Mendapat Teror

          Disaat Sisila sedang tidur, ia bermimpi buruk dan melihat arwah Wahyu di tempat yang redup serta dikelilingi arwah para korban yang telah Sisila bunuh untuk meminta tanggung jawab atas kematiannya.

"Sil, tolong aku...?" ucap arwah Wahyu dari kejauhan yang sedang dikelilingi arwah hantu lainnya.

"Iya Wahyu, aku akan menolongmu." sahut Sisila berjalan menuju ke arah Wahyu. Namun, baru satu langkah berjalan, arwah Wahyu terbang mendekat dengan wajah mengerikan, lalu berkata.

"Kamu harus bertanggung jawab atas kematianku ini. Haaaa..hahahaaaaa"

Seketika Sisila terbangun dari tidurnya dengan keringat yang bercucuran. Ia kemudian melihat ke spreinya, karena ada sesuatu yang lengket, bau anyir dan basah menempel di telapak tangannya. Ia ternyata sudah menyentuh darah, tapi bukan seperti darah segar, melainkan darah orang yang sudah meninggal lama. Sisila kemudian terkejut, dan turun dari tempat tidurnya, untuk membersihkan tangannya terlebih dahulu, kemudian ia akan mencuci spreinya. Ketika Sisila sedang mencuci tangan di toilet dari arah cermin terlihat ada bayangan arwah Wahyu berdiri menatap tajam kepadanya. Dengan rasa gemetar, Sisila kemudian menoleh ke belakang, tapi ia tidak melihat apa-apa, tapi saat ia melihat cermin lagi, ia melihat arwah Wahyu masih tetap berdiri, ia pun berjalan mundur dan mulai keluar dari toilet tersebut, namun dengan anehnya tiba-tiba lampu rumahnya padam, ia berusaha untuk keluar dari rumahnya, tapi suara arwah Wahyu bersisik ditelinganya.

"Sil, ayo ikut denganku.."

"Tidak, aku tidak salah, kamu sendiri yang menyetujui permintaanku waktu itu, jadi aku tidak ada kaitannya dengan kematianmu." sahut Sisila ketakutan dalam kegelapan.

"Hahahaha tapi kamu juga harus merasakan apa yang pernah aku rasakan." suara arwah Wahyu menggema dalam ruangan.

"Tidak, tolong jangan ganggu aku." Sisila berusaha berdiri untuk membuka pintu, lalu tiba-tiba Daniel datang dan membuka pintu rumah Sisila, Sisila yang ketakutan lalu memeluk Daniel, namun Daniel melepaskannya.

"Kamu kenapa Sil? kenapa rumah kamu gelap seperti ini?" tanya Daniel.

"Ini adalah ulah arwah Wahyu yang gentayangan. Ak,a,aku takut Daniel, apa kamu mau menemaniku semalam saja." ucap Sisila ketakutan.

"Kamu tidak perlu takut lagi, aku akan segera menghidupkan kembali lampu rumahmu, dan kamu bisa tenang lagi." sahut Daniel tersenyum, kemudian pergi untuk membetulkan saklar lampu. Sisila yang ketakutan terus saja mengikuti Daniel.

"Tuh kan sudah menyala lagi, sudah kamu kembali tidur sana, lagian ini masih jam 1 malam. Kamu besok kan juga harus beraktivitas." ucap Daniel.

"Jangan Daniel, kamu jangan pergi, aku mohon, temani aku semalam saja, aku takut sekali.. bila harus berada di rumah sendirian, setelah kejadian tadi." sahut Sisila menahan tangan Daniel.

"Sisila memang seperti sedang diteror oleh sesuatu. Baiklah aku akan menjaganya satu malam ini, karena aku tidak mau Sisila kenapa-napa." batin Daniel melihat Sisila yang ketakutan.

"Iya, tapi satu malam ini saja ya. Aku tidak mau kalau warga tau dan bergosip tidak-tidak pada diriku. Lagi pula besok aku juga libur kerja. Ya sudah, sana kamu masuk duluan." ucap Daniel di belakang Sisila.

Ketika Daniel tidur, ia bermimpi melihat sesuatu keburukan yang sudah seseorang lakukan, dan ia tidak bisa melihat jelas wajah orang tersebut, dan para korban tewas yang ada pada mimpi Daniel sama persis dengan kejadian yang baru-baru ini terjadi. Daniel kemudian terbangun, ternyata sudah pagi. Ia pun segera bergegas keluar, sebelum warga melihat ia baru saja dari rumah Sisila.

"Kenapa aku bermimpi seperti itu? lalu siapa pelaku dari semua kejahatan itu? kenapa aku tidak bisa melihatnya dengan jelas...(menengok ke jendela) ternyata sudah pagi, aku harus cepat-cepat pergi dari tempat ini." batin Daniel, lalu ia mengendap-endap keluar dari rumah Sisila.

Lalu saat Sisila terbangun, ia tidak melihat Daniel lagi, ia pun berfikir Daniel sudah pulang, karena takut dengan gosipan warga. Sisila yang bangun dari sofa, teringat kembali dengan spreinya, ia kemudian berjalan perlahan menuju kamar tidurnya, kemudian mengecek kondisi spreinya, dan ternyata darahnya menjadi banyak seperti sungai di tempat tidur, Sisila yang ketakutan, memberanikan diri untuk mengambil sprei tersebut, dan mencucinya. Setelah selesai mencuci, Sisila menjemur sprei tersebut di halaman rumahnya. Ia sedikit heran dengan wajah para warga yang terlihat pucat, dan saat ia hendak masuk rumah, ia melihat ibunya terdiam di depan pintu, namun ketika Sisila hendak memeluknya sosok ibunya menghilang dan membuatnya terjatuh, seketika itu juga Sisila tersadar dari mimpinya, ternyata waktu Sisila hendak mengambil sprei tersebut, ia yang tidak tahan dengan bau anyir yang menyengat membuatnya pingsan dan tersadar setelah bermimpi.

"Kenapa aku menjadi sering bermimpi buruk? Apa mimpi tersebut termasuk dari teror arwah Wahyu? ah sudahlah, aku akan mencuci sprei ini." batin Sisila kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

...*******...

Daniel yang kemarin sudah merencanakan sesuatu dalam menggali informasi tentang keberadaan Wahyu, berjalan sendirian menuju rumah Wahyu, sesampainya di sana, ia melihat Ayah Wahyu di depan rumah sedang berbicara sendiri, karena ia tidak mau terkena semprot lagi dari Ayah Wahyu, ia kemudian berkeliling dan menuju ke belakang rumah Wahyu, setelah ia berhasil masuk ke lingkungan belakang rumah Wahyu, ia melihat gundukan tanah yang mencurigakan. Ia lalu mencoba untuk menggali tanah tersebut dengan cepat, sebelum ayah Wahyu melihatnya, namun, ketika ia hampir sedikit lagi melihat jenazah Wahyu, Ayah Wahyu sudah berdiri di depannya sambil membawa pasau dan melihat Daniel dengan wajah beringasnya. Daniel perlahan mundur, dan memulai ancang-ancang untuk lari. Seketika itu juga Ayah Wahyu mengejar Daniel, karena akan membunuhnya. Daniel yang ketakutan terus berlari sampai di ujung gang ramai, Ayah Wahyu mengehentikan langkahnya dan menatap tajam kearah Daniel lalu pergi.

"Huhh huhhh... kenapa Ayah Wahyu bisa segila itu? hampir saja aku terbunuh olehnya." batin Daniel terengah-engah. Daniel lalu pergi pulang. Di rumah, ia yang masih penasaran dengan gundukan tanah di belakang rumah Wahyu, ia yakin bahwa jenazah Wahyu berada di tempat itu. Kerena di lihat dari tatapan mata Ayah Wahyu, ia seperti tidak terima kalau gundukan tanah tersebut di bongkar oleh Daniel.

"Aku yakin, jenazah Wahyu pasti ada di gundukan tanah tersebut, tapi bagaimana aku bisa kesana lagi. Sedangkan Ayah Wahyu sudah memergokiku. Ah sial." batin Daniel dalam kamarnya.

"Daniel makanan sudah siap, cepat dimakan, karena sebentar lagi kamu akan bertemu dengan seorang wanita cantik pilihan Mama." teriak Mama Daniel di luar.

"Huhh jodoh lagi.. jodoh lagi... sampai kapan sih Mama mau berhenti untuk menjodohkanku? Aku masih ingin mengumpulkan tabungan dulu, belum siap menikah, dan aku tidak suka dengan perjodohan ini." batin Daniel dan mulai keluar dari kamarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!