Pagi itu, Yati dan Iwan memulai tugas mereka. Iwan mengawasi dengan teropong dari apartemen. Sedangkan Yati akan menuju ke hotel tersebut. Dia berdandan dengan sangat cantik untuk memikat para penjaga yang ada di sana. Semenjak adanya rumor tentang pembunuhan di hotel itu, pihak kepolisian menjaga tempat itu dengan sangat ketat, selama 24 jam penuh. Yati tidak langsung masuk ke area hotel. Tapi dia berjalan terlebih dahulu ke sebuah warung kecil, yang ada di sekitaran hotel tersebut. Di sana Yati berpura-pura membeli satu bungkus rokok, dan juga segelas kopi hitam. Semua orang yang ada di warung itu, menatapnya dengan penuh curiga. Wajah Yati benar-benar terlihat sangat asing di tempat itu.
"Mba-nya bukan orang sini yah?" Tanya si penjaga warung itu.
Perempuan yang umurnya berkisar 40 tahunan itu mencoba membuka obrolan dengan Yati. Dia terlihat kasihan kepada Yati, karena semenjak dia duduk di warung itu, hampir semua mata tertuju kepadanya.
"Iya Bu. Saya sedang berlibur."
"Liburan di tempat seperti ini. Masih banyak tempat lainnya jauh lebih baik bukan?"
"Saya orang desa Bu. Jadi, saya ingin tahu bagaimana suasana yang ada di kota."
"Oh iya." Jawab perempuan itu singkat.
Tapi si penjaga warung itu juga terlihat mencurigakan bagi Yati. Sebagai seorang penjaga warung, tidak seharusnya perempuan itu berdandan seperti orang kantoran. Yati mencicipi rokok dan kopi yang sudah diletakkan di atas meja, di depannya. Semua orang menjadi semakin mencurigai keberadaannya. Bagi mereka, Yati seperti seorang polisi ataupun detektif. Ada dua orang laki-laki yang nampaknya memperhatikan Yati dengan sangat detail. Mereka berpawakan seperti preman. Badan mereka tinggi besar. Tatapan mereka tajam. Jaket kulit yang mereka pakai, menandakan kalau mereka termasuk orang penting.
Merasa kalau keadaannya tidak memungkinkan, Yati dengan cepat membayar semua yang sudah ia pesan di warung itu. Sesaat kemudian, Yati berlalu dari warung tersebut. Begitu juga dengan dua orang laki-laki yang sedari tadi mengawasinya. Yati tahu, kalau dua orang laki-laki itu sedang berusaha untuk mengikutinya. Melihat Yati berada dalam bahaya, Iwan mencoba mengambil potret dua orang pria berjaket kulit itu. Dari kejauhan, tentu gambar yang Iwan dapatkan tidak terlalu jelas. Tapi Iwan masih bisa mengenali wajah mereka dengan baik. Setelah dicetak nanti, barulah Iwan akan mengetahui siapa dua orang laki-laki yang mengikuti Yati sampai ke depan apartemen.
Yati dengan cepat masuk ke apartemennya. Sedangkan dua orang laki-laki itu sudah tidak mengikutinya lagi. Mereka tidak mungkin mengikuti Yati sampai ke dalam apartemen, karena mereka pasti akan dicegat oleh satpam yang berjaga di sana. Dua orang laki-laki itu pun akhirnya berlalu dari tempat itu. Mereka terlihat kesal karena tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan insting mereka yang begitu tajam, sudah pasti dua orang laki-laki itu bukanlah orang-orang sembarangan. Bisa jadi dua orang laki-laki itu adalah para polisi yang berjaga di sekitaran hotel dan apartemen. Apalagi mereka juga sangat ahli dalam hal mengikuti orang dari belakang. Mereka terlihat sangat terlatih dan sudah profesional.
Setelah sampai di dalam kamar apartemen, Yati langsung mengemasi barang-barangnya. Iwan pun kebingungan, karena mereka baru menginap satu malam di tempat ini. Sedangkan mereka menyewa kamar apartemen ini untuk waktu 3 bulan ke depan. Namun Iwan juga merasa khawatir dengan keberadaan dua orang laki-laki yang sempat mengikuti Yati. Bisa saja mereka adalah orang jahat, yang ternyata sudah mengetahui rencana mereka. Iwan juga buru-buru mengemasi semua peralatannya. Tidak lupa, Iwan juga mengatakan kepada Yati, kalau dia sudah mendapatkan potret dua laki-laki itu.
"Aku hanya tinggal mencetak hasilnya saja. Setelah itu, baru kitab berdua bisa mengetahui siapa dua laki-laki itu." Ucap Iwan kepada Yati.
"Kenapa kamu tidak membantu?"
"Kalau aku turun ke sana, tidak akan ada satupun orang yang mengetahui tentang mereka, Yati. Bisa saja semua rencana kita ini telah diketahui oleh pihak-pihak penting."
"Maksudnya?"
"Pena Kota adalah masalah besar bagi semua orang yang bermasalah. Banyak orang yang ingin sekali melihat Pena Kota bangkrut. Kamu juga tahu, Pak Bandri pernah dianggap sebagai ancaman oleh para pejabat, karena dia membongkar kasus korupsi yang sudah mereka lakukan."
Yati lalu teringat dengan ucapan Pak Bandri, sebelum dia meninggalkan kantornya. Pak Bandri bilang, kalau Pak Bandri mencurigai akan adanya pihak-pihak lain yang menghalangi rencana mereka. Meskipun Pena Kota hanyalah perusahaan media cetak, tetapi Pena Kota sudah dianggap sebagai sebuah masalah besar bagi orang-orang yang bermasalah. Seperti yang baru saja dikatakan oleh Iwan. Banyak sekali orang yang menginginkan kehancuran Pena Kota. Karena sudah banyak sekali kasus yang mereka bongkar, sekalipun Pena Kota bukanlah sebuah kantor penegak hukum.
Namun di masa kepemimpinan Pak Bandri, Pena Kota menjadi satu-satunya perusahaan media cetak ternama, dan terkenal di mana-mana. Pak Bandri tidak pernah mau menerima sogokan dari siapapun. Dan Pak Bandri juga tidak pernah takut dengan siapa saja. Untuk mengungkapkan kebenaran, Pak Bandri akan mengorbankan segalanya. Hal itulah yang membuat Pena Kota lebih digemari oleh masyarakat. Banyak sekali orang-orang yang masuk ke dalam bisnis gelap, yang merasa terganggu dengan keberadaan perusahaan Pena Kota. Dan yang membuat mereka sulit untuk menghancurkan Pena Kota adalah, tidak ada satupun orang yang tahu siapa pemilik Pena Kota.
Satu-satunya orang yang mengetahui siapa pemiliknya hanyalah Pak Bandri. Entah bagaimana sebuah perusahaan media cetak bisa bergerak seperti sekumpulan kelompok pasukan khusus. Berbeda dengan perusahaan media cetak yang lain, Pena Kota cukup rahasia untuk diteliti. Tidak semua orang bisa masuk ke dalamnya. Pak Bandri juga sangat selektif dalam memilih orang-orang yang ingin bekerja di Pena Kota. Sekalipun orang tersebut berpendidikan tinggi, belum tentu Pak Bandri mau menerimanya. Karena Pena Kota didasarkan kepada sebuah kesetiaan dan kejujuran. Siapa saja bisa dipecat, dan siapa saja bisa dipertahankan. Seperti Iwan dan Yati.
Namun Pak Bandri pernah mengatakan kepada Iwan dan Yati, kalau Pena Kota dibuat oleh sekumpulan orang-orang penting, yang tidak suka dengan orang-orang licik. Dan Pak Bandri, dia selalu saja bisa mendapatkan informasi. Sekalipun informasi tersebut bersifat sangat rahasia. Salah satu contohnya adalah, kasus korupsi terbesar yang pernah dilakukan oleh salah seorang pejabat. Padahal, para pihak kepolisian maupun penegak hukum yang lain, sangat kesulitan dalam menemukan bukti-bukti korupsi si pejabat tersebut. Tapi Pak Bandri bisa dengan mudah memberikan informasi itu kepada Iwan dan Yati. Seakan Pak Bandri mengenal dekat si koruptor itu. Bahkan Pak Bandri bisa mengetahui samai ke hal-hal yang sensitif.
"Ya sudah. Kita secepatnya pergi dari tempat ini. Tapi kita harus mencari jalan lain. Jika kita melewati jalan di depan hotel itu, pasti mereka akan tahu kalau kita sudah melarikan diri."
"Ya. Kamu benar Yati. Kita pergi sekarang."
"Kamu sudah yakin tidak ada yang tertinggal?"
"Ya. Semuanya sudah ada di dalam tas."
"Ya sudah. Ayo!"
"Ayo!"
Yati dan Iwan buru-buru pergi dari tempat itu. Dengan terpaksa mereka juga harus menuruni tangga darurat, karena sangat tidak memungkinkan bagi mereka untuk menaiki lift. Mereka khawatir kalau ada orang yang menghadang mereka nantinya. Untung saja kamar mereka berada di lantai 6. Sehingga tidak terlalu jauh dari tempat mobil mereka diparkirkan. Sesekali mereka juga berpapasan dengan para petugas apartemen yang sedang memeriksa keadaan di apartemen tersebut. Hal itu rutin mereka lakukan, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka menatap heran kepada Iwan dan Yati. Namun mereka juga tidak berani bertanya apapun. Karena hal itu akan dianggap kurang ajar.
Setelah sampai di dalam mobil, Iwan langsung tancap gas. Mereka bahkan memasukkan barang-barang mereka asal-asalan, karena mereka merasa kalau nyawa mereka sedang terancam.
"Kita kemana Ti? Tempat Pak Bandri?"
"Jangan. Kita cari tempat yang lain saja. Kalau perlu, kita beli rumah baru. Kita hubungi Pak Bandri lewat telepon umum saja."
"Oke."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Clara Safitri
kerennya nich thor ceritanya. .lanjut😘
2023-10-18
1