Lani memasuki apartemen nya dia heran melihat Nana sedang duduk di sofa sambil memegang bantal.
"Kamu kenapa?" Lani yang lelah duduk di sebelah Nana menaruh makanan yang ia pesan.
"Ngantuk pih tapi laper." Keluh nya dengan sesekali mata nya terpejam.
"Makan lah dulu." Tunjuk Lani pada makanan yang ia bawa.
"Nana ambil piring sama minum dulu ya pih." Ujar nya pergi ke dapur, Lani lega saat Nana sudah berganti baju dengan pakaian yang lebih layak walapun masih terkesan seksih di tubuh Nana.
"Nana siap kan ya pih." Ujar Nana sambil menaruh makanan di masing masing piring.
"Na boleh saya tanya sesuatu?" Nana mengangguk dia sedang fokus memakan makanan nya.
"Kamu ambil jurusan pertanian betul?" Nana mengangguk lagi.
"Apa alasan mu masuk jurusan pertanian, sedang kau bisa masuk ke jurusan yang lebih menjanjikan, medis misal nya, sarjana ekonomi?" Tanya Lani penasaran dengan jalan fikiran bocah belit di hadapan nya ini.
"Nana tidak membutuh kan masa depan yang menjanjikan pih, Nana hanya ingin mempertahan kan hak Nana." Jelas nya sambil menaruh makanan nya di meja karna dengan kilat sudah habis, bahkan Lani sampai menganga tidak ada manis manis nya makan betul betul cepat.
"Maksud mu?"
"Nana di kampung sebenar nya bukan orang yang susah susah banget pih, orang tua Nana mewarisi rumah serta sawah yang luas di kampung, namun karna Nana masih kecil akhir nya pade yang mengelola bahkan rumah yang Nana tempati hasil orang tua Nana pun di tinggali pade dan keluarga nya, jadi Nana memutus kan ambil beasiswa di kota ini pih, detidak nya jauh dari pade." Jawab nya santai walaupun hati nya bergetar sebab diri nya hampir beberapa kali akan di leceh kan oleh pade nya ketika bude sedang pergi.
"Lalu, apa hubungan nya jika kau ambil jurusan pertanian, kalaupun kau jadi dokter atau dosen pun nggak masalah kan?" Tanya Lani menurut nya jalan fikir Nana terlalu sempit.
"Nana hanya ingin pendapat Nana di dengar pi." Nana menghela nafas nya.
"Hidup di kampung dengan di kota berbeda pi, di kota kita bisa leluasa berkarya, kita bisa leluasa mengerjakan sesuatu yang menurut kita itu biasa biasa saja, namun ketika di kampung kita berbeda pi, kita tidak bisa seleluasa seperti di kota, Nana kan punya sawah peninggalan ayah, sawah nya sangat luas pih, tapi Nana nggak bisa leluasa mengelola nya pi, Nana seolah hanya sebatas anak kecil, dan hasil yang Nana dapat pun betul betul tidak pantas pih padahal Nana pemikik tunggal sawah itu."
"......."
"Nana kan pemilik sawah nya, namun Nana tidak akan bisa leluasa mengelola sebab Nana masih anak kecil, itu pendapan mereka, jadi hidup di kampung yang Nana tempati tuh lebih menjunjung rasa hormat dengan orang yang lebih tua, mereka semua akan mendengar kan omongan setiap yang paling tua tidak peduli itu sawah milik siapa, contoh nya begini, menanam padi jaaauh lebih baik dengan tehnik mundur kan? namun kalau pade Nana yang bilang menanam padi tuh harus maju, kalau mundur bisa gagal panen, mereka semua akan lebih mendengarkan ucapan pade yang jauh lebih tua dari pada Nana yang mereka anggap masih kecil, mereka selalu berpendapat kalau orang tua memiliki banyak pengalaman dari pada kami yang masih bocah, sedang seperti Nana bisa mencari sesuatu lewat mbah gug segala cara agar bisa panen melimpah, itu sebab nya Nana ambil jurusan pertanian agar Nana lebih faham, dan Nana tidak di remeh kan, bahkan jika Nana bilang menanam padi lebih bagus menyamping pun mereka akan percaya percaya saja pih karna Nana sudah menyandang status sarjana di kota." Jelas Nana panjang kali lebar dengan menggebu gebu karna memang emosi yang selalu Nana rasakan ketika membahas aset nya di kampung.
"Arti nya kau mengambil jurusan ini agar mendapat kepercayaan dari orang orang begitu?" Nana mengangguk lalu selang beberapa detik ia justru menggeleng.
"Lebih tepat nya agar Nana bisa memiliki semua aset Nana tanpa di ganggu pade lagi, seperti sawah, rumah, Nana ingin itu betul betul Bisa Nana rasakan menjadi milik Nana seutuh nya." Jawab Nana menunduk, jujur saja hati nya terluka sebab ia tak kuasa mengambil apa yang sudah ayah nya berikan pada nya.
"Memang selama ini kau tak merasakan memiliki itu?" Lani menaruh makanan nya di meja dan meninum minuman nya lantas melihat Nana yang menggeleng dengan lemah.
"Nana memang merasakan hasil nya pih, namun tidak seutuh nya, Nana pemilik nya, tapi Nana akan mendapat bayaran seper empat nya setelah di bagi setengah untuk pade dan seperempat lagi lagi untuk modal membeli benih, pupuk dan lain sebagai nya nya." Ujar Nana tersenyum getir.
"Apa nenek mu hanya diam saja?" Lani merasa iba dengan gadis di hadapan nya ini.
"Nenek sudah pernah bicara pada paman namun kembali lagi kuasa paman seolah tinggi karna aku belum cukup umur untuk mengelola semua nya pih dan memang nenek mendukung segala yang paman ucap kan." Nana bersandar mata nya menerawang jauh kejadian sebelum orang tuanya meninggal hingga setelah ia resmi menjadi anak yatim piatu, semua seolah seperti mimpi, hari hari nya ia lewati dengan ke tiga sahabat nya,
"Pih," Lani menatap Nana yang mulai sayu.
"Di dunia ini hanya ke tiga sahabat ku yang selalu menemani hari hari ku, sekarang ada papi di sisi ku, Nana harap papi sudi menemani, dan mau bertahan untuk Nana, jangan tinggal kan Nana, sudah cukup Nana kehilangan ayah dan ibu, jangan lagi," Lirih Nana dengan mata terpejam rupa nya kantuk yang ia tahan sedari tadi sudah tak kuat lagi.
"Kau yang hadir dalam hidup ku, maka jangan sekali kali kau mencoba untuk pergi bocah belut." Bisik Lani pada hati nya saat melihat wajah ayu Nana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Siti Shiro
dikasih jodoh daun muda kakek lani 🤣🤣🤣
2023-12-26
0
Riska Fatihica
akhirnya papih lani dapet jodoh juga....
2023-10-14
0