Karena teror dari arwah Wahyu, Sisila menunda tujuan utamanya untuk meneror para warga dengan jasad dari korban yang ia bunuh, Sisila masih takut dengan teror arwah Wahyu yang semakin sering menghantuinya. Sampai pada suatu hari, Sisila membuat perjanjian dengan Daniel untuk mencari jenazah Wahyu bersama-sama agar arwah Wahyu tidak gentayangan lagi.
"Kenapa Daniel belum juga kesini sih? katanya ia setuju." batin Sisila menunggu kedatangan Daniel. Kemudian terlihat dari kejauhan, Daniel berjalan menuju kearah Sisilia.
"Kamu kenapa Sil, kelihatanya sedang resah?" tanya Daniel bercanda.
"Iya, resah karena kamu, Ayo kita lakukan sekarang." sahut Sisila menarik tangan Daniel.
...*******...
Sesampainya di depan rumah Wahyu, mereka berdua melihat kondisi rumah, apakah Ayah Wahyu berada di rumah atau tidak. Lalu mereka berdua melangkah sedikit demi sedikit menuju rumah Wahyu, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Ketika mereka berdua hendak menuju ke belakang rumah, mereka berdua syok saat melihat Ayah Wahyu sedang menangis di gundukan tanah yang pernah Daniel bongkar. Mereka berdua pun menguping perkataan Ayah Wahyu dari balik dinding.
"Nak, Ayah dengar warga sekitar banyak yang diteror oleh arwahmu yang gentayangan, tapi Ayah tidak mungkin menguburkanmu di TPU, karena Ayah sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi selain dirimu. Setiap Ayah pulang kerja, Ayah selalu melihat kamu duduk di sofa favoritmu, walaupun kamu hanya terdiam, tapi Ayah senang karena ditemani olehmu. Ayah tidak akan pernah mengubah keseharian yang sudah berjalan beberapa Minggu ini berakhir, karena kamu jauh dariku. Maafkan Ayah nak, Ayah belum ikhlas melepaskan jenazahmu pindah di tempat lain. Maafkan Ayah...." hiks hiks hiks hiks
"Oh jadi benar kalau jenazah Wahyu di kubur di gundukan tanah tersebut.." ucap Sisila menoleh ke arah Daniel.
"Iya, aku juga sudah mencurigainya sejak awal. Sekarang kita tunggu sampai Ayah Wahyu pergi dari tempat itu." sahut Daniel
Beberapa menit kemudian, Ayah Wahyu masuk ke dalam rumah. Mereka berdua lalu mendekati gundukan tanah tersebut, dan mulai membongkarnya, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, mereka berdua dengan cepat mengerjakan galiannya. Ketika mereka berdua sudah melihat jenazah Wahyu, mereka berdua mengangkatnya dengan pelan, namun ketika mereka sedang berjalan sambil menggendong jenazah Wahyu yang sudah membusuk, Sisila yang tidak kuat dengan baunya, muntah-muntah, sehingga suaranya terdengar oleh Ayah Wahyu, Ayah Wahyu kemudian keluar sambil membawa parang, lalu mengejar mereka berdua, Sisila dan Daniel yang ketakutan melihat keganasan Ayah Wahyu kemudian meletakkan jenazah Wahyu di depan rumah dan lari terbirit-birit. Ayah Wahyu mengejar mereka berdua dengan cepat, dan melemparkan parang ke arah mereka berdua, namun sialnya bahu Daniel terkena sabetan parang dan sempat jatuh sejenak, Sisila kemudian membantu Daniel bangun dan langsung berlari lagi sambil memapah Daniel. Ketika mereka berdua hampir dekat di gang ramai, sialnya Daniel yang terluka, kembali terkena sabetan parang pada pinggangnya. Namun mereka berdua berhasil lolos, karena bisa keluar dari kejaran Ayah Wahyu. Setelah kejar-kejaran, Daniel kemudian dibawa ke Puskesmas terdekat. Disana, luka Daniel di obati oleh Dokter, kemudian Daniel pulang ke rumahnya bersama dengan Sisila. Di perjalanan Sisila sempat meminta maaf pada Daniel, dan teringat dengan perbuatannya yang sudah membunuh banyak orang dengan sadis seperti Ayah Wahyu. Kini Sisila pun merasakan apa yang para korbannya rasakan saat dieksekusi mati oleh dirinya.
"Ternyata seperti inilah rasa takut dan sakitnya para korbanku sebelum mati ditanganku, aku menjadi enggan untuk melakukannya lagi, apa lagi semenjak aku diteror oleh arwah Wahyu. Lebih baik, aku menjadi diriku sendiri dan berhenti membunuh orang lain lagi, dan aku akan mencari cara lain saja untuk membalaskan dendamku." batin Sisila yang merasa kasian terhadap Daniel.
"Daniel, maafkan aku ya, kamu menjadi seperti ini, karena permintaanku." ucap Sisila.
"Kamu tidak perlu merasa bersalah Sil, aku juga ingin melakukan apa yang kamu inginkan, dan niatku memang sudah lama." sahut Daniel tersenyum.
Sisila pun membalasnya dengan senyuman.
Sesampainya di rumah Daniel, Sisila yang melihat kondisi rumah Daniel sedikit merasa ada yang aneh.
"Kamu kenapa Sil?" tanya Daniel melihat wajah Sisila yang memandang serius hiasan yang ada didalam rumahnya.
"Kenapa banyak boneka di ruangan rumahmu Daniel? mereka seperti sedang menatapku. " sahut Sisila takut.
"Itu semua adalah temanku.. mereka yang sering menemaniku ketika aku sendirian di rumah." sahut Daniel, dan seketika membuat bulu kuduk Sisila menjadi berdiri.
"Jadi kamu adalah indigo?" tanya Sisila ragu.
"Ya .. bisa dibilang begitu, tapi aku tidak pernah mengumbar kemampuan khususku ini pada siapapun. Aku juga tau, semenjak kematian Wahyu, kamu selama ini diteror oleh arwahnya kan..?" tanya Daniel.
"Iya, aku salut sama kemampuanmu itu. Apa kamu juga bisa menerawang?" tanya Sisila sedikit takut.
"Bisa, tapi tidak semua yang aku terawang terlihat jelas. Memangnya kamu butuh bantuanku untuk menerawang sesuatu? Oh iya, waktu aku menginap di rumahmu, aku sempat bermimpi melihat seorang pembunuh, tapi aku tidak bisa melihat jelas wajahnya. Apa mungkin, itu ada kaitannya dengan jasad yang ditemukan di desa kita ya?" ucap Daniel yang membuat Sisila menjadi semakin takut.
"Emmm... Aku tidak begitu tau, ohya dirumah ada sesuatu yang harus aku masak, aku pulang dulu ya." sahut Sisila gugup dan berlari pergi.
"Eh tunggu.. kenapa Sisila bertingkah aneh seperti itu? Sudahlah, aku mau menelfon Ibu dan Ayah dulu." ucap Daniel, kemudian pergi sambil memegang pinggangnya yang sakit, lalu menelfon kedua orang tuanya yang bekerja di luar kota.
...*******...
Sesampainya di rumah, Sisila menjadi semakin takut setelah mengetahui kemampuan khusus yang dimiliki oleh Daniel, dan saat itu pula, Sisila sedikit menjaga jarak dengan Daniel. Ketika Sisila sedang tidur, ia bermimpi sedang dihakimi massa, karena katahuan menjadi pelaku pembunuhan mutilasi, dan itu semua terjadi karena bantuan dari penerawangan Daniel, di dalam mimpi, Sisila di pasung oleh warga, lalu kemudian dibakar hidup-hidup. Sisila yang merasakan kesakitan melihat Daniel yang berada di tengah kerumunan tersenyum sinis kepadanya, sampai akhirnya badan Sisila terbakar semua dan menghembuskan nafas terakhirnya. Sisila lalu terbangun dari tidurnya dan bernafas ngos-ngosan karena masih merasakan sakitnya dibakar hidup-hidup.
"Tidak......ah,hah..hah.. Apa arti dari mimpiku tadi? semoga saja tidak menjadi kenyataan." batin Sisila dengan bercucuran keringat, lalu ia melihat jam didinding, yang menunjukkan pukul 11 malam. Sisila kemudian melanjutkan tidurnya lagi, tapi badan ia seperti tidak bisa digerakkan dan nafasnya terasa sangat sesak, Sisila mencoba untuk membuka matanya, namun ia hanya bisa membuka matanya sedikit dan disaat itu pula Sisila melihat penampakan arwah Wahyu sedang menindih tubuhnya, Sisila ingin menjerit, tapi tidak bisa, ia pun mencoba membaca surat pendek yang masih ia ingat dalam hati, dan seketika itu arwah Wahyu menghilang dari pandangan. Sisila mengatur pernafasannya dan tidak berani tidur lagi sampai pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
anggita
like👍, dan hadiah bunga🌹
2023-11-14
3