Bab 13 : Gosipan Ibu-ibu komplek

Devano sampai rumah ketika jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, dia masuk ke kamar tanpa suara, melirik ke arah ranjang sana ada Letta yang tidur meringkuk sambil memeluk guling.

Devano kesal menatap pemandangan itu, pasalnya harusnya dia yang dijadikan guling oleh Letta ketika mereka tidur, karena lagi mereka lagi marahan tugas itu kembali diambil alih sama guling.

Tak ingin tergoda karena sedang kesal kepada perempuan berstatus istri itu, Devano melepas celana panjang dan jaketnya, menyisakan celana pendek dan kaos oblong lalu merebahkan diri di samping Letta.

Merasa baru beberapa menit tertidur dan sekarang sudah dibangunkan secara paksa, membuat Devano uring-uringan.

"Aku masih ngantuk!" ucap Devano sambil merubah posisi tidurnya.

"Udah siang lho Dev, lo nggak sekolah emang?" Letta menggoyang pelan tubuh itu yang sedang memeluk guling.

Dengan wajah mengantuknya dan mata yang masih lengket, akhirnya Devano membuka mata dan melihat Letta sudah rapi dengan baju kerjanya.

Devano kembali kesal mengingat ucapan Letta kemarin tentang 'aku tak merasa berhak dan memiliki gaji sendiri'

"Mau kerja?" Pertanyaan macam apa yang terlontar dari bibir Devano, sudah tahu istrinya mau kerja masih ditanya juga.

"Iya," jawab Letta lalu keluar untuk menyiapkan sarapan mereka.

Mandi alakadarnya, dengan rambut masih acak-acakan dan baju seragam juga tak dimasukan, Devano keluar kamar dan duduk di meja makan menikmati pisang bakar keju dan segelas susu.

"Kemarin pulang jam berapa?" tanya Letta dengan nada santai.

"Kenapa?" Devano mengeryit mendengar pertanyaan Letta, dia sedang tak diatur-atur kan?

"Lo kan masih sekolah Dev, masak pulang ke rumah dinihari," tegur Letta pelan, Letta berucap hati-hati, karena dia kan belum tahu sifat Devano yang sesungguhnya itu seperti apa.

"Lo aja ngantor juga nggak kenal waktu kok, kenapa lo ngatur-ngatur gue?! Oh... karena ngelayap itu nggak menghasilkan duit ya?!' ucap Devano santai tapi terdengar tajam di telinga Letta.

"Bukan begitu maksud gue Dev," sahut Letta dengan suara tak suka.

"Lalu maksud lo?!" tanya Devano menatap tajam Letta, masalah kartu debit yang dipulangin kemarin masih membekas di hatinya, sakit hati tentu saja, dia memang belum bisa menafkahi Letta dengan keringat sendiri, tapi uang itu kan bukan uang haram.

"Sudahlah nggak usah dipikirin, gue berangkat dulu." Devano menyambar tas sekolahnya dan mengendarai motornya tanpa menoleh lagi.

"Kok dia jadi ketus begitu sih, dia yang salah, dia yang tersinggung!" Letta ngedumel sendiri.

Beberapa hari berlalu, sikap keduanya masih sama, tak ada yang mengalah dan menyapa duluan.

Sampai dengan weekend pun keadaan tetap sama, harusnya hari seperti ini mereka menghabiskan waktu berdua dan berbincang.

Letta keluar rumah dengan daster rumahanya dan hendak membuang sampah di tempat sampah yang ada di depan rumah mereka.

Saat itu ia melihat gerbang rumah Helen terbuka lebar, rasa panas pun serta merta timbul dalam hatinya, teringat gara-gara sahabatnya itu ia dipaksa menikah.

"Len.... Helen!" panggil Letta membuat Helen yang sedang memasukkan koper ke dalam rumah sontak menoleh.

"Letta! Ngapain lo pagi-pagi udah sampai sini? Pake daster pula." Helen menghampiri Letta yang menatapnya dengan sorot mata tajam.

"Ngapain? Ngapain? Gara-gara lo nih gue kejebak di rumah sebelah," maki Letta kesal.

Si bini lagi mau memaki sahabatnya, sementara Devano dari dalam rumah justru mencari keberadaan si bini yang tak dijumpainya di berbagai sudut rumah ini.

"Kejebak gimana maksud lo?" tanya Helen heran.

Suara Letta dan Helen yang sedang berbincang di balik tembok pemisah rumahnya dan rumah Helen membuat rasa penasaran Devano meningkat.

"Gara-gara waktu itu gue ke rumah lo dan lo nya nggak ada, udah gitu sialnya hp ama dompet gue ke kunci di dalam mobil, mana lagi hujan dan gue basah kuyup, akhirnya tuh tetangga lo yang berondong nawarin buat masuk ke rumahnya dan gue digerebek sama warga karena dikira mesum dan akhirnya dipaksa nikah sama dia," cerita Letta berapi-api.

"What! Lo nikah ama berondong ganteng yang tinggal di rumah sebelah?" tanya Helen dengan suara histeris.

"Iya! Gara-gara lo sialan!" omel Letta masih kesal.

"Mimpi apa lo Let?!"

"Mimpi apa? Mimpi apa? Gue kesel tahu nggak, dia udah punya pacar, gue pelakornya!" sungut Letta dengan suara ketus.

Sampai sini Devano mengeryitkan kening bingung kenapa Letta bisa bilang dia punya pacar.

"Tahu darimana dia udah punya cewek?" tanya Helen merasa prihatin melihat percintaan Letta yang amburadul itu.

"Kapan hari gue ngeliat dia gandengan ama cewek di mall, makanya gue balikin kartu ATM yang dikasih mamanya buat nafkah gue. Gue ngerasa nggak layak," curhat Letta dengan suara pelan.

"Terus gimana kelanjutannya?" tanya Helen bersimpati, mau ketawa rasanya tidak tega dengan jalan terjal dan berlikunya Letta dalam mencari pasangan.

"Nggak tahu Len, gue pusing, gue siap misal dia ninggalin gue, pernikahan kami masih secara agama juga kok, jadi pasti gampang buat kami," jawab Letta lirih.

Devano yang mendengar curhatan Letta jadi mengerti kenapa Letta bisa mengembalikan kartu itu dan bicara yang tidak-tidak, ternyata dia melihat Devano dan Freya waktu itu, cckk... bukannya nanya malah berasumsi sendiri.

"Sayang.... " panggil Devano pura-pura tak mendengar gosipan Ibu-ibu komplek di depannya ini.

"Eh Dev." Letta terkaget melihat Devano menghampiri dirinya.

"Ngapain pagi-pagi nenangga? Jangan ikut-ikutan Ibu-ibu komplek yang hobbynya suka bergosip." Devano merangkul pundak Letta dan mengecup pelipis Letta di depan Helen.

Helen yang melihat pemandangan di depannya hanya melongo bingung.

"Maaf ya mbak, aku mau ajak istriku pergi jalan." Devano membawa Letta keluar dari halaman rumah Helen dan kembali ke rumah mereka.

Mereka masuk ke rumah lalu duduk bersisian di sofa ruang tamu.

"Jadi kamu liat aku jalan ama Freya waktu itu?" tanya Devano memulai percakapan.

"Pacar lo namanya Freya?" Letta mengerjap bingung.

"Kalo apa-apa tuh tanya dulu jangan nyimpulin sendiri." Devano menyentil kening Letta gemas.

"Sakit Dev," rengek Letta sambil mengusap keningnya.

"Dia itu temen masa kecil aku mbak, kita udah temenan dari bayi, aku nggak pacaran ama dia, cuma sebatas hubungan adik dan kakak." Devano mulai membagikan kisah antara dirinya dan Freya.

"Temenan kok gandengan tangan," bisik Letta pelan tapi masih cukup jelas di dengar Devano.

"Oke aku janji nggak akan mau disentuh atau menyentuh cewek lain selain kamu," ucap Devano mantap, Letta justru ketap-ketip bingung dengan ungkapan Devano barusan.

"Dan aku juga tak memandang remeh pernikahan ini, aku seneng menikah ama kamu, meski suamimu ini berondong, jangan lupa dia itu CEO lho," goda Devano sambil mengedipkan mata.

Terpopuler

Comments

Sri Peni

Sri Peni

lanjut mulai seru

2024-03-24

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

80% CERITA BRONDONG ASYIK BANGET....

2024-02-18

0

Rini

Rini

Yah yah ni ni yg aku cari.aku pada mu thorr..Lucuuu

2024-01-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Putus Cinta berjuta rasanya
2 Bab 2 : Tawuran
3 Bab 3 : Rencana Perjodohan
4 Bab 4 : Status baru Devano
5 Bab 5 : Siapa dia?
6 Bab 6 : Gue sumpahin lo....
7 Bab 7 : Ketangkap Basah
8 Bab 8 : Tiba-tiba Menikah
9 Bab 9 : Pasutri baru
10 Bab 10 : Di rumah mertua
11 Bab 11 : Ternyata dia punya pacar
12 Bab 12 : Dinner berdua ala Devano
13 Bab 13 : Gosipan Ibu-ibu komplek
14 Bab 14 : Romantisme pengantin baru
15 Bab 15 : Freya oh Freya
16 Bab 16 : Cinta juga butuh logika.
17 Bab 17 : Obrolan Letta dan papa mertua.
18 Bab 18 : Letta ngambek
19 Bab 19 : Devano pusing
20 Bab 20 : Gue hancurin lo seperti rengginang
21 Bab 21 : Tak bisa membohongi perasaan
22 Bab 22 : Goncangan di perusahaan papa
23 Bab 23 : Meneruskan yang tertunda
24 Bab 24 : Kehilangan kabar papa.
25 Bab 25 : Usaha Letta
26 Bab 26 : Kehilangan jejak
27 Bab 27 : Peperangan dimulai
28 Bab 28 : Bramenda turun tangan
29 Bab 29 : Ada yang belum selesai.
30 Bab 30 : Devano - Febian
31 Bab 31 : Cemburunya Devano
32 Bab 32 : Ulang Tahun Bramenda
33 Bab 33 : Menyusun Rencana.
34 Bab 34 : Jatuhnya Atmaja corp.
35 Bab 35 : Manisnya masa putih abu itu.
36 Bab 36 : Versi kita
37 Bab 37 : Obrolan di meja makan.
38 Bab 38 : Ujian Akhir Sekolah
39 Bab 39 : Masa sebelum dewasa datang
40 Bab 40 : Kunjungan sahabat
41 Bab 41 : Ujian itu datang
42 Bab 42 : Milik aku
43 Bab 43 : Tak Mengerti
44 Bab 44 : Sedih
45 Bab 45 : Usaha memisahkan mereka
46 Bab 46 : Ngadu
47 Bab 46 : Tamu untuk Letta
48 Bab 48 : Mulai ada titik terang
49 Bab 49 : Ujian dari masa lalu
50 Bab 50 : Kehilangan Dia.
51 Bab 51 : Dipecat dengan tidak hormat
52 Bab 52 : Home Sweet Home
53 Bab 53 : Aktifitas Baru
54 Bab 54 : Ngintilin Suami
55 Bab 55 : Markas baru?
56 Bab 56 : Wanita penggoda
57 Bab 57 : Mencari pengganti
58 Bab 58
59 Bab 59 : Terpaksa memburu Claudia
60 Bab 60 : Pria beristri
61 Bab 61 : Levelnya Jauh di bawah Letta
62 Bab 62 : Usaha sendiri.
63 Bab 63 : Mengundurkan diri
64 Bab 64 : Tak di hargai!
65 Bab 65 : Menyakitkan
66 Bab 66 : Banyak yang ingin di posisi lo
67 Bab 67 : Berlarutnya kesalahpahaman
68 Bab 68 : Pura-pura
69 Bab 69 : Terpaksa
70 Bab 70 : Terlalu Serakah
71 Bab 71 : Tak cukup hanya itu
72 Bab 72 : Si tegas
73 Bab 73 : Nyungsep!
74 Bab 74 : Intimate Wedding.
75 Bab 75 : Bulan Madu
76 Bab 76 : Masih Bulan Madu
77 Bab 77 : Hamil?
78 Bab 78 : Bumil Perkasa
79 Bab 79 : His name is...
80 Bab 80 : Kebahagiaan sejati
81 Bab 81 : Persaingan
82 Bab 82 : Waktu yang mendewasakannya.
83 Bab 83 : Namanya juga anak cowok
84 Bab 84 : Tentang Kenzo dan Kanaka
85 Bab 85 : Berantem lagi
86 Bab 86 : Garangnya Kenzo
87 Bab 86 : Surat cinta dari guru BK.
88 Bab 88 : Mimo ngamuk
89 Bab 89 : Mempertahankan harga diri
90 Bab 90 : Bersitegang
91 Bab 91 : Tamu??
92 Bab 92 : Vetsa membuyarkan impian semua orang
93 Bab 93 : Sedewasa itu
94 Bab 94 : Two Most Wanted
95 Bab 95 : Ending
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Bab 1 : Putus Cinta berjuta rasanya
2
Bab 2 : Tawuran
3
Bab 3 : Rencana Perjodohan
4
Bab 4 : Status baru Devano
5
Bab 5 : Siapa dia?
6
Bab 6 : Gue sumpahin lo....
7
Bab 7 : Ketangkap Basah
8
Bab 8 : Tiba-tiba Menikah
9
Bab 9 : Pasutri baru
10
Bab 10 : Di rumah mertua
11
Bab 11 : Ternyata dia punya pacar
12
Bab 12 : Dinner berdua ala Devano
13
Bab 13 : Gosipan Ibu-ibu komplek
14
Bab 14 : Romantisme pengantin baru
15
Bab 15 : Freya oh Freya
16
Bab 16 : Cinta juga butuh logika.
17
Bab 17 : Obrolan Letta dan papa mertua.
18
Bab 18 : Letta ngambek
19
Bab 19 : Devano pusing
20
Bab 20 : Gue hancurin lo seperti rengginang
21
Bab 21 : Tak bisa membohongi perasaan
22
Bab 22 : Goncangan di perusahaan papa
23
Bab 23 : Meneruskan yang tertunda
24
Bab 24 : Kehilangan kabar papa.
25
Bab 25 : Usaha Letta
26
Bab 26 : Kehilangan jejak
27
Bab 27 : Peperangan dimulai
28
Bab 28 : Bramenda turun tangan
29
Bab 29 : Ada yang belum selesai.
30
Bab 30 : Devano - Febian
31
Bab 31 : Cemburunya Devano
32
Bab 32 : Ulang Tahun Bramenda
33
Bab 33 : Menyusun Rencana.
34
Bab 34 : Jatuhnya Atmaja corp.
35
Bab 35 : Manisnya masa putih abu itu.
36
Bab 36 : Versi kita
37
Bab 37 : Obrolan di meja makan.
38
Bab 38 : Ujian Akhir Sekolah
39
Bab 39 : Masa sebelum dewasa datang
40
Bab 40 : Kunjungan sahabat
41
Bab 41 : Ujian itu datang
42
Bab 42 : Milik aku
43
Bab 43 : Tak Mengerti
44
Bab 44 : Sedih
45
Bab 45 : Usaha memisahkan mereka
46
Bab 46 : Ngadu
47
Bab 46 : Tamu untuk Letta
48
Bab 48 : Mulai ada titik terang
49
Bab 49 : Ujian dari masa lalu
50
Bab 50 : Kehilangan Dia.
51
Bab 51 : Dipecat dengan tidak hormat
52
Bab 52 : Home Sweet Home
53
Bab 53 : Aktifitas Baru
54
Bab 54 : Ngintilin Suami
55
Bab 55 : Markas baru?
56
Bab 56 : Wanita penggoda
57
Bab 57 : Mencari pengganti
58
Bab 58
59
Bab 59 : Terpaksa memburu Claudia
60
Bab 60 : Pria beristri
61
Bab 61 : Levelnya Jauh di bawah Letta
62
Bab 62 : Usaha sendiri.
63
Bab 63 : Mengundurkan diri
64
Bab 64 : Tak di hargai!
65
Bab 65 : Menyakitkan
66
Bab 66 : Banyak yang ingin di posisi lo
67
Bab 67 : Berlarutnya kesalahpahaman
68
Bab 68 : Pura-pura
69
Bab 69 : Terpaksa
70
Bab 70 : Terlalu Serakah
71
Bab 71 : Tak cukup hanya itu
72
Bab 72 : Si tegas
73
Bab 73 : Nyungsep!
74
Bab 74 : Intimate Wedding.
75
Bab 75 : Bulan Madu
76
Bab 76 : Masih Bulan Madu
77
Bab 77 : Hamil?
78
Bab 78 : Bumil Perkasa
79
Bab 79 : His name is...
80
Bab 80 : Kebahagiaan sejati
81
Bab 81 : Persaingan
82
Bab 82 : Waktu yang mendewasakannya.
83
Bab 83 : Namanya juga anak cowok
84
Bab 84 : Tentang Kenzo dan Kanaka
85
Bab 85 : Berantem lagi
86
Bab 86 : Garangnya Kenzo
87
Bab 86 : Surat cinta dari guru BK.
88
Bab 88 : Mimo ngamuk
89
Bab 89 : Mempertahankan harga diri
90
Bab 90 : Bersitegang
91
Bab 91 : Tamu??
92
Bab 92 : Vetsa membuyarkan impian semua orang
93
Bab 93 : Sedewasa itu
94
Bab 94 : Two Most Wanted
95
Bab 95 : Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!