Tok! Tok! Tok!
"Permisi!"
Teriak seseorang dari luar kamar. Yati pun terbangun mendengar suara ketukan dan teriakan itu. Dia kaget, dan melihat Iwan masih tertidur pulas di lantai.
"Wan! Iwan! Bangun! Siapa itu di luar?!" Kata Yati membangunkan Iwan.
"Kenapa?"
"Ada seseorang di luar kamar! Cepat buka!"
Iwan langsung bangun. Dia perlahan membuka pintu. Setelah pintu terbuka lebar, nampak sosok perempuan berpawakan tinggi dan berpakaian rapi berdiri tepat di depan pintu. Perempuan itu memakai blazer berwarna coklat, dengan menjinjing sebuah tas kulit berwarna coklat juga, yang berukuran besar.
"Maaf. Kamu siapa?"
Tiba-tiba perempuan itu langsung masuk ke dalam kamar. Dan menaruh tasnya di dekat pintu.
"Hey! Siapa kamu?! Lancang sekali! Tidak sopan!" Kata Iwan.
"Saya diutus oleh Pak Bandri. Dia meminta hasil jepretan yang kamu dapatkan. Pak Bandri juga berpesan, agar kalian ikut dengan saya sekarang. Pak Bandri sudah menunggu kalian di suatu tempat."
"Untuk apa?" Tanya Yati.
"Ada pertemuan penting. Ini berhubungan dengan kasus kematian Bagas Mantari. Kalian akan dipertemukan dengan orang-orang penting yang ada di sana. Kasus ini harus segera diselesaikan. Pihak kepolisian juga mengharapkan bantuan dari kalian."
"Kepolisian? Bukannya pihak kepolisian sedang menutup-nutupi kasus ini?" Kata Yati heran.
"Ya. Tapi untuk para polisi korup. Para polisi yang berjaga di hotel itu, adalah para polisi yang dibayar oleh para pejabat. Karena itulah, pihak kepolisian meminta bantuan kalian untuk membongkar kasus gelap ini." Jawab si perempuan.
"Kenapa kami harus mempercayai kamu?" Tanya Iwan.
"Karena kalian harus percaya. Tapi terserah. Nyawa kalian adalah hak kalian sendiri. Ikut, atau mati di tempat busuk ini." Ucap perempuan itu dengan tegas.
Iwan dan Yati akhirnya memilih untuk mengikuti perempuan itu. Karena biar bagaimanapun, nyawa mereka sedang terancam saat ini. Dan jika mereka tidak datang untuk bertemu dengan Pak Bandri, tidak ada jaminan bagi mereka untuk selamat di rusun ini. Mereka juga tidak akan mendapatkan informasi apapun, kalau mereka tidak bertemu langsung dengan Pak Bandri. Pak Bandri tentunya memiliki informasi yang sangat penting dan sangat rahasia, yang hanya boleh diketahui oleh beberapa orang saja. Juga teruntuk mereka berdua yang sedang mengusut kasus ini.
Mobil yang dinaiki Iwan dan Yati pun mengikuti kemana perempuan itu pergi melajukan mobilnya. Perempuan yang tidak diketahui namanya itu menuntun mereka berdua ke sebuah rumah di pinggiran kota. Rumah itu sangat klasik khas orang-orang zaman dulu. Tapi tidak menghilangkan kesan mewahnya. Rumah itu sangat besar, dan dikelilingi oleh pagar tembok. Hanya ada satu pintu masuk ke rumah itu. Yaitu sebuah pintu gerbang yang mengarah ke halaman rumah. Di sana sudah banyak sekali orang berpakaian rapi yang berkumpul. Bisa dipastikan, kalau pertemuan ini sangat-sangat penting. Dan tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana.
Orang-orang yang ada di sana memakai setelan jas serba hitam. Beberapa dari mereka juga mengenakan kemeja pendek. Yang kemungkinan, mereka adalah pengawal atau anak buah orang-orang penting yang ada di sana. Mereka semua menatap tajam ke arah Iwan dan Yati, setelah mereka berdua sampai di halaman rumah tersebut. Ada sekitar dua puluh mobil mewah, dan puluhan motor yang terparkir di sana. Yati dan Iwan sama sekali tidak tahu, maksud mereka diundang ke tempat ini. Mereka hanya mengikuti si perempuan masuk ke dalam rumah. Betapa terkejutnya Iwan dan Yati, setelah mereka berdua melihat semua orang yang ada di dalam rumah tersebut.
Ternyata orang-orang yang mengundang mereka adalah orang-orang elit. Di sana mereka berdua juga melihat Pak Bandri, yang sedang duduk di antara orang-orang berpakaian serba hitam tersebut. Pak Bandri langsung memanggil dan menyuruh mereka berdua untuk duduk di sebuah kursi yang telah disediakan.
"Ayo sini. Duduklah." Suruh Pak Bandri.
Semua orang yang duduk di sana, menatap Iwan dan Yati dengan tatapan yang tajam. Yati dan Iwan mencoba memberikan senyum kepada mereka. Tapi ekspresi wajah mereka tetap sama. Sekalinya membalas senyum, mereka terlihat sinis dan seperti tidak suka dengan adanya Yati dan Iwan di tempat ini.
"Ada apa Bapak memanggil kami ke tempat ini?" Tanya Yati.
"Tenang Yati. Iwan. Saya ingin menugaskan kalian untuk sesuatu yang lebih penting. Tapi masih berhubungan dengan kasus pembunuhan yang sedang kalian tangani." Jawab Pak Bandri.
Pak Bandri lalu memberikan sebuah dokumen kepada mereka. Dokumen itu terbungkus dalam amplop berwarna coklat. Tertulis juga dalam amplop coklat tersebut, kalau si pengirim adalah orang dari kepolisian. Orang yang tidak diketahui itu tentu berhubungan erat dengan Pak Bandri, dan juga perusahaan Pena Kota. Saat Yati dan Iwan melihat semua isi yang ada di dalam amplop tersebut, mereka berdua semakin kebingungan. Mereka tidak tahu apa maksud Pak Bandri menyerahkan dokumen ini kepada mereka.
"Apa ini Pak?" Tanya Iwan.
"Begini Iwan. Saya membawa kalian ke tempat ini, untuk menunjukkan siapa orang-orang yang ada di belakang Pena Kota. Kalau kalian beranggapan Pena Kota hanyalah sebuah perusahaan media cetak biasa, maka kalian sudah salah. Pena Kota lebih dari apa yang kalian pikirkan, dan apa yang telah kalian jalankan."
"Kami tidak mengerti Pak." Ucap Yati.
Lalu dari belakang mereka berdua, ada seorang perempuan yang menyodorkan beberapa lembar foto. Dari foto-foto tersebut, terungkaplah kalau Pena Kota bukan sekedar perusahaan media cetak biasa. Mereka jauh lebih besar dari apa yang orang-orang perkirakan selama ini. Karena itulah Pena Kota sangat sulit untuk dibuat bangkrut. Banyak sekali orang-orang elit yang ada di belakangnya. Bahkan, banyak dari mereka yang berasal dari kalangan raja-raja yang ada di Tanah Jawa. Mereka semua bergerak di bawah tanah, tanpa diketahui siapapun.
Tidak akan ada satupun orang yang menyangka, kalau Pena Kota adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh orang-orang yang cerdas dan berpengaruh. Dan semua orang yang ada di tempat ini, mereka semua adalah keturunan dari orang-orang penting yang ada di dalam foto tersebut. Mereka semua meneruskan apa yang sudah dibangun oleh para pendahulu mereka. Pena Kota bukan sekedar tempat orang-orang mencari nafkah saja. Tapi, Pena Kota adalah rumah bagi semua orang. Bagi siapa saja yang masuk ke Pena Kota, maka dia akan disebut sebagai anggota keluarga.
"Pena Kota bukan hanya sekedar tempat mengadu nasib, Yati. Tempat itu lebih dari sebuah surga. Hanya di Pena Kota, keadilan itu ada." Ucap salah seorang perempuan yang duduk di samping kanan yani.
Meja itu berbentuk persegi panjang. Dengan tiga belas kursi yang tersedia di meja tersebut. Ada seorang perempuan yang masih muda, yang duduk tepat menghadap ke arah Yati dan Iwan. Dan dia duduk di kursi yang paling besar. Menandakan kalau dia adalah pemimpin dari semua orang yang ada di tempat ini. Namun perempuan itu hanya diam, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dan orang yang duduk di sebelah kanan Yati adalah salah satu anggota penting dari sang pemimpin kelompok tersebut. Sedangkan Pak Bandri sendiri, dia duduk di sebelah kiri Iwan.
Jadi, posisi duduk setiap orang yang menghadap ke meja tersebut adalah, empat orang di bagian kanan, empat orang di bagian kiri, dan untuk sang pemimpin, dia berada di tengah, mengarah tepat kepada Yati dan Iwan. Yang maksudnya, Iwan dan Yati duduk berada di antara empat orang di kanan dan kiri mereka. Seorang perempuan yang duduk di sebelah kanan Yani, menjelaskan satu persatu apa yang sebenarnya terjadi kepada Bagas Mantari, seorang pengusaha muda kaya raya yang dibunuh secara misterius. Perempuan itu memberikan berbagai macam penjelasan, yang membuat Iwan dan juga Yati tidak habis fikir dengan apa yang telah terjadi.
Yati dan Iwan mendapatkan banyak sekali hal-hal menarik untuk mereka selidiki, bersama dengan salah seorang polisi, yang sudah lama bekerja sama dengan kelompok tersebut. Dia bernama Hermanto. Hermanto-lah yang selama ini memberikan berbagai macam informasi kepada Pak Bandri, sebagai bahan penulisan mereka di Pena Kota. Selanjutnya, Iwan dan Yati-lah yang akan turun langsung ke lapangan, untuk memperkuat bukti-bukti dari semua kasus yang sedang mereka kerjakan. Semua orang tahu, di masa-masa ini, setiap orang takut untuk berbicara tentang kebenaran. Mereka dibungkam, dengan kekuasaan yang kejam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Nita Aan
lanjut
2023-11-04
0