Brandon merangkul pundak Devano lalu membisikan sesuatu.
"Yakin lo?" tanya Devano pelan.
"Yakinlah bro, gimana? Serang nggak?" tanya Jason sambil menaikan satu alisnya.
"Hajarlah, nggak bisa didiemin, ntar mereka ngelunjak." Bukan Devano yang menjawab tapi Brandon sang tangan kanan dan juga kakak sepupunya yang mengusulkan kalimat itu.
"Kita kumpulin anak-anak, kita serang sekolah mereka, sebelum istirahat kedua kita bergerak," ucap Devano dingin.
Lima pentolan bad boy di sekolah Pelita yang tak lain adalah Devano sebagai ketua geng, dengan circle terdekatnya yaitu Brandon, Jason, Ali dan Monty itu mulai menyusun strategi penyerangan ke sekolah tetangga yang jadi musuh bebuyutan mereka.
Devano memberi arahan kepada empat temannya itu dan mereka melanjutkan ke teman-teman lain yang termasuk sebagai anggota kelompok mereka di sekolah itu.
Anak-anak tanggung yang berjumlah lebih dari dua puluh orang itu sudah nangkring pada motor masing-masing dengan saling berboncengan.
Dari arah koridor sekolah Freya yang dikenal sebagai pacar ketua geng mereka berlari menghampiri Devano.
"Kak.... " panggilnya dengan nafas ngos-ngosan karena lari tergesa dari kelasnya.
Devano yang ada di boncengan Brandon hanya mengeryitkan kening dari balik helm full face nya, mata elangnya menatap tajam gadis cantik itu.
"Hati-hati." Hanya itu yang keluar dari bibir tipis sang gadis.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Devano berlalu dari hadapan Freya dengan diikuti segerombolan anak berseragam putih abu itu.
Mereka konvoi dengan sepeda motor menuju ke sekolah yang menjadi target penyerangan kali ini.
Sesampainya di depan sekolah Swarna, Devano dan teman-temannya langsung menyerang siswa sekolah itu tanpa banyak bicara, kebetulan gerbangnya sedang terbuka karena sedang waktunya istirahat.
Mereka menyerang siapa saja yang mereka temui di sana, tak peduli dia target yang mereka cari, yang penting orang itu memakai seragam dengan atribut SMA tersebut langsung saja mereka tonjok.
Bhuk....
Bhuk....
Prang....
Adus jotos itu berlangsung tak lebih dari setengah jam, tapi efeknya sungguh luar biasa, Devano dan pasukannya itu memang terkenal sangar, suka membuat lawan mereka terkapar meski tak sampai kehilangan nyawa.
Setelah melakukan penyerangan itu, anak-anak tanggung penikmat kebebasan itu membubarkan diri, Devano dan pasukan intinya memilih bersembunyi di rumah Monty yang sudah pasti aman.
Rumah besar tanpa penghuni, karena hanya Monty yang tinggal disana, papa mama dan kakak satu-satunya menetap di London sana.
Devano memeriksa wajahnya yang terdapat beberapa luka memar, namanya tawuran pasti kena bogem juga kan, Devano kan bukan superman yang kebal tinju dan pukulan.
"Mampus lo Dev, alamat diomelin om Satria lagi lo." Tanpa akhlak Brandon yang merupakan anak dari kakak mamanya Devano itu tertawa puas.
"Anji** lo bukannya prihatin temen kena tonjok, malah lo ketawain." Ali mentoyor kepala Brandon dengan gemas.
Tanpa sepatah katapun, Devano kembali mengendarai motornya dan memutuskan untuk pulang sebelum papanya sampai rumah.
"Hei Dev, mau kemana lo?" teriak Jason melihat Devano membleyer motornya dan berlalu dari hadapan teman-temannya.
Devano mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, dia tak mempedulikan makian pengguna jalan lain yang merasa terganggu dengan ulahnya.
Sampai di depan rumah bercat abu-abu muda itu, Devano membunyikan klakson dan tak berapa lama pintu gerbang itu terbuka untuknya.
Devano dapat bernafas lega karena mobil papanya belum nampak di garasi rumahnya, sengaja pulang buru-buru karena tak mau kepergok sang papa kalau habis tawuran, bisa-bisa dia mati bosan karena kembali diceramahi.
"Mama mana mbok?" tanya Devano ketika berpapasan dengan mbok Siti asisten rumah tangga yang bekerja di rumah ini.
"Ada di belakang mas," jawab mbok Siti.
Devano melangkah ke halaman belakang, melihat mamanya sedang asyik menyiram kebun sayurnya.
"Ma.... " panggil Devano lalu mengecup pipi sang mama dengan lembut.
Gelsey menajamkan matanya melihat memar yang kembali menghiasi wajah ganteng anak semata wayangnya itu.
"Berantem lagi?" tanya Gelsey santai terkesan tak ada beban.
Dengan pelan Devano menganggukan kepala, lalu duduk di kursi yang berada tak jauh dari tempat mamanya berdiri.
"Bisa nggak sih kalo berantem itu jangan kena tonjok gitu? Kan sayang wajah ganteng kamu nggak mulus lagi Dev," ucap Gelsey terkesan santai dengan kenakalan anak gantengnya yang hobbynya berantem dan balap motor itu.
Devano tersenyum mendengar komplain dari mamanya yang absurd itu, mana ada berantem nggak kena tonjok juga kan.
Tapi sejauh ini Devano nyaman berinteraksi dengan mamanya yang lebih mengerti bagaimana jiwa anak muda itu yang ingin mengekspresikan diri dengan apapun yang ingin mereka tahu, bisa dibilang Gelsey adalah sekutu terbaik Devano di rumah ini.
Beda banget dengan Satria sang papa yang memiliki sifat tegas dan dingin, sejak awal Satria ingin Devano mempergunakan waktu untuk sekolah dan belajar bisnis sejak dini.
Karena sebagai satu-satunya anak yang mereka miliki, Satria berharap kelak Devano bisa memimpin perusahaan yang telah ia rintis sejak muda itu.
Tapi sayang, harapan Satria itu agaknya terlalu jauh untuk Devano, karena alih-alih menuruti keinginan sang papa, Devano justru memakai waktunya untuk membolos,berantem dan balapan liar.
Suara deruman mobil papanya membuat Devano segera beranjak dari duduknya dan berlalu untuk menyembunyikan diri di dalam kamarnya.
Sebelum tubuh tegap itu menghilang dari pandangan, Gelsey berteriak memanggilnya, "Konselor nya masih kan Dev?" tanya Gelsey.
"Masih ma!" teriak Devano lalu menghilang ke dalam kamarnya.
Gelsey mencuci tangannya lalu bersiap menyambut suaminya yang baru pulang dari kerja.
"Devano mana Cil?" tanya Satria setelah mendaratkan kecupan di kening Gelsey.
"Ada di kamar, kenapa mas?" tanya Gelsey menggiring suaminya ke kamar mereka.
"Tadi aku kayak lihat dia tawuran di depan SMA Swarna sana," jawab Satria sambil mencopot sepatu dan melirik sang istri yang sedang menyimpan tas kerjanya di meja.
"Masak sih? Jam berapa kamu liatnya?" tanya Gelsey santai, tak ingin Satria curiga kalau dia lagi-lagi menutupi kelakuan Devano yang pulang dengan muka babak belur.
"Kamu nggak sedang nutupin kelakuan anak kamu kan Cil?" Bukannya menjawab pertanyaan Gelsey, Satria langsung saja menuduh sang istri yang jadi sekutu anak lelakinya itu.
"Nutupin apa sih mas? Tadi aku lihat Devano pulang baik-baik aja kok," sahut Gelsey dengan muka judes.
"Panggil dia, aku ingin bicara," ucap Satria dengan tegas.
"Masssss..... " rengek Gelsey sambil memeluk perut Satria dengan erat, dia harus melindungi Devano biar nggak kena omel papanya lagi.
Satria menghela nafas panjang, melihat sang istri memeluknya dengan posesif, Satria tahu bahwa yang dilihatnya tadi seorang anak lelaki mengayunkan tongkat besi itu benar-benar Devano, meski Devano memakai helm untuk menutupi wajahnya tapi Satria hapal body anak gantengnya itu, apalagi melihat Brandon sang keponakan duduk anteng di atas jok menunggu Devano membabat habis lawannya.
Saatnya Satria harus bertindak tegas sebelum semuanya terlambat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺ❣️Angela🍁
namanya juga anak sekolah past tawuran
2024-08-16
0
Rien
jan'"devano dulu mamamu nyidam apa
2023-10-19
3