ARABELLA (Pewaris Kerajaan Vampir)
aku menatap cermin besar di hadapanku, melihat sesosok gadis berkulit sepucat salju dan berbibir semerah ceri. orang akan mengira gadis itu adalah putri salju dalam wujud berbeda. ya, berbeda karna giginya yang sedikit lebih tajam.
wajahnya yang sangat cantik membuatku terpesona, siapa dia? pikiranku tak ingin berpaling,sampai aku merasakan tangan hangat memegang tanganku bersamaan munculnya sesosok pria tampan di bayangan cermin, dia juga melakukan hal yang sama terhadap gadis cantik itu.
lalu aku menganga bersamaan dengan raut wajah ngeri gadis diseberang cermin itu. aku menoleh kesamping tempat pria tampan itu berdiri, wajahnya mirip dengan pria diseberang cermin.
dia hanya menyeringai, dengan gigi putih dan rapi semakin memancarkan aura magisnya.
Bab 1. pindah dari tempat terkutuk
hari itu, aku terakhir kalinya melihat anak-anak bermain bola digang sempit ini. tempat sesak dengan apartemen kecil berjejalan. aku sudah membulatkan tekad untuk pindah. karna keadaan disini yang semakin memuakkan.
ibuku, bekerja sebagai wanita penghibur di sebuah kasino besar di kota ini. new york, kota dengan hiruk pikuk orang sibuk. aku benar-benar tidak tahan lagi dengan bulian teman-teman sekolahku.
aku sudah memindahkan tabunganku ke bank disebuah negara bagian yang lebih banyak tertutup salju, alaska. disana ada grandma dan aunty lily, mereka berdua lah harapan masa depanku sekarang.
"sayang," mommy memulai rayuannya lagi ketika aku sedang menunggu taksi.
"tinggallah disini, mommy akan mencari pekerjaan yang lebih baik lagi, dan kamu bisa kuliah disini".
aku tetap diam, membayangkan sudah berapa kali dia menjanjikan hal itu saat aku menangis saat pulang sekolah sehabis dibully teman-temanku.
keputusanku sudah bulat, aku tidak akan termakan rayuan palsunya itu lagi.
hal terakhir yang ingin aku hindari adalah bertemu pria brengsek yang setiap malam menyelinap kekamar ibuku.
"ara, kamu jadi pergi?" dia berpura-pura sedih, tapi aku tau dia senang.
aku masih bersidekap sambil melihat jam tanganku, lama sekali taksi pesananku itu datang. benar-benar ingin membuatku mati karna kesal.
mommy membawa pacarnya kesamping apartemen, aku dengar mereka berdebat.
"kan bagus kalau dia pergi, babe"
"kamu gila, aku sayang dia, bagaimanapin dia putriku satu-satunya hans"
"kamu jangan egois sayang, biarkan dia bahagia dengan pilihannya, dia tidak bahagia bersamamu disini, apa kamu tega melihatnya menangis setiap hari dibully karna pekerjaanmu itu".
mommy diam, aku hanya mendengarnya terisak. lalu sebuah taksi berhenti didepanku.
mommy segera menghampirku, memelukku anagat erat hingga aku sesak nafas, tapi kutahan.
dia memberikanku sebuah dompet besar dan tas dokumen. aku ingin mengecek isi dompet itu, tapi sopir taksi tidak sabaran.
"telpon mommy ya nak, mommy sayang kamu. setiap mommy dapat uang pasti mommy kirimkan uang untukmu ya sayang", air matanya berlinang.
aku tau dia tulus, ibu mana yang tega berpisah dengan anaknya. tapi aku benar-benar tak tahan dengan kehidupan yang dijalani ibuku.
aku hanya tersenyum sambil menahan air mata, hans membantu memasukan koperku ke bagasi. aku respect dengan jalan fikirannya, kukira dia hanya senang aku pergi, ternyata dia juga peduli dengan kondisi psikis ku.
"aku kesini untuk mengucap perpisahan dengan ra, aku tau kesanmu jelek terhadapku. tapi percayalah aku berusaha menjaga ibumu", aku terpaku sebentar, suaranya berat dan dewasa. seperti sesosok ayah yang aku rindukan. tapi lalu aku tersadar saat dia menyodorkan sebuah bingkisan padaku.
"eh thanks!" aku gugup.
mommy meremas bahuku, aku memeluknya dan menciumi pipinya untuk terakhir kali. entah kapan aku bisa bertemu dengannya lagi.
dia ingin mengantarkanku kebandara, tapi aku menolaknya, karna ku tau siang itu shift kerjanya.
setelah mommy dan hans hilang dari pndanganku, aku mulai menangis sesegukkan, sopir taksi tak heran melihatku menangis. lama sekali rasanya sampai di bandara, airmataku sampai kering.
taksi berhenti, aku memberikan uang pada sopir lalu dia membantuku mengeluarkan koperku.
"thank you", aku tersenyum padanya.
sepuluh menit lagi penerbanganku akan berangkat, jadi aku cepat menuju boarding pass.
saat sudah berada dalam pesawat aku merasa sedikit lega, tapi juga gugup. karna ini kali pertama aku naik pesawat sendirian. perjalanan membutuhkan waktu kuang lebih 6 jam setengah, jadi aku bersiap untuk tidur.
saat pesawat lepas landas, aku ingat ingin membuka bingkisan dari hans. sebuah sweater peach polos, tapi terlihat manis. disana juga ada sebuah amplop berisi uang. aku terkejut melihat uang itu. ternyata hans tidak seburuk yang kukira.
dompet pemberian ibuku, aku buka perlahan takut berisi kenangan yang akan membuatku menangis, tapi ternyata berisi uang juga dengan catatan, "mommy sudah mentransfer sebagian ke rekeningmu, doa mommy selalu bersamamu".
ooohh aku ingin menangis lagi tapi air mataku sudah kering, jadi kuputuskan tidur saja.
pesawat landing pada subuh dini hari, dengan kedinginan aku membuka ponselku, menekan nomor bibiku disana.
dia masih kantuk tapi segera berangkat, aku tau karna dia mematikan telpon saat suara mobilnya menderu. aku langsung berjalan keluar bandara.
banyak orang berlalu lalang. beberapa kali aku mencium wangi yang mengundangku untuk mengendusnya, tapi coba kuabaikan.
beberapa orang yang menatapku berkulit pucat dan memiliki lingkar hitam dibawah matanya, matanya merah menyala. iya merah menyala, aku kira mereka sedang memakai lensa kontak.
bibi lily sudah sampai saat seorang pria tampan tersenyum padaku dengan hangat, aku sedikit terpesona tapi masih tetap menjaga kewarasanku.
"hai sayangku", bibi lily memelukku dengan antusias,
" wow, you're so beautiful now", dia berkacak pinggang.
"pliss bibi, jangan buat aku terbang,sekarang masih pagi dan dingin".
dia tertawa renyah, " ayo masuk, biar kopermu bibi yang bawa"
aku menurut, yang aku selamatkan hanya dompet berisi uang pemberian hans dan mommy.
selama perjalanan, bibi lily terus berceloteh tentang kebun jagung yang digarapnya, ada juga kebun bunga canola yang biasa diolah menjadi minyak.
nenek masih sehat seperti terakhir kali aku bertemu dengannya 3 tahun lalu, tapi dia agak pikun begitu lah bibi bercerita panjang lebar.
aku ingin menanyakan hal paling penting bagi hidupku ini, tapi biarlah smpai keadaan benar-benar santai aku baru akan menanyakannya.
nenek benar-benar cantik ketika aku sampai dirumahnya, dia berdiri di dapur dengan baju hangat dan sedang menyeduh teh.
"halo cucuku sayang"
nenek benar-benar bisa menghangatkan hatiku. aku mulai menangis lagi ketika berada dipelukannya. nenek selalu tau isi hatiku meski aku tidak mengatakannya.
"istirahatlah sayang, kamu pasti lelah" nenek memerintah.
aku mengangguk. menaiki tangga ke kamar lantai dua. bekas kamar mommy saat muda dulu. tapi kamar itu selalu jadi kamarku saat aku berkunjung kesini.
belum ada yang berubah, nenek dan bibi adalah tipe orang yang suka mengenang dengan menjaga hal-hal tetap pada tempatnya.
seperti saat ini, aku melihat kamar ini seperti terakhir kali aku kesini. cat dinding berwarna lilac, lampu tumbler diatas ranjang, foto-foto gadis mommy dan foto masa kecilku dipajang dinding kamar.
speri krem dengan corak buah cerry, nenek bilang dia suka buah cerry karna mirip dengan warna bibirku.jadilah dia membeli sprei itu karna teringat denganku.
aku membaringkan tubuh lelahku diatas ranjang, dengan kasur latex yang empuk. sambil masih terus memeluk dompet pemberian mommy, aku terlelap, menuju mimpi yang aku tak mengerti isi ceritanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Asmi Pandansari
kayanya menarik.lanjut
2024-03-23
0