aku menatap cermin besar di hadapanku, melihat sesosok gadis berkulit sepucat salju dan berbibir semerah ceri. orang akan mengira gadis itu adalah putri salju dalam wujud berbeda. ya, berbeda karna giginya yang sedikit lebih tajam.
wajahnya yang sangat cantik membuatku terpesona, siapa dia? pikiranku tak ingin berpaling,sampai aku merasakan tangan hangat memegang tanganku bersamaan munculnya sesosok pria tampan di bayangan cermin, dia juga melakukan hal yang sama terhadap gadis cantik itu.
lalu aku menganga bersamaan dengan raut wajah ngeri gadis diseberang cermin itu. aku menoleh kesamping tempat pria tampan itu berdiri, wajahnya mirip dengan pria diseberang cermin.
dia hanya menyeringai, dengan gigi putih dan rapi semakin memancarkan aura magisnya.
Bab 1. pindah dari tempat terkutuk
hari itu, aku terakhir kalinya melihat anak-anak bermain bola digang sempit ini. tempat sesak dengan apartemen kecil berjejalan. aku sudah membulatkan tekad untuk pindah. karna keadaan disini yang semakin memuakkan.
ibuku, bekerja sebagai wanita penghibur di sebuah kasino besar di kota ini. new york, kota dengan hiruk pikuk orang sibuk. aku benar-benar tidak tahan lagi dengan bulian teman-teman sekolahku.
aku sudah memindahkan tabunganku ke bank disebuah negara bagian yang lebih banyak tertutup salju, alaska. disana ada grandma dan aunty lily, mereka berdua lah harapan masa depanku sekarang.
"sayang," mommy memulai rayuannya lagi ketika aku sedang menunggu taksi.
"tinggallah disini, mommy akan mencari pekerjaan yang lebih baik lagi, dan kamu bisa kuliah disini".
aku tetap diam, membayangkan sudah berapa kali dia menjanjikan hal itu saat aku menangis saat pulang sekolah sehabis dibully teman-temanku.
keputusanku sudah bulat, aku tidak akan termakan rayuan palsunya itu lagi.
hal terakhir yang ingin aku hindari adalah bertemu pria brengsek yang setiap malam menyelinap kekamar ibuku.
"ara, kamu jadi pergi?" dia berpura-pura sedih, tapi aku tau dia senang.
aku masih bersidekap sambil melihat jam tanganku, lama sekali taksi pesananku itu datang. benar-benar ingin membuatku mati karna kesal.
mommy membawa pacarnya kesamping apartemen, aku dengar mereka berdebat.
"kan bagus kalau dia pergi, babe"
"kamu gila, aku sayang dia, bagaimanapin dia putriku satu-satunya hans"
"kamu jangan egois sayang, biarkan dia bahagia dengan pilihannya, dia tidak bahagia bersamamu disini, apa kamu tega melihatnya menangis setiap hari dibully karna pekerjaanmu itu".
mommy diam, aku hanya mendengarnya terisak. lalu sebuah taksi berhenti didepanku.
mommy segera menghampirku, memelukku anagat erat hingga aku sesak nafas, tapi kutahan.
dia memberikanku sebuah dompet besar dan tas dokumen. aku ingin mengecek isi dompet itu, tapi sopir taksi tidak sabaran.
"telpon mommy ya nak, mommy sayang kamu. setiap mommy dapat uang pasti mommy kirimkan uang untukmu ya sayang", air matanya berlinang.
aku tau dia tulus, ibu mana yang tega berpisah dengan anaknya. tapi aku benar-benar tak tahan dengan kehidupan yang dijalani ibuku.
aku hanya tersenyum sambil menahan air mata, hans membantu memasukan koperku ke bagasi. aku respect dengan jalan fikirannya, kukira dia hanya senang aku pergi, ternyata dia juga peduli dengan kondisi psikis ku.
"aku kesini untuk mengucap perpisahan dengan ra, aku tau kesanmu jelek terhadapku. tapi percayalah aku berusaha menjaga ibumu", aku terpaku sebentar, suaranya berat dan dewasa. seperti sesosok ayah yang aku rindukan. tapi lalu aku tersadar saat dia menyodorkan sebuah bingkisan padaku.
"eh thanks!" aku gugup.
mommy meremas bahuku, aku memeluknya dan menciumi pipinya untuk terakhir kali. entah kapan aku bisa bertemu dengannya lagi.
dia ingin mengantarkanku kebandara, tapi aku menolaknya, karna ku tau siang itu shift kerjanya.
setelah mommy dan hans hilang dari pndanganku, aku mulai menangis sesegukkan, sopir taksi tak heran melihatku menangis. lama sekali rasanya sampai di bandara, airmataku sampai kering.
taksi berhenti, aku memberikan uang pada sopir lalu dia membantuku mengeluarkan koperku.
"thank you", aku tersenyum padanya.
sepuluh menit lagi penerbanganku akan berangkat, jadi aku cepat menuju boarding pass.
saat sudah berada dalam pesawat aku merasa sedikit lega, tapi juga gugup. karna ini kali pertama aku naik pesawat sendirian. perjalanan membutuhkan waktu kuang lebih 6 jam setengah, jadi aku bersiap untuk tidur.
saat pesawat lepas landas, aku ingat ingin membuka bingkisan dari hans. sebuah sweater peach polos, tapi terlihat manis. disana juga ada sebuah amplop berisi uang. aku terkejut melihat uang itu. ternyata hans tidak seburuk yang kukira.
dompet pemberian ibuku, aku buka perlahan takut berisi kenangan yang akan membuatku menangis, tapi ternyata berisi uang juga dengan catatan, "mommy sudah mentransfer sebagian ke rekeningmu, doa mommy selalu bersamamu".
ooohh aku ingin menangis lagi tapi air mataku sudah kering, jadi kuputuskan tidur saja.
pesawat landing pada subuh dini hari, dengan kedinginan aku membuka ponselku, menekan nomor bibiku disana.
dia masih kantuk tapi segera berangkat, aku tau karna dia mematikan telpon saat suara mobilnya menderu. aku langsung berjalan keluar bandara.
banyak orang berlalu lalang. beberapa kali aku mencium wangi yang mengundangku untuk mengendusnya, tapi coba kuabaikan.
beberapa orang yang menatapku berkulit pucat dan memiliki lingkar hitam dibawah matanya, matanya merah menyala. iya merah menyala, aku kira mereka sedang memakai lensa kontak.
bibi lily sudah sampai saat seorang pria tampan tersenyum padaku dengan hangat, aku sedikit terpesona tapi masih tetap menjaga kewarasanku.
"hai sayangku", bibi lily memelukku dengan antusias,
" wow, you're so beautiful now", dia berkacak pinggang.
"pliss bibi, jangan buat aku terbang,sekarang masih pagi dan dingin".
dia tertawa renyah, " ayo masuk, biar kopermu bibi yang bawa"
aku menurut, yang aku selamatkan hanya dompet berisi uang pemberian hans dan mommy.
selama perjalanan, bibi lily terus berceloteh tentang kebun jagung yang digarapnya, ada juga kebun bunga canola yang biasa diolah menjadi minyak.
nenek masih sehat seperti terakhir kali aku bertemu dengannya 3 tahun lalu, tapi dia agak pikun begitu lah bibi bercerita panjang lebar.
aku ingin menanyakan hal paling penting bagi hidupku ini, tapi biarlah smpai keadaan benar-benar santai aku baru akan menanyakannya.
nenek benar-benar cantik ketika aku sampai dirumahnya, dia berdiri di dapur dengan baju hangat dan sedang menyeduh teh.
"halo cucuku sayang"
nenek benar-benar bisa menghangatkan hatiku. aku mulai menangis lagi ketika berada dipelukannya. nenek selalu tau isi hatiku meski aku tidak mengatakannya.
"istirahatlah sayang, kamu pasti lelah" nenek memerintah.
aku mengangguk. menaiki tangga ke kamar lantai dua. bekas kamar mommy saat muda dulu. tapi kamar itu selalu jadi kamarku saat aku berkunjung kesini.
belum ada yang berubah, nenek dan bibi adalah tipe orang yang suka mengenang dengan menjaga hal-hal tetap pada tempatnya.
seperti saat ini, aku melihat kamar ini seperti terakhir kali aku kesini. cat dinding berwarna lilac, lampu tumbler diatas ranjang, foto-foto gadis mommy dan foto masa kecilku dipajang dinding kamar.
speri krem dengan corak buah cerry, nenek bilang dia suka buah cerry karna mirip dengan warna bibirku.jadilah dia membeli sprei itu karna teringat denganku.
aku membaringkan tubuh lelahku diatas ranjang, dengan kasur latex yang empuk. sambil masih terus memeluk dompet pemberian mommy, aku terlelap, menuju mimpi yang aku tak mengerti isi ceritanya.
"kau benar-benar datang disaat yang sangat tepat,honey", begitulah bibi lily berceloteh tentang kedatanganku pada musim dingin di sini.
sebelum menjadi oendatang baru, aku harus mengenak kota ini terlebih dahulu, begitulah niatku datang disaat libur natal.
mengurus kepindahanku kesini lumayan sulit. beruntung lily punya kenalan yang bisa membantuku, meski membutuhkan waktu 3 bulan.
biar kuberi tahu, grandma dan bibi lily tinggal di north pole, provinsi fairbank, alaska.
disini terkenal dengan jargon "natal sepanjang tahun".
aku sempat melihat lampu-lampu berbentuk permen dan sebuah patung santa raksasa.
benar-benar membuktikan bahwa kota ini merayakan natal setiap hari, tapi anehnya tak ada yang merasa hari natal sesungguhnya biasa saja setelah mengalaminya sepanjang tahun.
aku ingat pernah mengirimkan surat untuk santa, dan mendapat balasan dari alamat ini, bibi bilang disini ada relawan yang sengaja membantu membalaskan surat anak-anak untuk santa.
salju sudah mulai menumpuk ketika aku tiba disini, jadi aku belum bisa berjalan-jalan mengelilingi kota.
tapi bibi lily mengajakku ke supermarket dekat rumah.
Rasanya nyaman sekali berada di dalam ruangan dengan penghangat, karna suhu udara mencapai -0 derajat celcius dan rasanya benar-benar sperti berada didalam kulkas.
"pilihlah apa yang mau kau beli, bibi yang traktir", bibi Lily mengerling padaku, aku tersenyum senang.
seandainya mommy punya pekerjaan normal seperti bibi, tentu aku tidak perlu jadi korban bully dan rasanya ingin mati setiap hari.
sebenarnya bukan mereka yang aku takutkan, tapi aku tau bagaimana diriku jika sudah marah.
aku ingat tahun lalu ada seorang siswa pembangkang yang menghajar teman baikku,frank. frank dengan tubuh kurus ceking karna kurang gizi meringkuk ketakutan tak kuasa melawan, refleks aku menghentakkan tatapanku pada anak pembangkang itu. bersamaan dengan itu, aku melihat dia terbang dan terlempar hingga terguling dari tangga, mengalami patah tulang rusuk.
banyak saksi, karna kejadian itu dikafetaria sekolah.
mereka hanya melihat seolah dia, sengaja bunuh diri agar frank terlihat bersalah.
tentu saja dia tidak masuk sekolah selama 2 bulan setelah kejadian itu. aku ingat dia bernama nancy. anak tengil berwajah lancip dengan jerawat besar diujung hidung. aku melihatnya seperti rudolf si rusa santa.
Nah, dengan panduan kejadian aneh itu, aku tau ada yang aneh pada diriku. sperti ada iblis yang merasukiku. jadi aku tak berani melawan, takut mereka semua terluka parah.
oke, kembali ke masa sekarang. saat ini aku sedang berada di etalase khusus pembalut menstruasi.
dan pilihan disini lumayan lengkap. aku tidak akan menoleh jika tidak ada yang aneh dengan seseorang disampingku yang mengambil sebuah pembalut biasa, kau tau maksudku kan? ada yang bersayap, untuk malam dan lain sebagainya. dan apa yang aneh?
tangan itu kekar, putih, sedikit berbulu. dan aku mencium aroma parfum yang terasa manis diotakku.
reflek aku menoleh, dan jarak sejengkal itu membuat nafas kami bertemu.
tau apa yang aku lakukan saat itu? yap, aku menganga. otakku memekik "astaga dia tampan sekaliiii".
sepersekian detik yang terasa lama itu aku sempat memperhatikan bentuk wajahnya, rahang tegas berdagu belah, bibir seksi, hidung mancung lurus, mata almond berwarna hazel. alisnya tebal cokelat gelap.
rambutnya benar-benar cocok dengan bentuk wajahnya, oh tuhan aku tidak bisa bergerak. pemuda itu tersenyum dengan tangan masih berada diatas pembalut yang akan dia ambil. dan kau tau ada apa disenyumannya? yaaaa, lesung pipi dalam dipipi kanan dan kirinya.
bolehkan sesempurna ini? aku ingin sekali memarahinya. tapi dia agak sedikit tertawa, sperti aku mengatakan isi otakku keras-keras.
" hai" sapanya.
"eeh hai juga" aku gugup.
pemuda tampan yang ku kira dia hanya lebih tua satu atau dua tahun diatasku itu mengambil pembalut yang dipilihnya, dan sedikit menggigit bibirnya malu. dia menunduk, lalu menatapku dari balik bulu matanya yang panjang. aku ? tentu saja masih mematung terkesima.
"engg, saudariku memohon untuk dibelikan ini" dia menggaruk tengkuknya yang keliatan gatal sekali, aku menunggu dan dia melanjutkan dengan tersenyum getir.
"entah untuk apa aku menjelaskannya".
" mungkin kau takut aku mengira membelikan untuk istrimu?" jawabku sekenanya. dia terbahak. ah tawa yang sangat merdu.
"kau lucu" jawabnya.
"emmm, aku pernah ikut teater chaplin disekolah, bahkan tanpa berucap pun aku sudah lucu" jawabku serius, ya, itu konyol. tapi aku memang pernah ikut teater.
"kau serius", dia menaikkan alisnya skeptis.
" aku hanya ingin melawak,itu saja" dia tertawa lagi.
"kau tau, hari ini adalah hari paling sering aku tertawa", dia menghentikan tawanya, matanya berubah suram.
" mungkin ini tawa paling lepas sepanjang hidupku".
aku tak ingin memikirkan ucapannya, tapi dia berkata hidupnya sangat suram.
"kau kelihatan seperti seorang model dengan kaos bermerk itu, aku yakin hidupmu tak lebih suram dari hidupku".
" mungkin" dia mengulurkan tangannya. aku menggamit tangan kekarnya itu.
"christian costel, panggil aku christian "
" arabella beatrice".
christian tampak bingung dengan keadaan , dia meremas tanganku pelan.
"kau hangat" katanya kemudian, alisnya berkerut.
"ya, karna disini berpenghangat"
"ya kau benar" dia masih ragu, lalu mencoba memegang pipiku. benar-benar diluar dugaan. lalu dia seperti mengecek suhu tubuhku dengan punggung tangannya. "aneh" gumamnya.
"kau berasal dari mana? tanyanya kemudian
" new york".
"ooohh". christian tampak berfikir keras.
" apakah kau anak baru? atau hanya berkunjung?"
"anak baru"
"bagus, kita akan bertemu disekolah".
" benarkah?"
"ya tentu saja, cuaca akan semakin dingin hingga maret".
" oh iya" aku tak mengerti sejujurnya dengan ucapannya itu.
"pulanglah, saudarimu bisa mengamuk", usulku
" kau benar" dia tersenyum lagi, mengahngatkan hatiku. tapi saat berbalik pergi wajahnya terlihat bingung.
"hai, apa yang kau lakukan disini?"
"oh" aku terkejut, bibi lily menepuk pundakku dengan kuat.
"engg" aku ingin beralasan tapi sepertinya bibi lily melihat christian.
"anu"
"kau bertemu christian costel?" tanyanya menyelidik.
"iya, emangnya kenapa?"
"seriously?" bibi tampak kaget dengan mulut menganga
"why?" aku bingung.
"nanti bibi ceritakan, sudah selesai dengan belanjaanmu?"
aku menggaruk dagu, "belum"
"mau bibi temani sambil menceritakan pemuda tampan sombong yang mengajakmu ngobrol?"
"ceritanya dirumah saja, aku lapar bi". rengekku.
" baiklah, ayo cari lagi".
aku mengangguk sambil melingkarkan tanganku ke pinggangnya. kami memilih beberapa mie instan korea yang kelihatan pedas. bibi membelikanku set jas hujan, dan sepatu booth. aku merasa sperti anak kecil saat bersama bibi, dia sangat memanjakanku. dia tak pernah protes apapun yang aku minta, mungkin karna aku masih tau diri, memilih hal-hal yang masih bisa dia jangkau.
"apa kau menyukai christian?" tanyanya kemudian, saat kami sedang mengantre dikasir
"aku baru bertemunya sekali bi" aku memutar bola mataku.
"banyak gadis tergila-gila dengannya, selain tampan dia juga anak orang kaya".
" aku tak ingin tau tentang kekayaannya"
"aku tau sayang, bibi hanya ingin bercerita".
aku mengangguk suram, bibi tukang gosip ulung, saat dia memulai sulit sekali menghentikannya.
" dirumah saja bi, disini banyak orang" aku sok jengah, dia tertawa melihat ekspresiku yang dibuat-buat.
"oke,oke, tunggu saja saat pulang" ancamnya.
"aku sandramu bi , tenang saja" aku meyakinkannya.
percakapan kami berhenti saat antian kami tiba, kasirnya seorang gadis culun seumuranku. yang aku tau namanya grace, dan dia sangat kikuk. sepertinya dia freelance disupermarket ini.
"kau akan jadi teman sekolahnya ra" bibi menerangkan padaku sambil teesenyum pada grace
"benarkah? " grace terlihat senang.
"begitulah," jawabku santai.
"bisakah kita bermain bersama?" tnyanya lagi
"tentu, aku bisa memberimu nomor teleponku",aku menawarkan
" tentu" grace memberika smartphone nya padaku, aku mengetik nomorku disana dan lansgung memberinya nama. lalu aku mencoba panggilan.
smartphone ku berdering, setelah memberikan milik grace aku menyimpan nomornya.
kami pamit pada grace ketika akan pulang, "see you" katanya sambil melambai tangan.aku membalas lambaiannya.
Seperti janjiku sebelumnya, aku menjadi sandra bibiku. dia sudah membuat kue u tuk camilan, cokelat panas dan selimut tebal 3 lapis.
aku memakai sweater pemberian hans, aku suka warnanya dan ini cukup hangat. setelah menyantap mie alah korea (bibi lily punya panci emas sperti yang ada di drama korea dan juga peralatan makan lainnya), dia benar-benar pecinta film korea. kami menunggu hingga grandma terlelap, kaena dia tidak bisa tidur meski hanya mendengar suara bisikkan.
setelah situasi aman, aku mengundang grace yang ternyata rumahnya bersebalahan dengan rumah kami. dia hanya melompati pagar setelah menjerit dari jendela rumahnya,"mom aku ke sebelah ya, ada keponakan lily yang akan menjadi teman sekolah baruku",
"apa?" aku bisa melihat wajah ibunya grace,
"oleh aku menginap?"
ibu grace melihat kearah kami yang melambai tangan, dia teesenyum,masuk kedapur dan keluar semenit kemudian dengan sebuah box berwarna pink.
"ini bekalmu sayang, nikmati liburan kalian", kata ibu grace sambil memberikan box sealware nya.
grace melompati pagar lagi, mencium pipi ibunya cepat sambil berkata " ibu yang terbaik".
aku turun kebawah, membukakan pintu untuk grace, dengan langkah pelan kami naik ke loteng yang sengaja disulap menjadi ruang baca.
ya, kami sekeluarga hobi membaca, jadi grandpa membuatkanya untuk istrinya sebelum dia meninggal.
disini hangat, hanya jendela bulat itu yang berembun. nafas kami seperti berasap. dan kami tertawa serentak. rasanya seperti ada biang es didalam mulut.
"kita mulai dari mana ya?" grace tampak berfikir.
bibi lily mengacungkan jari telunjuknya, "aku sudah janji akan menceritakan keluarga costel pada ara".
grece memgangguk antusias, " aku sudah tau, tapi mendengar ceritanya dari orang dewasa sepertinya seru"
aku menunggu, dan bibi memulainya.
"jhon costel, sudah lama tinggal di north pole. dia seorang pengusaha pertambangan. begitulah yang kami tahu. dia tidak pernah pindah namun dia selalu bepergian bersama keluarganya terutama saat musim panas".
" ya, aku ingat anak-anak costel tak pernah masuk saat musim panas. pihak sekolah tidak mempermasalahkannya, karna nilai mereka nyaris sempurna, ditambah lagi keluarga costel memiliki sumbangsih besar terhadap north pole" grace ikut bercerita.
aku menatap mereka serius, dan bibi meneruskan ceritanya. rasanya kok menegangkan ya?.
"anehnya dimana bi?"
"ah ini bagian pentingnya, john costel tak pernah menua. bahkan sahabat karibnya pun sudah menua dan beruban, tapi dia tetap awet muda".
" aku tak akan heran" kataku bingung.
"tunggu sampai kau melihatnya langsung sayang", bibi meyakinkan. oke aku akan mendengarkan saja kali begitu.
" nah, istrinya john costel itu seorang fashion designer di seattle, tapi dia jarang pulang ke north pole. aku belum pernah melihatnya, tapi pernah melihat fotonya. mereka memiliki 3 anak kandung,dan 1 anak angkat. semuanya pria. oh merek sangat menawan" bibi grace tampak memuja mereka.
sementara grace mengedikkan bahunya, "tapi mereka sombong sekali, aku tidak suka".
" sombong bagaimana?" tanyaku heran lagi, jelas-jelas christian mengajakku berbicara dengan ramahnya, eits tunggu dia berbohong padaku tentang saudarinya.
"four costel, begitulah sebutan mereka, sangat sombong. tidak pernah menyentuh makanan kafetaria, tidak terlihat ikut kegiatan sosial apapun disekolah, dan bagi mereka tidak ada satu pun gadis yang menarik dimata mereka".
" itu bagus" aku keceplosan, itu artinya aku orang pertama yang diajak bicara christian dalam sekolah itu nantinya.
grace yang gantian heran, tapi dia mengabaikanku karna bibi menunjukkan sebuah foto masalalu.
"ini john costel", bibi menunjuk pria tampan setelah tahun 90an dengan seorang wanita cantik seperti bidadari, tengah berfoto disebuah acara tahunan north pole.
aku terpesona melihat ketampanan fisik john costel, tapi kenapa christian tidak mirip dengannya?, emmm aku jadi semakin penasaran. ya, christian lebih mirip ibunya.
ah dia bahkan sangat terlihat modis kala itu.
"apakah dia tidak punya saudari?" tanyaku penasaran.
"punya tapi dia menghilang secara misterius tahun lalu, john costel bahkan memberikan imbalan bagi yang menemukannya, tapi dia punya satu lagi saudari tapi dari istri jhon costel yang lain". bibi menjelaskan.
oohh pantas saja istri pertamanya jarang pulang, aku sedikit terluka mendengarnya.
"ya, aku lupa namanya, dia sekolah khusus modeling di itali" grace membuyarkan rasa sedihku.
"rasaku tidak ada yang anek dari keluarga costel itu".
" sudah kubilang, tunggu sampai kau sering bertemu mereka", grace meyakinkanku.
"baiklah, apa tidak ada cerita lainnya?"
"oohhh kau harus mendengar penemuan srigala berbulu cokelat di hutan, awalnya para pemancing menemukannya,tapi ketika mereka kembali dengan membawa bantuan tapi serigala itu sudah menghilang"
"hanya serigala? mungkin dia hanya pingsan".
" bukan menghilangnya yang mereka risaukan, tapi ukuran tubuhnya lebih besar dari beruang grizzly ra".
"wow, besar sekali?" aku baru terkejut.
grace sumringah, "kau tau ada sebuah suku di daerah konservasi yang percaya tentang manusia serigala"
aku menatapnya serius, "ceritakan".
" entahlah dimana letaknya, ibu melarangku masuk wilayah itu . disana tinggal suku yang masih memegang teguh kepercayaan leluhur mereka. tidak hanya serigala, mereka percaya dengan manusia burung dan lainnya, sepertinya mereka punya kekuatan magis".
"kekuatan roh berpindah raga?" tanyaku
"ya seperti itulah, kok kamu tau?"
"aku pernah baca majalah misteri yang membahas itu".
bibi lily menyodorkan cemilan pada kami sambil membuka sebotol diet coke.
suasana agak mencair ketika hanya terdengar suara kunyahan diantara kami, ini menjadi pesta piama dengan cerita seram.
" bi," aku memberanikan bertanya siapa ayahku sebenarnya, yang aku tau hanya aku memakai nama belakangnya saja.
"hmm?"
"ceritakan tentang ayahku".
bibi menghela nafas lelah, wajahnya terluka tapi dia mengerti permintaan ku, karna dia pernah berjanji akan menceritakannya ketika aku sudah cukup mengerti.kurasa sekarang waktu yang tepat.
" bibi takut kau akan menanyakannya sayangku",
aku menunggu dengan tatapan penuh arti, aku tak ingin hanya membayangkan seperti apa sosok ayahku. mommy selalu menjadikan cerita tentang ayah sebagai dongeng pengantar tidurku.
aku ingat apa yang dikatakan mommy tentang ayah , pria tampan idaman banyak wanita, dia bilang sangat mencintai mommy, tapi kenapa ayah meninggalkan kami?
mommy selalu menangis ketika menceritakan tentang ayah, bahkan terakhir kali ketika aku memintanya tiga tahun lalu. bisa bayangkan betapa mommy sangat merindukannya, air matanya tak pernah kering untuk mengenang ayah.
"dengar sweetheart, apa yang akan bibi ceritakan ini jangan sampai mengubah pandangan mu tentang ayahmu, bibi tidak membencinya, hanya bibi ikut terluka karna dia menelantarkan kalian",
aku bisa melihat kesungguhan luka itu, dia belum memiliki tambatan hati karna luka itu. bibi sangat menyayangi ibuku, kakak perempuannya dan saudari satu-satunya.
"aku hanya ingin tau cerita lengkapnya bi, bagaimana mereka bertemu, dan apa alasan ayah meninggalkan kami".
bibi mengangguk sedih, matanya terlihat sendu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!