"Ini semua dalam berkas kasus tentang pembunuhan yang terjadi kepada Bagas Mantari. Bagas Mantari dibunuh di kamar hotelnya, oleh salah seorang anak buahnya sendiri. Dan yang paling tidak aku suka adalah, Bagas Mantari adalah anggota sebuah kultus sesat, yang dulu sangat memusuhi orang-orang yang memihak kepada Presiden pertama."
".....Kultus ini dibuat oleh para penjajah negeri ini. Tujuan mereka adalah untuk menguasai sumber daya sebanyak yang mereka bisa. Dan kultus ini berpusat di sebuah desa yang tidak ada di dalam peta. Nama desa itu adalah Janggal Sukma. Tidak pernah ada satu orang pun yang selamat, saat sudah memasuki desa tersebut. Termasuk orang-orang kepercayaan yang saya kirim."
"Mereka semua mati?" Tanya Iwan.
"Kemungkinan besar, iya. Tapi hal itu masih belum bisa dibuktikan. Aku meminta bantuan kalian. Kumpulkan bukti sebanyak mungkin dari kasus pembunuhan Bagas Mantari. Aku masih ragu, kalau Bagas Mantari telah dibunuh oleh anak buahnya sendiri." Jawab Hermanto.
"Lalu apa rencana kita?" Tanya Yati.
Iwan sebenarnya tidak terlalu suka dengan cara Yati menanggapi sebuah permasalahan. Yati sering mengambil keputusan sendiri, tanpa meminta persetujuan darinya terlebih dahulu. Padahal, mereka berdua harus bekerja sama dalam setiap hal yang mereka lakukan. Namun, Yati sudah tidak bisa diragukan lagi kemampuannya. Dia memiliki insting yang tajam, karena sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Bahkan hal yang berbau supranatural sekalipun.
"Kalian harus berangkat Desa Janggala Sukma. Dan menjadi bagian dari kultur tersebut. Ingat, setelah kalian berdua sampai di sana, semua barang-barang yang kalian miliki akan dibuang. Termasuk kamera dan juga alat tulis yang sering kalian bawa."
"Lalu bagaimana caranya kami melaporkan semua jadian yang ada di sana?" Tanya Iwan.
"Kalian hanya perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Informasi sekecil apapun akan sangat berguna untuk kita semua. Jangan pernah lengah. Soal laporan, akan ada orang yang menjemput kalian pada waktunya nanti. Ingat! Ini bukan untuk main-main. Paham?"
Iwan dan Yati mengangguk. Mereka betul sudah tahu apa yang harus mereka lakukan. Bagi Iwan dan Yati, tidak membawa kamera dan alat tulis bukanlah hal yang sulit. Masuk ke dalam kultus yang ada di Desa Janggala Sukma, nampaknya akan menjadi hal yang sangat mudah untuk mereka berdua. Tetapi, ketika mereka masuk dalam kultus tersebut, pergerakan mereka sangat-sangat telah terbatas. Karena ketua kultus itu tidak akan membiarkan mereka pergi dari sana. Kecuali memang ada urusan yang benar-benar penting dan genting. Iwan dan Yati harus bisa menggunakan waktu sebaik mungkin. Agar mereka berdua tidak terjebak di Desa Janggala Sukma, seperti yang lainnya.
Entah sudah berapa banyak orang yang dikirimkan oleh Hermanto ke desa tersebut. Yang jelas, tidak ada satupun dari mereka yang berhasil keluar hidup-hidup. Bahkan, tidak sedikit juga dari mereka yang justru menjadi pengikut setia dari kultus sesat itu. Hermanto berpesan kepada Iwan dan Yati, agar tidak terlalu terjerumus ke dalam kultus sesat yang ada di Desa Janggala Sukma. Sekali mereka terjebak, maka mereka akan terjebak selama-lamanya. Pak Bandri awalnya meragukan Iwan dan Yati. Karena sudah banyak sekali para polisi yang menghilang di Desa Janggala Sukma, secara misterius.
Saat Hermanto dan para polisi yang lainnya menuju desa tersebut, mereka tidak menemukan bukti apapun. Sehingga sulit bagi Hermanto untuk menyelidiki kasus-kasus misterius yang dilakukan oleh para warga Desa Janggala Sukma. Nama pemimpin dari Desa Janggala Sukma bernama Mbah Brengkut. Mbah Brengkut adalah seorang perempuan berumur 75 tahun. Dia juga dicurigai sebagai pemimpin kultur sesat itu. Namun belum ada bukti pasti mengenai siapa sebenarnya Mbah Brengkut. Hermanto mengatakan berdasarkan kecurigaannya, dikarenakan Mbah Brengkut sangat menyukai hal-hal berbau mistis.
Suatu ketika, saat Hermanto Tanjung kepolisiannya berada di sana, Mbah Brengkut juga memberikan sebuah jimat berupa kalung, yang konon katanya bisa melindungi Hermanto, di mana saja dan kapan saja. Hermanto sebenarnya tidak terlalu percaya dengan hal itu. Tapi kalung yang ia pakai di lehernya, telah menepis semua keraguan yang ada di dalam dirinya. Hermanto lalu memberikan kalung itu kepada Yati. Sebagai tanda, kalau Yati dan Iwan bukanlah orang yang berbahaya bagi para warga Desa Janggala Sukma. Kalung itu juga menjadi sebuah tanda, kalah Yati dan Iwan memang benar ingin bergabung dengan kultus yang ada di sana.
Sebenarnya, Hermanto bisa dibilang juga salah satu anggota dari kultus tersebut. Tapi, Hermanto bisa keluar dari sana karena dia seorang polisi. Semua warga Desa Janggala Sukma bisa mengerti bagaimana posisinya sebagai orang yang dianggap penting. Sedangkan Yati dan Iwan adalah seorang wartawan. Yang bagi para warga Desa Janggala Sukma, profesi tersebut tidak terlalu familiar. Justru profesi seorang wartawan akan dianggap sebagai sebuah lelucon. Tidak akan ada orang yang memberikan pandangan lebih kepada Yati dan Iwan. Mereka akan dianggap sebagai orang biasa. Dan tentunya akan sulit bagi mereka untuk keluar dari sana.
"Kalian akan berangkat hari ini juga. Orang-orangku akan mengantarkan kalian ke sana. Sekali lagi, jangan melakukan hal bodoh yang membuat orang-orang Desa Janggala Sukma menjadi curiga kepada kalian. Bersikap ramahlah kepada setiap orang yang ada di sana. Mbah Brengkut akan menyebut kalian dengan senang hati. Karena kalian berdua adalah orang-orang yang cerdas. Mbah Brengkut menyukai orang-orang seperti kalian. Semoga, aku bisa menjemput kalian pada waktunya nanti." Ucap Hermanto.
Dengan keadaan yang masih sangat kelelahan, Iwan dan Yati harus segera mempersiapkan diri mereka. Mereka diharuskan memakai pakaian serba hitam, untuk meyakinkan Mbah Brengkut, kalau mereka berdua dikirim oleh Hermanto ke tempat itu. Mbah Brengkut sangat dekat dengan Hermanto. Namun sayangnya, Hermanto tidak pernah mendapatkan informasi apapun di Desa Janggala Sukma. Mbah Brengkut terkesan menutup-nutupi setiap hal yang ada di Desa Janggala Sukma. Seakan dia memang menginginkan kepergian Hermanto dari desa tersebut. Tentu saja hal itu sudah sangat merepotkan bagi Hermanto. Karena dia tidak akan pernah mendapatkan informasi yang ia butuhkan selama ini.
Sebagai orang yang masuk ke dalam kultus tersebut, Hermanto sangat jarang diajak untuk melakukan perkumpulan di Desa Janggala Sukma. Tentu saja, hanya Mbah Brengkut-lah yang bisa memberikan kepercayaannya kepada Hermanto. Sedangkan untuk para warga yang ada di sana, mereka sama sekali tidak percaya kepada Hermanto. Hermanto bilang, Desa Janggala Sukma memiliki sebuah ritual adat yang aneh. Yang dimana, semua orang harus meminum darah kambing, secara mentah-mentah. Dengan menggigit leher kambing itu secara langsung. Dalam keadaan, kambing yang masih dalam keadaan hidup.
Jika Hermanto menolak, maka Hermanto akan mendapatkan hukuman yang berat. Hermanto masih belum mengetahui hukuman macam apa yang akan ia dapatkan, kalau sampai dia menolak hal itu. Karena itulah dia membutuhkan orang lain, yang diharapkan bisa mendapatkan kepercayaan lebih dari Mbah Brengkut. Agar Hermanto bisa mengetahui secara pasti, apa yang sebenarnya terjadi di Desa Janggala Sukma. Barulah Hermanto bisa membongkar semua kasus yang terjadi kepada warga Desa Janggala Sukma. Selama ini, Hermanto hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut, tanpa adanya bukti yang jelas. Meskipun terkesan kalau Iwan dan Yati dikorbankan, tapi hal itu tetap harus ia lakukan. Karena kalau ini terus-menerus dibiarkan, maka akan semakin banyak korban berjatuhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments