara cewek dari dalam rumah, tak menyangka bahwa ucapan Devano benar adanya.
"Taruh situ aja mbak, ntar gue buangin," jawab Devano.
"Wah kalo beneran punya bini berarti Freya boleh gue pepet dong?" tanya Ali.
"Pepet aja asal jangan lo mainin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sri Peni
memang bpknya letta itu mamat ;
2024-03-24
0
Sulaiman Efendy
PADA DASARNYA VANO MMG GK ADA RASA MA FREYA... HNY ANGGAP TEMAN ATAU ADIK... FREYA AZA YG TERGEJE GEJE MA VANO...
2024-02-18
1
Sulaiman Efendy
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-02-18
1